DLHK Karawang turun tangan meninjau langsung limbah medis yang ditumpuk di kawasan permukiman warga di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat. [333] url asal
Limbah medis ditemukan dibuang bertumpuk di permukiman warga Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Mengutip dari detikcom, tumpukanlimbah medis itu diduga berasal dari salah satu rumah sakit swasta. DLHK Karawang menduga tumpukan limbah medis itu dikelola pengusaha yang juga mengelola limbah domestik.
"Kami temukan limbah domestik yang dikelola oleh pengusaha, namun di dalamnya memang terdapat limbah medis ya yang tercampur dengan sampah limbah domestik," kata Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan Hidup DLHK Karawang Meli Rahmawati di lokasi temuan limbah medis, Kamis (10/4).
Di antara tumpukan medis itu ada banyak bekas infus, jarum suntik, dan lainnya. Meli mengatakan pihaknya bersama tim Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (Wasdal LH) telah membawa beberapa sampel limbah medis tersebut untuk diteliti guna penindakan lebih lanjut.
"Kami temukan di antaranya, bekas infusan, jarum suntik, dan bekas obat-obatan. Kami sudah bawa sampelnya untuk penindakan selanjutnya," kata dia.
Selain jarum suntik dan alat infus, juga di lokasi terpantau ada alat tes darah hingga multiparameter yang di dalammya terdapat noda darah. Ada pula kemasan berlogo salah satu rumah sakit swasta di Karawang.
Banyak pula dari sampah-sampah medis itu yang berceceran di tanah setelah kantong plastik hitam yang membungkusnya dibakar.
"Ini memang kita baru dapat keterangan terbatas, nanti kita konfirmasi lagi pihak rumah sakitnya. Kita harus pastikan dulu apakah ini kelalaian dari rumah sakit atau kesengajaan," ujar Meli.
Mengenai prosedur pengelolaan limbah medis, kata Meli, sudah dijelaskan secara aturan Kementerian Lingkungan Hidup, maupun Kementerian Kesehatan.
"Untuk limbah medis sudah jelas di aturan bahwa dia harus dikelola oleh pihak ketiga yang berizin khusus untuk menangani limbah medis," ucap Meli.
Sementara, mengenai kronologi limbah medis tersebut, Meli belum dapat menjelaskan lebih detail karena harus meminta keterangan bos pengelola tumpukan sampah tersebut. Sementara itu, di lokasi tak ada pengelola usaha limbah secara langsung.
"Di sini hanya ada pekerja, untuk kegiatan usaha pengelolaan limbah barang bekas ini katanya sudah 5 bulan, tapi baru kita ketahui kemarin terkait dengan adanya limbah medis ini," kata dia.
Warga Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Makassar, dibuat geger dengn munculnya seekor buaya di permukiman mereka yang sedang terendam banjir. [600] url asal
Warga Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), dibuat geger dengan munculnya seekor buaya di permukiman mereka yang sedang terendam banjir. Buaya berukuran 3,8 meter itu sempat membuat warga kewalahan sebelum tertangkap.
Buaya itu tepatnya muncul di Kampung Kajang, Lorong 1, Kelurahan Tamangapa, Rabu (12/2) sekitar pukul 23.00 Wita. Buaya tersebut pertama kali terlihat oleh seorang pengemudi ojek online (ojol) yang sedang mengantar paket.
"Itu buaya awalnya dilihat oleh ojol yang mau masuk antar paket di lorong, dia kaget teriak ada buaya," ujar Muhammad Arfah, seorang warga setempat saat ditemui detikSulsel, Kamis (13/2/2025).
Menurut Arfah, pengemudi ojol tersebut bahkan batal masuk ke dalam lorong karena kemunculan buaya itu. Sementara warga yang mendengar teriakan langsung bergegas keluar rumah.
"Saya di dalam rumah dengar ada orang berteriak buaya, buaya, saya keluar ada mi di depan," kata Arfah.
Buaya itu terus berenang di lorong sekitar rumahnya saat dikepung oleh warga. Warga dengan peralatan seadanya seperti balok kayu, parang dan terus menghalangi buaya keluar pemukiman.
"Buaya dari lorong 1 terus belok ke Tamangapa Raya 5, di ujung baru ditangkap kebetulan di sana ada timbunan pasir jadi terhalang. Tadi malam ramai sekali, keluar semua orang keluar, banyak orang juga datang," paparnya.
