Program Makan Bergizi Gratis Rp10 Ribu, Dosen Unair Saran Pakai Bahan Lokal

Program Makan Bergizi Gratis Rp10 Ribu, Dosen Unair Saran Pakai Bahan Lokal

Bahan pangan lokal dinilai lebih terjangkau namun kandungan gizinya tidak kalah dengan bahan pangan konvensional.

(MedCom) 20/12/24 15:04 10484

Jakarta: Dosen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair), Mahmud Aditya Rifqi, menyebut pangan lokal bisa menjadi solusi program Makan Bergizi Gratis. Ini menyusul pemangkasan biaya makan sebesar Rp10.000 per porsi.

Mahmud mengatakan penggunaan bahan pangan lokal dapat menjawab keterbatasan dana yang ada untuk penyediaan makan bergizi gratis. Bahan pangan lokal dinilai lebih terjangkau namun kandungan gizinya tidak kalah dengan bahan pangan konvensional.

“Dalam penyediaan makanan yang bergizi dan berimbang kita perlu perhatikan porsi, zat gizi dan komposisi. Umumnya dalam satu piring yang paling mahal adalah protein. Hal ini dapat disiasati dengan menggunakan bahan pangan lokal contohnya seperti menggunakan protein dari ikan,” kata Mahmud dikutip dari laman unair.ac.id, Jumat, 20 Desember 2024.
Mahmud menyebut sumber protein berpotensi yaitu ikan air tawar, seprti nila, gurami, dan lele menjadi opsi bagus dengan melimpahnya komoditas tersebut di masyarakat, sehingga memiliki harga terjangkau serta mudah didapatkan. Kandungan protein ikan lele, gurami, dan nila juga tidak kalah dengan ayam maupun daging.

“Dari segi bahan nabati, penggunaan kacang-kacangan dapat menjadi opsi. Kacang hijau, kacang merah dan produk olahannya dapat menjadi contoh. Kedelai lokal kita dapat digunakan sebagai bahan tempe dan tahu. Selain itu di Indonesia sudah banyak dikembangkan kacang edamame. Keduanya memiliki kandungan protein yang baik,” tutur dia.

Mahmud menuturkan pertimbangan lain penggunaan bahan pangan lokal dapat dilihat dari kemudahan mendapatkannya. Selain itu, bahan pangan lokal juga minim perlakuan dan pengawetan sehingga lebih aman di konsumsi.

“Pertimbangan penggunaan bahan lokal dapat dilihat dari proses farm to table. Semakin panjang prosesnya maka butuh banyak perlakuan dan pengawetan. Sedangkan pangan lokal yang ada di sekitar kita masih segar dan tidak perlu banyak perlakuan dan pengawetan sehingga dapat meminimalisir penggunaan pengawet dan penurunan zat gizi,” papar dia.

Meski begitu, kata dia, dalam pengembangan bahan pangan lokal terdapat tantangan yaitu masyarakat masih awam terkait pangan lokal. Sehingga, perlu sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan akademisi dalam meningkatkan penggunaan bahan pangan lokal sebagai bahan makanan bergizi dan terjangkau dengan promosi masif untuk dapat menjangkau berbagai kalangan masyarakat.

“Sebagai akademisi, sudah cukup banyak penelitian terkait pangan lokal. Namun dalam proses hilirisasinya masih menjadi suatu permasalahan. Kelanjutan dari paper, artikel, dan jurnal ini perlu diperhatikan, tidak hanya menjadi tulisan belaka namun perlu direalisasikan untuk dapat menjadi suatu produk di masyarakat,” tutur dia.




(REN)

#program-makan-bergizi-gratis #makan-siang-gratis #unair #dosen-unair #bahan-pangan-lokal #pangan-lokal

https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/akW29z0b-program-makan-bergizi-gratis-rp10-ribu-dosen-unair-saran-pakai-bahan-lokal