Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah berjalan hampir dua pekan. Program ini menuai banyak respons positif maupun negatif dari warga, juga komentar dari para pakar.
Dalam diskusi Pojok Bulaksumur yang bertajuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Tinjauan Perspektif Gizi, Kebijakan, dan Supply Chain Bahan Pangan, pakar-pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan beberapa sorotan atas MBG ini.
Dosen Manajemen Kebijakan Publik UGM Prof Wahyudi Kumorotomo menyoroti soal transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana MBG. Ia mengatakan dana MBG harus benar-benar tepat sasaran.
Jika tidak, maka potensi korupsi bisa muncul. Untuk menghindarinya, semua pihak harus melakukan pengawasan.
"Dana sebesar Rp 71 triliun per tahun yang ditargetkan untuk 19,4 juta anak ini harus dipantau penggunaannya. Jangan sampai ada korupsi atau dana yang dialihkan untuk kepentingan lain," katanya, dikutip dari laman UGM, Jumat (17/1/2025).
Makan Bergizi Gratis adalah Investasi Masa Depan
Menurut pakar lain yang sekaligus Dosen Departemen Gizi Kesehatan UGM Dr Toto Sudargo MKes, MBG harus berjalan berkesinambungan. Sekalipun terjadi pergantian presiden, program ini harus tetap ada.
Pasalnya MBG dapat menjadi investasi baik dalam jangka panjang. Menurut Toto, Indonesia harus berkaca pada India yang telah menjalankan program ini selama lebih dari satu dekade.
"Program ini harus berjalan terus-menerus dan tidak boleh berhenti hanya karena berganti pemerintahan. Jika konsisten, Indonesia bisa mencapai hasil yang signifikan, baik dalam hal kesehatan, kemampuan, maupun prestasi generasi mendatang," tegasnya.
MBG Bisa Tingkatkan Fungsi Kognitif Siswa
Toto juga menyampaikan dampak positif yang besar bagi siswa dengan adanya MBG. Jika pengolahan gizi dalam menu MBG baik, maka nutrisinya dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
"Konsumsi makanan bergizi, seperti protein dari telur, sangat penting untuk mendukung perkembangan otak. Namun, penyajiannya juga harus diperhatikan agar anak-anak tertarik untuk mengkonsumsinya," katanya.
Oleh karena itu, Toto menekankan agar MBG memerhatikan kualitas makanan. Ia juga mengingatkan pengolahan makanan harus dilakukan dengan baik.
"Yang penting anak-anak mau makan dan makanan tidak terbuang. Jangan sampai makanan hanya diacak-acak dan menjadi sampah," ungkapnya.
MBG Bisa Memaksimalkan Pangan Lokal
Pakar lainnya, Prof Subejo yang merupakan Dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian UGM, menyorot sumber bahan MBG. Menurut Subejo, pemerintah bisa menggunakan pangan lokal.
"Indonesia memiliki banyak sumber karbohidrat lokal seperti singkong, jagung, dan sagu. Jika bahan-bahan ini dimanfaatkan, kita tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga memberdayakan petani lokal," ujarnya.
ia menyarankan pemerintah agar memberdayakan desa sebagai distributor makanan. Proses distribusi bahan pangan menurutnya akan lebih efisien karena tak lewat impor.
"Mekanisme ini juga dapat mengurangi risiko makanan basi karena perjalanan distribusi yang terlalu jauh," tambahnya.