Warga Sempat Kesulitan Tangkap Buaya
Arfah mengatakan warga sempat kesulitan menangkap buaya tersebut karena hanya menggunakan peralatan seadanya. Buaya tersebut baru ditangkap dengan menggunakan tali setelah 2 jam dikepung.
"Kan kemarin air di sini sampai lutut memang. Itu buaya kayak cari jalan keluar tapi banyak orang, banyak juga anak-anak di ujung lorong. Jadi saya usir keluar karena ada anak-anak, jadi ada itu penjual pasir di depan di situ kemarin ditangkap. Dua jam baru bisa ditangkap sekitar jam 01.00 malam," jelasnya.
"Ditangkap pakai tali, ditado (diikat) kepalanya. Panjangnya sekitar 4 meter, perutnya kayaknya ada 1 meter. Untungnya juga tadi malam saya lihat buaya tidak menyerang warga," katanya.
Dia mengaku baru kali ini ada buaya muncul di pemukiman ini. Sebelumnya, kata Arfah, buaya hanya sering terlihat oleh warga di sungai dekat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sekitar kawasan tersebut.
"Baru kali ini ada masuk buaya sampai di sini, kayaknya dari sungai di belakang lewat sawah baru sampai di sini," katanya.
Setelah tertangkap, buaya itu lalu diserahkan ke Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) Kota Makassar. Buaya kemudian diserahkan ke Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulsel.
"Buaya yang viral sudah ditangkap dan sekarang sudah ada di Mako Damkar yang selanjutnya berkoordinasi dengan BBKSDA untuk besok dijemput," kata Kepala Damkarmat Makassar Hasanuddin.
BBKSDA Duga Habitat Buaya Terganggu
BKSDA Sulsel mengatakan kemunculan buaya di permukiman diduga karena habitatnya terganggu. Kondisi ini juga dipicu karena tingginya debit air di sungai.
"Ini faktor banjir, kemudian habitatnya yang terganggu," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah IV Gowa BKSDA Sulsel, Tamsil kepada detikSulsel, Kamis (13/2).
Tamsil mengatakan sejumlah titik di Kecamatan Manggala, termasuk di Kelurahan Antang, memang rawan kemunculan buaya. Sungai yang berada di lokasi menjadi habitat buaya.
"Ya, untuk sementara ini yang ada laporannya itu di Antang, sungai Antang," ucapnya.
Buaya juga sempat dilaporkan muncul di rawa belakang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang termasuk di sungai wilayah Tamangapa. Pihaknya sempat berupaya melakukan evakuasi beberapa hari lalu namun gagal.
"Jadi itukan kita sudah melakukan upaya evakuasi kemarin dengan memasang kandang perangkap namun belum berhasil (buaya) masuk di dalam kandang," sebutnya.
Pihaknya mengimbau warga Makassar untuk berhati-hati. Tamsil meminta warga tidak beraktivitas di lokasi yang menjadi tempat kemunculan buaya.
"Yah untuk warga yang di sekitar kelurahan Tamangapa yang dekat dengan pembuangan sampah TPA Antang harap berhati-hati beraktivitas di sungai, karena di situ masih ada buaya di situ," imbuh Tamsil.
Warga Kampung Padayungan, Tasikmalaya, temukan granat saat menggali pondasi. Polisi amankan lokasi dan rencanakan pemusnahan granat berbahaya tersebut. [467] url asal
Warga Kampung Padayungan, Kelurahan Tuguraja Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya digegerkan dengan penemuan granat di rumah salah seorang warga, Kamis (26/12/224).
Benda berbahaya berupa granat nanas itu ditemukan di rumah Kokom (60), saat sedang melakukan penggalian untuk pondasi bangunan.
Proses penggalian di bagian belakang rumah itu dilakukan oleh anak dan menantu Kokom, yakni Uus dan Oban.
"Sebenarnya ditemukan kemarin sore, tapi karena hujan deras kami baru lapor tadi pagi," kata Uus.
Uus menjelaskan, saat itu dia sedang melakukan penggalian dengan kedalaman sekitar 50 sentimeter.
"Lagi gali pondasi, mau pasang cakar ayam (rangkaian besi beton), linggis membentur benda keras," kata Uus.
