Seekor babi hutan menyerang wanita dan anaknya di Ternate, Maluku Utara. Zahlia dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami luka serius. Warga panik dan trauma. [474] url asal
Seekor babi hutan masuk ke permukiman warga di Kota Ternate, Maluku Utara, hingga menyeruduk seorang wanita bernama Misna (41) dan anaknya bernama Zahlia (4). Saat ini korban Zahlia telah dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
"Sementara ada dapat perawatan di RSUD Chasan Boesoirie Ternate," ujar Kapolsek Pulau Ternate, Ipda Iwan Mole kepada detikcom, Rabu (26/2/2025).
Peristiwa itu terjadi di RT 003 Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Rabu (26/2) sekitar pukul 07.30 WIT. Kejadian itu sempat disaksikan oleh seorang warga bernama Budi.
"Awalnya ada seorang warga Kelurahan Rua bernama Budi melihat seekor babi hutan melintasi jalan dan masuk ke perkampungan, lalu menuju ke korban ibu Misna dan anaknya, Zahlia," ujar Iwan.
Tiba-tiba babi tersebut mengamuk dan menerkam kedua korban. Pakaian yang dikenakan Zahlia pun dirobek hingga tubuhnya digigit secara berulang dan mengeluarkan darah.
"Merobek-robek baju hingga badan sampai (korban) berlumur darah. Kemudian saudara Budi berteriak meminta bantuan kepada warga sekitar, bahwa ada seekor babi menyerang ibu Misna dan anaknya," katanya.
Sejumlah warga pun datang dan melakukan perlawanan menggunakan kayu dan batu, dengan cara memukul dan melempar. Beberapa menit kemudian, babi tersebut pun mati.
"Setelah beberapa menit kemudian, babi tersebut berhasil dibunuh. Sedangkan kedua korban langsung dilarikan ke rumah sakit," imbuhnya.
Sementara itu, Kasi Humas Polres Ternate AKP Umar Kombong menambahkan, peristiwa itu sempat memicu kepanikan dari warga sekitar. Warga pun merasa trauma dengan kejadian tersebut.
"Kejadian ini memicu kepanikan warga sekitar, kejadian ini juga menimbulkan rasa trauma dan terguncang bagi warga sekitar akibat serangan babi hutan yang begitu tiba-tiba," imbuh Umar.
Berdasarkan video berdurasi 29 detik yang beredar, wanita yang diketahui bernama Misna tampak bersusah payah melepaskan anaknya bernama Zahlia dari gigitan babi hutan. Terlihat Zahlia tampak terkapar di tanah dan diseret oleh babi secara brutal.
Terdengar teriakan histeris dari dua orang pria atas kejadian tersebut. Terlihat juga dua orang pria yang memegang balok kayu dan menghantam babi tersebut secara berulang.
Serangga diusulkan jadi menu Makan Bergizi Gratis. Pakar entomologi IPB University mengatakan serangga memang bisa jadi sumber protein, tetapi... [631] url asal
Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan program utama Pemerintah RI yang menuai berbagai sorotan. Salah satunya terkait inisiasi memasukkan serangga sebagai menu protein untuk wilayah tertentu.
Menu serangga untuk MBG ini disampaikan langsung oleh Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana pada Januari 2025 lalu.
"Sebagian masyarakat Gunung Kidul biasa mengonsumsi belalang. Masyarakat Papua biasa makan ulat sagu," kata Dadan pada Sabtu (25/1/2025) lalu, dikutip dari detikNews Kamis (13/2/2025).
Menurutnya, beberapa jenis serangga layak untuk dikonsumsi. Belalang dan jangkrik misalnya, bahkan sudah dijual-belikan.
Merespons hal ini, peneliti bidang entomologi dari IPB University, Prof Purnama Hidayat mengatakan serangga memang dapat menjadi alternatif sumber protein, khususnya bagi masyarakat yang kurang gizi.
Namun, ia menggarisbawahi, bahwa konsumsi serangga lebih sesuai untuk kelompok masyarakat yang sudah terbiasa mengonsumsinya, sebagai contoh di beberapa daerah Indonesia bagian timur, ulat sagu merupakan makanan yang umum dikonsumsi lantaran mudah didapat.
Prof Purnama juga mencontohkan di beberapa negara seperti Thailand, Vietnam, dan China, serangga telah menjadi bagian dari konsumsi sehari-hari.
