Pemenuhan Gizi Peserta Didik, Hindari Anak Usia Dini Konsumsi Makanan 5P

Pemenuhan Gizi Peserta Didik, Hindari Anak Usia Dini Konsumsi Makanan 5P

Untuk mewujudkan visi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yaitu 'Pedidikan untuk Semua' ada banyak upaya yang perlu dilakukan. Halaman all

(Kompas.com) 02/03/25 08:57 35162

KOMPAS.com - Untuk mewujudkan visi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yaitu \'Pedidikan untuk Semua\' ada banyak upaya yang perlu dilakukan.

Salah satunya untuk mendorong bagaimana pendidikan bermutu menjadi hal yang sangat penting. Salah satu pilar penting yang harus dipenuhi ini adalah status kesehatan peserta didik.

Direktur PAUD Kemendikdasmen (Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah) Nia Nurhasanah mengatakan, bagaimana pemenuhan gizi bagi peserta didik dapat dipenuhi.

Dari beberapa data misalnya laporan Global Hunger Index(GHI) tahun 2024 disebutkan saat ini sebanyak 7,2 persen anak usia dini ini mengalami kekurangan gizi. Dengan prevalensi jumah anak mengalami stunting tercatat 26,8 persen.

15 provinsi punya prevalensi stunting di bawah angka nasional

Disebutkan jumlah balita menderita stunting dengan kondisi berat badan dibawah ideal atau gizi buruk balita masih cukup tinggi. Bahkan anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun saat ini angkanya juga cukup tinggi yaitu sekitar 2,1 persen.

“Dalam konteks Pendidikan Anak Usia Dini kondisi ini merupakan masalah yang tentunya perlu kita selesaikan secara bersama dengan seluruh ekosistem PAUD. Hasil survei kesehatan Indonesia di tahun 20023 yang lalu menunjukan ada satu dari lima balita usia 0 sampai 59 bulan di Indonesia mengalami stunting,” papar Nia seperti dikutip dari laman PAUDPEDIA Kemdikbud, Minggu (2/3/2025).

Sedangkan melihat data per provinsi menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang cukup besar antarwilayah. Terdapat daerah dengan prevalensi stunting terendah sebanyak 7,2 persen dan ada yang tertinggi sebanyak 37,9 persen.

Dari 38 provinsi di Indonesia tersebut masih terdapat 15 provinsi yang memiliki prevalensi stunting di bawah angka nasional.

“Mencermati kondisi ini kami Direktorat Pendidikan Anak Usaia Dini Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menginisiasi berbagai program dalam rangka memenuhi kecukupan gizi khususnya sesuai dengan visi kami melayani Pendidikan Anak Usia Dini,” paparnya.

Nia berharap, upaya ini juga perlu didukung bersama baik di satuan PAUD maupun di lingkungan keluarga. Selain pemenuhan gizi, aspek edukasi gizi dan juga kesehatan juga menjadi hal yang penting yang perlu dilakukan sehingga bisa terwujudnya kesehatan dan juga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Ditegaskan, bagaimana edukasi dan pemenuhan gizi seimbang ini dapat dilakukan sehingga terwujud anak Indonesia Hebat merupakan generasi emas di 2045 dapat terwujud.

“Mari cegah risiko terjadinya stunting dengan peduli asupan gizi seimbang,” imbuh Direktur PAUD.

Hindari anak konsumsi 5 P

Dalam paparanya, Kepala Sekolah Kelompok Bermain – Taman Kanak-kanak Al Muslim Sidoarjo, Siti Aminah, M.Pd menambahkan, salah satu hal yang paling sederhana adalah dengan menjaga pola makan anak dengan memperhatikan asupan gizi dan nutrisinya.

Menurut dia, apa yang masuk ke dalam tubuh anak usia dini melalui makanan adalah hal yang sepenuhnya bisa dikontrol.

"Pilihan makanan sehat dan kebiasaan sehat sudah banyak dikampanyekan. Tinggal kembali ke diri kita sendiri akan memilih pola hidup yang mana. Yang paling mudah adalah menghindari 5P, yaitu Pewarna, Pemanis, Penyedap, Pengawet, Perasa,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Tim Kerja Gizi Direktorat Pelayanan Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, Dr Agus Triwinanto, SKM, M.Kes mengungkapkan, angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 21,6 persen berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, walaupun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen tahun 2021.

Stunting dapat terjadi sejak sebelum lahir, hal ini dapat dilihat dari prevalensi stunting berdasarkan kelompok usia hasil SSGI 2022, dimana terdapat 18,5 persen bayi dilahirkan dengan panjang badan kurang dari 48 cm,” ujarnya.

Dari data tersebut kita dapat melihat pentingnya pemenuhan gizi ibu sejak hamil. Hasil yang cukup memprihatinkan dari survei yang sama adalah risiko terjadinya stunting meningkat sebesar 1,6 kali dari kelompok umur 6-11 bulan ke kelompok umur 12-23 bulan (13,7 persen ke 22,4 persen).

Hal ini menunjukkan ‘kegagalan’ dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak usia 6 bulan, baik dari segi kesesuaian umur, frekuensi, jumlah, tekstur dan variasi makanan.

Pada masa ini sangat penting untuk memperhatikan dan menjamin kecukupan energi dan protein pada anak untuk mencegah terjadinya stunting.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 disebutkan bahwa salah satu arah (tujuan) pembangunan adalah Kesehatan untuk Semua, yang menekankan jaminan gizi pada periode 1.000 hari pertama kehidupan.

Periode krusial anak usia dini tersebut digunakan sebagai kesempatan membangun fondasi guna mengoptimalkan kesehatan serta perkembangannya dalam kehidupan beberapa tahun mendatang.

Menjaga kesehatan anak usia dini sangat penting karena merupakan fondasi untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka di masa depan.

Anak yang sehat akan lebih mudah menerima rangsangan yang mendukung perkembangan fisik, mental, dan emosional.

Oleh karena itu, memberikan perhatian pada kesehatan anak usia dini sangat penting untuk memastikan mereka tumbuh dengan baik dan dapat mencapai potensi maksimalnya.

Agar anak tetap sehat salah satunya diperlukan asupan gizi yang cukup. Gizi yang baik membantu memperkuat sistem imun, sehingga anak lebih tahan terhadap penyakit.

Selain itu, asupan gizi yang seimbang juga berkontribusi pada kemampuan belajar dan konsentrasi, yang penting untuk perkembangan intelektual.

#siswa #sekolah #stunting #kemendikdasmen #konsumsi-makanan-5p

https://www.kompas.com/edu/read/2025/03/02/085700971/pemenuhan-gizi-peserta-didik-hindari-anak-usia-dini-konsumsi-makanan-5p