Saat itu dia sempat memegang dan memeriksanya, karena saat ditemukan granat itu tak berbentuk. Baru setelah dibersihkan, dia menyadari benda yang ditemukannya adalah granat.
"Langsung saya simpan lagi, kerja juga berhenti, lagi pula sudah sore dan hujan. Nah tadi pagi baru laporan," kata Uus.
Ade Suparman, Ketua RW setempat mengatakan kasus serupa pernah terjadi saat warga melakukan renovasi masjid.
"Sekitar tahun 2004 waktu menggali untuk renovasi masjid, pernah juga ditemukan mortir, peluru ukuran besar, sebesar jantung pisang," kata Ade.
Dia mengaku tidak mengetahui penyebab dan dari mana benda-benda berbahaya itu. Namun dia berasumsi benda itu peninggalan zaman kemerdekaan.
"Kalau menurut cerita orang tua, di wilayah ini dulunya sering dijadikan tempat peristirahatan tentara. Katanya waktu zaman Jepang atau zaman pemberontakan DI/TII," kata Ade.
Kapolsek Cihideung AKP Erustiana membenarkan adanya penemuan granat tersebut. "Ditemukannya kemarin, tapi laporan tadi pagi, kami langsung ke lokasi melakukan penanganan," kata Erustiana.
Erustiana menambahkan pihaknya langsung melakukan upaya pengamanan lokasi. Garis polisi dipasang untuk sterilisasi area rumah yang berada di permukiman padat penduduk tersebut.
"Kami langsung melakukan koordinasi dengan Jihandak Brimob Polda Jabar, sedang di perjalanan dari markas Brimob, untuk sementara TKP sudah kami amankan," kata Erustiana.
Rencananya setelah dievakuasi, granat nanas itu akan langsung diledakkan atau dimusnahkan.
"Rencananya akan langsung didisposal, kami sedang siapkan lokasi yang aman untuk prosesnya," kata Erustiana.
Polisi menggerebek laboratorium narkoba di Uluwatu, Bali, yang memproduksi hasis. Empat orang ditangkap, pabrik beroperasi di tengah permukiman. [1,179] url asal
Polisi menggerebek sebuah vila di Jalan Cempaka Gading, Unggasan, Uluwatu, Bali. Vila itu digerebek polisi karena dijadikan laboatorium pembuatan alias produksi narkotika jenis hasis dan pil happy five. Pabrik narkoba itu sengaja beroperasi di tengah permukiman penduduk untuk menyamarkan kejahatan tersebut.
Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada mengatakan, baru kali pertama ada laboratorium narkoba yang memproduksi hasis di Indonesia. Laboratorium serupa yang sudah digerebek di sejumlah daerah di Indonesia, rerata hanya memproduksi ganja sintetis.
"Kami melakukan joint operation pengungkapan clandestine laboratory hasis pertama di Indonesia, di daerah Uluwatu, Bali," kata Wahyu di lokasi, Sabtu (19/11/2024).
Empat Orang Ditangkap
Polisi menyita sejumlah peralatan laboratorium dan mesin produksi yang digunakan untuk mengolah hasis, ganja, dan pil happy five. Ada juga bahan kimia dan lainnya yang digunakan untuk meracik hasis dan pil happy five hingga siap diedarkan.
"Dari informasi pengiriman mesin cetak, pods system, dan precursor atau bahan kimia, dapat diprediksi bahwa mesin tersebut digunakan untuk produksi besar," kata Wahyu.
Tak hanya barang bukti berupa hasis dan pil happy five siap edar, serta peralatan produksinya. Sebanyak empat orang turut diamankan dalam pengungkapan kasus itu.
Mereka adalah MR (30), RR (25), NP (27), dan Denny Akbar Hidayat alias DA (28). Selain mereka, ada lagi mpat rang lagi berinsial DOM, MAN, RMD, dan IC. Polisi masih memburu mereka hingga kini.
Bahan Baku dan Peralatan Dibeli dari China
Pabrik narkoba di vila Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Bali, yang digerebek polidi mendapatkan bahan baku dan alat dari China. Bahan baku dan peralatan itu dipakai untuk memproduksi hasis 1.000 kilogram (kg) lebih dan 3,2 juta butir pil koplo happy five.
