Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) berharap broker atau agen properti di Indonesia dapat dilibatkan dalam Program 3 Juta Rumah. Menurut Dewan Pembina Arebi Lukas Bong, broker dapat membantu calon konsumen saat akan membeli rumah impiannya.
Hal ini ia ungkapkan seusai acara Halal Bihalal & Talkshow AREBI 2025: "Peluang dan Ancaman Tariff Trump pada Sektor Properti" di Menara Sentraya, Jakarta.
"Kembali lagi ya kita lihat seharusnya dengan 3 juta rumah itu harusnya marketnya buat broker properti. Kenapa? Developer (pengembang) tuh kayak produser, untuk distribusinya pake Arebi (broker) lah. Sebagai jasa perantara penjualan properti," kata Lukas kepada awak media, Rabu (7/5/2025).
Ia merasa broker mampu menarik konsumen-konsumen baru yang mungkin masih bingung dan ragu-ragu untuk membeli rumah.
"Kalau memang itu sudah ada captive marketnya seperti ke tentara, kalau nggak ada yang approach juga (bingung) rumahnya gimana ya, lokasi yang mana ya. Nah kalau ada agen properti, taruh lah komisinya standarnya 3 persen itu, pasti banyak yang mau bergerak," ujarnya.
Pengamat Properti sekaligus mantan Ketua Umum Arebi periode 2009-2015 Darmadi Darmawangsa menambahkan peran broker atau agen properti lainnya adalah dapat menjelaskan produk dan meyakinkan konsumen. Sebab broker memiliki banyak pengalaman dalam memasarkan rumah dari berbagai pengembang.
"Orang-orang yang mau beli walaupun mereka MBR gitu ya mereka kan pengen tau, proyek ini unggulnya apa. Pemerintah apa bisa jelasin? Mungkin belum tentu lho. Mungkin agen properti lebih bisa menjelaskan produknya gitu. Pemerintah konsentrasi untuk produksi aja, rumahnya. Broker jadi saluran distribusinya," terangnya.
Darmadi menyampaikan pihaknya siap dilibatkan dalam Program 3 Juta Rumah. Arebi memiliki database, anggota yang terverifikasi dan tersebar di seluruh Indonesia.
"Kita siap nih, broker siap menyukseskan Program 3 Juta Rumah. Kita punya database, kita punya cara untuk menjual, broker yang tersertifikasi ready," ungkapnya.
Sementara itu, Program 3 Juta Rumah merupakan salah satu program unggulan Presiden Prabowo yang dijalankan oleh Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP). Program ini akan menyasar pada pembangunan 1 juta di perkotaan, 1 juta di pedesaan, dan 1 juta di pesisir. Selain membangun rumah, Program 3 Juta Rumah juga akan membantu renovasi rumah yang tak layak huni.
Program 3 Juta Rumah ini diperuntukkan hanya untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Batas gaji yang tergolong MBR adalah Rp 14 juta per bulan untuk pasangan dan Rp 12 juta per bulan untuk yang masih single.
Kementerian Perumahan rencananya akan dibentuk di pemerintahan Prabowo-Gibran. Ini harapan kontraktor-broker terhadap Menteri Perumahan nantinya. [818] url asal
Kementerian Perumahan kabarnya akan dibentuk di pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Kabar ini diperkuat dengan Ketua Satgas Perumahan, Hashim Djojohadikusumo yang menyebutkan Maruarar Sirait (Ara) akan menjadi Menteri Perumahan dan Fahri Hamzah yang menjadi wakilnya.
Menanggapi kabar tersebut, Ketua Umum DPP Gapensi (Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia) Andi Rukman Nurdin Karumpa mengapresiasi ada rencana pembagian kementerian, sehingga Kementerian Perumahan dapat berdiri sendiri. Ia Menteri Perumahan dapat mendorong pembangunan serta melibatkan pengusaha konstruksi kecil.
"Kami memberikan apresiasi terhadap Bapak Presiden Terpilih Prabowo yang telah membagi dari Kementerian PUPR menjadi dua, (dengan) Kementerian Perumahan," ujar Andi kepada detikProperti, Jumat (18/10/2024).
