Makassar -
Warga perumahan di Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), menuntut ganti rugi terhadap kerugian yang dialami imbas banjir. Warga berharap pihak developer bisa kembali memberikan rasa nyaman untuk tempat tinggal mereka.
Hal tersebut disampaikan warga saat menggelar aksi demonstrasi di kantor pemasaran perumahan, Selasa (18/2/2025). Sejumlah warga membentangkan spanduk dan berorasi di depan kantor usai banjir menimpa tiga klaster di kawasan perumahan tersebut pada 12 Februari lalu.
"Kami demo hari ini karena biar bagaimana pun kami butuh kenyamanan karena pertamanya kami dijanji bebas banjir nyaman, asri, harmoni segala macam tapi buktinya ini sudah ketiga kalinya banjir. Ini paling parah, pertama kedua itu cuma di jalan aja," ujar warga bernama Hijriani kepada wartawan di lokasi.
Dia menilai kerugian yang dialami warga kali ini akibat kelalaian pengelola perumahan. Pasalnya, dua kali banjir sebelumnya bisa diantisipasi sehingga tidak menimbulkan kerugian.
"Harusnya developer saat itu mengantisipasi banjir karena pertama saya pindah rumah pada 2022 memang sudah banjir," kata pemilik rumah di klaster Bali Regency ini.
Hijriani mengaku membeli rumahnya yang terendam banjir seharga Rp 1,2 miliar. Akibat banjir, satu unit mobil, 3 motor, furniture, dan struktur rumahnya mengalami kerusakan.
"Semua, mobil saya rusak, motor terendam 3, semua furniture saya di bawah terendam. Rumah saya sekarang kosong. Mobil saya lagi dibongkar sekarang, tidak tahu berapa nanti ongkosnya," katanya.
"Saya punya bukti semua, pintu rumah rusak, pintu kamar anak saya terbongkar, pintu jebol. Pintu masuk rumah itu semua keluar (copot)," tambahnya.
Dia mengaku tak menduga banjir akan melanda kawasan tersebut. Pasalnya, saat dipromosikan oleh developer, kawasan itu diklaim bebas banjir. Sementara banjir sudah 3 kali terjadi bahkan terakhir setinggi dada orang dewasa.
"Saya mau minta ganti rugi karena tidak sesuai dengan janji-janjinya katanya tidak ada banjir. Bukan cuma kerugian materiil tapi saya capek sampai sempat sakit karena angkat barang. Jadi asli depresi, trauma sekali," ujarnya.
Lebih jauh, Hijriani mengatakan akan membawa hal ini ke ranah hukum jika tuntutan tidak diindahkan. Pihaknya bersama warga lainnya mengaku sudah menyiapkan bukti pendukung.
"Kami punya bukti semua, jadi kalau developer tidak tanggung jawab kami akan hadapi. Sekarang masih ditunggu lagi keputusannya untuk ganti rugi tanggal 1 Maret. Kalau tidak ada kejelasan kami akan tempuh langkah hukum," jelasnya.
Sementara warga lainnya, Amelia juga menuntut agar developer menyiapkan solusi jangka panjang. Dia juga menuntut kerugian yang dialami segera digantikan.
"Pokoknya kami dari warga tuntutannya ada dua hal yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek itu kerugian materiilnya kami. Pada saat kejadian tidak ada warning, peringatan dari pengelola. Pada saat kejadian ini tidak ada warning, jadi hampir semua warga mobilnya terendam, rusak. Itu kerugian yang tidak sedikit," jelasnya.
Dia menyebut ada tiga kawasan atau klaster yang terendam banjir. Sebanyak 700 rumah di tiga klaster itu dipastikan terdampak banjir.
"Kami di sana ada 700 rumah, itu akan jadi kasus semua. Itu akan menuntut. Di dalam tiga klaster yang terdampak. Kita semua akan menuntut kalau tidak ada ganti rugi," pungkasnya.
Sementara itu, Chief Operating Operation (COO) perumahan tersebut, M Natsir Mardan menyampaikan permohonan maaf kepada warga atas banjir yang terjadi. Dia mengakui banjir baru-baru ini di luar prediksinya.
"Dari manajemen mengucapkan rasa empati dan prihatin atas kejadian tersebut karena terus terang ini di luar ekspektasi kita, di luar dari pada jangkauan kita. Bahwa elevasi yang terjadi pada tanggal 12 (Februari) elevasi yang betul-betul di luar elevasi maksimum," ujarnya.
Dia menilai banjir tersebut terjadi saat pintu air Bendungan Bili-bili dan Waduk Nipa-nipa dibuka. Saat bersamaan terjadi juga kiriman air dari Maros saat pasang air laut.
"Ini semua yang mengakibatkan jumlah debit air yang masuk melebihi jumlah normal. Itu kita sudah tadi sampaikan ke warga penyebab dari pada terjadinya banjir," katanya.
Dia mengakui pihak manajemen sementara menyiapkan skema ganti rugi yang dituntut warga tersebut. Pihaknya akan melakukan inventarisasi terhadap kerugian yang dialami warga.
"Kami akan melakukan tindakan teknis agar ada rasa aman bagi warga untuk ke depan tidak terjadi hal yang serupa yang terjadi seperti kemarin," pungkasnya.
(asm/sar)