JAKARTA, investor.id – Makan Bergizi Gratis (MBG) rencananya akan mulai dilaksanakan pada 6 Januari 2025. Pemerintah sudah lebih dulu melakukan uji coba program ini di berbagai daerah di Indonesia.

Beberapa pihak juga telah memberi masukan kepada pemerintah agar program dengan anggaran Rp 71 triliun itu berjalan maksimal. Satu hal yang seharusnya tak luput dari perhatian pemerintah yaitu assessment atau penilaian melalui riset lapangan tentang apa yang dibutuhkan setiap anak.

Hal tersebut disampaikan dr. Tan Shot Yen, seorang ahli gizi masyarakat. Menurutnya, penting untuk pemerintah mengetahui kondisi dilapangan terlebih dahulu tentang apa yang cocok dengan masyarakat, khususnya anak dan ibu hamil sebagai objek penerima program makan bergizi gratis.

“Jangan sampai kita membuang uang segitu banyak, sementara penerimaan belum tentu baik responnya dari yang menerima. Kelemahan kita adalah belum melakukan assessment. Assessment misalnya anak-anak itu sukanya apa?” kata Tan, pada Jumat (27/12/2024).

Pemerintah juga harus berkaca pada kasus ketika makanan gratis tambahan justru tidak tepat sasaran.

“Jadi jangan sampai nanti kejadian seperti yang dialami posyandu ketika membagi makanan tambahan yang sifatnya pemulihan, itu malah bapaknya yang makan. Karena anaknya tidak suka,” ujar Tan.

Selain itu, pemerintah juga harus memperhatikan infrastruktur dan peluang terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan program ini.

“Kalau di luar negeri yang juga melakukan makan gratis, itu setiap sekolahnya punya dapur. Sekarang bagaimana di daerah 3T. Orang fasilitas sekolah dan gedungnya saja sudah mengenaskan, jadi mustahil mereka punya dapur. Ongkosnya nanti makin ditambah lagi karena perlu ada nganterin makanan dan sebagainya,” pungkas Tan.

Editor: Prisma Ardianto (ardiantoprisma@gmail.com)

Follow Channel Telegram Official kami untuk update artikel-artikel investor.id

Baca Berita Lainnya di Google News