"Siapapun yang akan ditugasi oleh Bapak Presiden di lima tahun mendatang, tentu harapan kami dari pelaku dunia usaha (konstruksi), pertama pembangunan infrastruktur tentu tidak boleh berhenti, harus terus berlanjut dengan tentu menyesuaikan kemampuan keuangan negara," katanya.
Ia mengungkapkan sebesar 80% dari sekitar 140.000 anggota Gapensi berharap ada segmentasi pasar pekerjaan untuk mereka. Apalagi dengan adanya rencana program pembangunan 3 juta rumah.
"Dengan direncanakannya pembangunaan 3 juta rumah per tahun, (yakni) 2 juta di desa kemudian 1 juta di kota, ini menurut saya menjadi peluang yang amat luar biasa jika ini benar-benar diwujudkan oleh kabinet Bapak Prabowo Subianto," katanya.
Menurutnya, proyek-proyek pembangunan perumahan kecil dapat diserahkan kepada pengusaha konstruksi daerah daripada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terutama bagi proyek rumah yang biaya pembangunannya di bawah Rp 1 miliar.
"Harapan kita mudah-mudahan pekerjaan-pekerjaan rumah ini tidak dipaketkan lagi, tidak digabungkan lagi yang menjadi jatah BUMN. Jadi pembangunan perumahan itu benar-benar diberikan kepada pengusaha lokal di masing-masing daerah yang memang segmentasinya itu," ungkapnya.
Pasalnya, ada banyak anggota pengusaha kecil kesulitan menjalani hidup karena tidak mendapatkan pekerjaan. Ia berharap Kementerian Perumahan dapat memperbanyak pekerjaan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Semua orang gulung tikar segala macam karena nggak mendapatkan pekerjaan lagi karena nggak dapat segmentasi itu. Maka, (kontraktor) berharap di Pemerintahan Prabowo lewat Kementerian Perumahan benar-benar pekerjaan pembangunan rumah yang 3 juta setiap tahun akan dibangun, (yang terdiri dari) 2 juta di desa kemudian 1 juta di kota, itu benar-benar diperuntukkan terhadap pelaku UMKM," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI), Lukas Bong mengatakan tidak masalah jika pemimpin Kementerian Perumahan dipimpin oleh seorang politikus, asalkan memiliki latar belakang pengusaha seperti pengusaha properti.
"Kita tahu bahwa politikus banyak yang dari latar belakang pengusaha ya, kalau memang dia berlatar belakang pengusaha properti ya boleh-boleh saja tapi jangan yang hanya benar-benar seorang politikus 100%, politikus tulen. Nah ini nanti bisa menimbulkan kendala lagi bagi program 3 juta rumah," kata Lukas ketika dihubungi detikcom, Jumat (18/10/2024).
Di sisi lain, ia menilai bahwa adanya Kementerian Perumahan di era pemerintahan mendatang dapat menghilangkan backlog rumah. Terlebih lagi dengan adanya program yang cukup ambisius dari pemerintah, yaitu 3 juta rumah per tahun dengan 1 juta rumah di perkotaan dan 2 juta rumah di perdesaan. Pihaknya menyambut dengan tangan terbuka dengan adanya Kementerian Perumahan ini.
Terkait dengan adanya program 3 juta rumah per tahun, Lukas mengatakan hal itu bisa menjadi tantangan sekaligus peluang untuk para broker properti di Indonesia. Sebab, dalam pembangunan rumah diperlukan seseorang yang dapat mendistribusikannya agar bisa tersalurkan dengan baik.
"Nah ini akan jadi tantangan dan jadi satu PR buat kita dan juga akan menjadi ladang garapan juga jika kita bisa bekerja sama dengan developer-developer yang menyediakan 3 juta rumah itu, karena kita tahu ya selama ini developer yang buat rumah subsidi itu umumnya mereka tidak menggunakan jasa broker properti sehingga ada beberapa developer yang pendistribusiannya tidak berjalan lancar, tidak berjalan dengan baik," tuturnya.
"Tentunya pemerintah dalam hal ini harusnya sih concern juga ya bahwa kita bisa jadi produsen tapi kita harus ada yang mendistribusikan, yaitu broker properti. Harusnya ini bisa dicermati oleh pak menteri nantinya," pungkasnya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini