
Banyak Anak di Indonesia Masih Kurang Gizi, Ini Kata Kepala BGN
Angka prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan di Indonesia masih berada di angka 8,53 persen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024. Halaman all
(Kompas.com) 28/03/25 07:00 42068
JAKARTA, KOMPAS.com - Angka prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan di Indonesia masih berada di angka 8,53 persen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024.
Data tersebut menunjukkan banyak anak di Indonesia yang masih kurang asupan gizi yang memadai, baik dari segi jumlah maupun kualitas.
Selain itu, tantangan gizi anak di Indonesia juga semakin kompleks, dengan tingginya angka kekurangan zat gizi mikro yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas akibat pola makan yang tidak sehat.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menekankan pentingnya akses keluarga miskin terhadap makanan bergizi seimbang.
“Salah satu tantangan utama adalah kurangnya akses keluarga miskin terhadap makanan dengan gizi seimbang," kata Dadan dalam keterangan pers, Kamis (27/3/2025) malam.
Dadan menyebutkan, pihaknya berusaha memastikan bahwa setiap anak, terutama dari kelompok rentan, mendapatkan asupan gizi yang baik. Gizi seimbang, lanjutnya, mencakup protein, karbohidrat, serat, buah, dan susu.
"Jika intervensi ini tidak dilakukan sejak dini, kita berisiko memiliki tenaga kerja produktif yang kurang berkualitas pada tahun 2045,” ucap Dadan.
Kerjasama dengan Kemendikdasmen

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Badan Gizi Nasional menandatangani Nota Kesepahaman memperkuat kerja sama dalam meningkatkan pemenuhan gizi bagi peserta didik di seluruh Indonesia.
Nota Kesepahaman yang ditandatangani hari ini menjadi landasan penting bagi pelaksanaan program ini, dengan tujuan utama memastikan kerja sama yang lebih erat antara Kemendikdasmen dan Badan Gizi Nasional dalam mendukung pelaksanaan program pemenuhan gizi di lingkungan sekolah.
Diketahui, pemerintah telah meluncurkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai bagian dari upaya nasional dalam memastikan anak-anak mendapatkan akses makanan sehat dan bergizi.
Dalam sambutannya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menyampaikan apresiasi terhadap Badan Gizi Nasional atas percepatan program pemenuhan gizi bagi peserta didik.
“Alhamdulillah, kita bersyukur program-program Badan Gizi Nasional berjalan lebih cepat dan melampaui ekspektasi sebelumnya. Kami berterima kasih karena penerima manfaat terbesar dari program ini adalah mereka yang belajar di Kemendikdasmen, mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, hingga SMA. Dengan program Makan Bergizi Gratis, Insya Allah kita memiliki generasi yang lebih sehat, kuat, dan berkarakter,” ucap Mu\'ti dalam keterangan persnya.
Lebih lanjut, Mu’ti mengatakan bahwa program MBG tidak hanya bertujuan meningkatkan gizi peserta didik, tetapi juga menjadi sarana membangun pendidikan karakter, seperti kebiasaan berdoa sebelum makan, menjaga kebersihan, serta menanamkan nilai-nilai tanggung jawab dan kemandirian.
Mu’ti menambahkan bahwa Kemendikdasmen mendukung sepenuhnya program Makan Bergizi Gratis sebagai bagian dari upaya membangun generasi yang sehat dan kuat, serta berkarakter dan berakhlak mulia.
“Program ini juga menjadi sarana untuk memperkuat pendidikan karakter dan menanamkan nilai-nilai utama, seperti kebersamaan, tanggung jawab, serta kesantunan. Selain itu, kami telah mengoptimalkan peran UKS sebagai ujung tombak implementasi program ini di sekolah, melakukan digitalisasi sarana-prasarana pendukung gizi, serta memperkuat data melalui dashboard program MBG guna memastikan kebijakan berbasis bukti,” ujar Mu\'ti.
Dadan menambahkan, bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari strategi nasional dalam menurunkan angka kekurangan gizi pada anak usia sekolah.
“Program ini merupakan bentuk investasi besar dari pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia menuju Generasi Emas 2045. Saat ini, pertumbuhan penduduk Indonesia masih tinggi, bertambah sekitar enam orang per menit atau tiga juta per tahun. Jika mencakup seluruh anak usia sekolah, jumlah yang seharusnya mendapatkan manfaat ini adalah 70 juta anak,” kata Dadan.
Dalam laporannya, Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen, Suharti, menjelaskan bahwa Nota Kesepahaman ini mencakup berbagai aspek kerja sama, termasuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia, koordinasi dan edukasi, pemanfaatan sarana dan prasarana, serta pertukaran data dan informasi.
“Nota Kesepahaman ini telah melalui proses yang cukup panjang sejak Februari lalu dan akhirnya siap untuk ditandatangani hari ini. Komunikasi antara Kemendikdasmen dengan Badan Gizi Nasional sudah dijalin sejak September 2024. Kami berharap kerja sama ini memberikan manfaat besar bagi pemenuhan gizi peserta didik,” terang Suharti.
Dengan adanya sinergi ini, intervensi gizi diharapkan lebih tepat sasaran, tidak hanya mengatasi kekurangan gizi tetapi juga membentuk karakter dan mendukung gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
#kurang-gizi #badan-gizi-nasional #kemendikdasmen #makan-bergizi-gratis