Beberapa Daerah di Indonesia 'Akrab' dengan Makanan Serangga
Lebih lanjut dia menjelaskan, jika di Indonesia, beberapa daerah sudah mengenal serangga sebagai makanan. Misalnya belalang goreng di Gunungkidul, kepompong jati di Jawa Tengah dan Jawa Timur, pepes larva lebah atau botok tawon di Jawa Timur, dan sebagainya.
Meski demikian, Prof Purnama menegaskan, tak semua masyarakat mau dan cocok mengonsumsi serangga. Sebagai contoh, masyarakat pesisir lebih mudah memperoleh sumber protein dari laut, sehingga serangga bukan pilihan utama.
"Jadi, serangga memang bisa menjadi alternatif protein, tetapi cocok untuk masyarakat yang mau memakannya dan di daerah tertentu yang mendukung ketersediaannya," jelas Prof Purnama, dikutip dari laman resmi IPB University pada Kamis (13/2/2025).
Belalang dan Jangkrik Rasanya Mirip Udang, Karena...
Dosen di Departemen Proteksi Tanaman tersebut juga mengatakan bahwa berdasarkan banyak hasil penelitian, serangga punya protein yang tinggi. Ia menyebut rasa belalang dan jangkrik pun mirip rasa udang lantaran sama-sama hewan beruas serta masih berkerabat dekat secara evolusi.
"Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan bahwa serangga yang dapat dimakan mengandung protein berkualitas tinggi, vitamin, dan asam amino yang bermanfaat bagi manusia," paparnya.
Selain itu serangga pun dianggap sebagai sumber protein yang lebih efisien diproduksinya.
Serangga Butuh Pakan Lebih Sedikit
Menurut Prof Purnama, serangga juga mempunyai tingkat konversi pakan yang tinggi. Contohnya jangkrik membutuhkan pakan enam kali lebih sedikit daripada sapi, empat kali lebih sedikit daripada domba, dan dua kali lebih sedikit daripada babi dan ayam broiler untuk menghasilkan jumlah protein yang sama.
"Selain itu, serangga menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca dan amonia dibandingkan ternak konvensional," katanya.
Namun, ia pun menyadari masih banyak orang yang enggan mengonsumsi serangga karena belum terbiasa.
Menurutnya dahulu orang menganggap aneh ketika air minum dijual dalam botol, tetapi sekarang sudah jadi kebiasaan. Hal yang sama pun dapat terjadi pada serangga.
Maka dari itu, menurut Prof Purnama, suatu saat mungkin ketika sumber protein semakin sulit didapat, serangga akan jadi pilihan utama.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjunak menjamin pihaknya hanya bertugas membantu pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG). [252] url asal
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjunak menjamin pihaknya hanya bertugas membantu pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG). Dia mengatakan TNI AD tidak mengelola dapur untuk produksi makan bergizi gratis.
"Seperti misalnya kalau banyak pertanyaan tentang dapur sehat misalnya, makanan bergizi. Kami ini hanya pendamping-pendamping. Secara proyeknya itu harus ke Badan Gizi," ujar Maruli di Mabes TNI AD, Rabu (5/1/2025).
"Jadi sampai sekarang kita sebetulnya tidak mengelola dapur satupun. Jadi kami mendukung saja," tambahnya.
Maruli mengatakan TNI AD kerap membantu Badan Gizi Nasional dalam penyaluran makan bergizi gratis. Dia mengatakan prajurit TNI AD akan membantu penyaluran jika dibutuhkan. Dia juga menyebut kendaraan milik TNI AD siap membantu pengantaran makan bergizi gratis.
"Oh kendaraan kurang nih untuk dropping, ya pakai kendaraan Kodim. Oh personelnya kurang nih untuk nurun-nurunin, ya anggota Babinsa kita ikut turunin. 'Oh memang kami BGN nggak punya dapur, nggak punya ini', ya kita carikan tempat, boleh nggak diberesin. Jadi kami tidak ada tanda tangan langsung di bawah itu dengan BGN," tuturnya.
Dia mengatakan selama ini banyak yang bertanya tentang keterlibatan personel TNI AD saat penyaluran makan bergizi gratis. Dia menegaskan TNI AD hanya membantu memperlancar program andalan Presiden Prabowo Subianto tersebut.
"Jadi jangan ditanya ke kami, kalau misalnya kita ditanya tentang Badan Gizi ya dulu dari awal-awal perlu data tentang sekolahan, perlu data tentang jumlah murid, bertambah lagi ibu hamil, bertambah lagi jarak jangkaunya. Kita bisa bantu seperti itu," ucap Maruli.