Bahan kimia serta alat-alat laboratorium lainnya yang sebagian besar didatangkan dari Cina dikirim dari luar negeri melalui cargo Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan sebagian lainnya dari dalam negeri," kata Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada di lokasi, Selasa (19/11/2024).
Dengan bahan baku dan peralatan itu, pabrik tersebut mampu memproduksi memproduksi narkoba dengan total nilai Rp 1,5 triliun. Namun, Wahyu menduga kapasitas pabrik narkotika itu lebih tinggi.
Sebab, karena masih ada peralatan yang tidak sempat terpakai karena keburu digerebek. Beberapa mesin pengolah atau pencacah daun ganja menjadi bubuk ganja yang bahkan masih dibuka segelnya karena belum digunakan.
"Masih ada segelnya. Maka, daripada mesin yang belum dipakai, akan memproduksi yang lebih besar lagi, kami lakukan preventive strike," kata Wahyu.
Mampu Hasilkan 4.000 Pil Happy Five per Jam
Wahyu mengungkapkan laboratorium narkoba rahasia (clandestine drugs laboratory) di vila Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Bali, mampu memproduksi 4.000 pil happy five per jam. Ribuan pil haram itu dihasilkan dari dua alat cetak yang mampu mencetak 0,3 gram bahan baku menjadi pil happy five.
"Ada dua unit alat pencetak tablet happy five. Dengan kemampuan satu alat itu, bisa mencetak 4.000 butir per jam," kata Wahyu.
Dengan kapasitas produksi tersebut, lab narkoba itu mampu memproduksi sebanyak 3,2 juta butir happy five. Ekstasi itu diproduksi dari 107 kilogram (kg) bahan baku. Selain itu, juga mampu memproduksi 1.063,9 kg hasis dan 29 kg ganja sebagai bahan baku hasis.
Semua narkotika yang diproduksi di pabrik itu akan diedarkan di kafe-kafe di Bali, Jawa, dan luar negeri. Rencananya juga akan diedarkan saat malam Tahun Baru 2025.
"Rencananya akan diedarkan di Bali, beberapa tempat di Jawa, termasuk dikirim ke luar negeri. Ada indikasi mereka berencana memproduksi (narkotika) dengan jumlah yang besar, untuk menghadapi perayaan tahun baru," ungkapnya.
Ada Hasis Cair Dicampur ke Rokok Elektrik
Wahyu menjelaskan Mr dan kawan-kawan mengesktraksi setiap 1.000 gram atau 1 kg ganja menjadi 200 gram hasis. Tiap 1 gram hasis dibanderol US$ 220 atau Rp 3,5 juta.
Hasis murni dan pil happy five itu rencananya akan diedarkan di sejumlah kafe di Bali. Barang haram itu juga akan diedarkan ke sejumlah tempat di Jawa dan di luar negeri.
Namun, ada juga hasil olahan berupa hasis cair yang dicampur ke dalam cairan rokok elektrik atau vape liquid.
"Yang menarik di sini adalah pengisian cartridge pods (untuk rokok elektrik atau vape)," kata Wahyu.
Dia tidak menjelaskan berapa harga liquid vape yang dijual setelah dicampur hasis cair. Yang pasti, harga liquid vape yang sudah dicampur hasis harganya lebih mahal ketimbang liquid biasa di pasaran.
Para pengedar sengaja memanfaatkan liquid vape untuk menyamarkan peredaran hasis itu sendiri. Menurut mereka, penggunaan vape di Indonesia tidak dilarang.
Sehingga, cara mencampurkan hasis cair ke dalam liquid vape itu menjadi cara aman pengedar dalam mengedarkan narkobanya. Mereka menyasar para pemuda melalui modus itu.
"Pods system yang biasanya digunakan sebagai lat untuk vaping dengan tampilan yang modern dan praktis, seringkali dianggap sebagai barang biasa yang tidak mencurigakan. Tapi justru ada yang sudah dimodifikasi menjadi media untuk mengkonsumsi narkoba," katanya.
Karenanya, dia mengimbau masyarakat agar berhati-hati dengan produk liquid vape yang beredar. Konsumsi narkoba dalam bentuk apapaun akan tetap terdeteksi dengan alat tes urine.
Diintai Selama Dua Bulan
Wahyu menuturkan, penggerebekan laboratorium narkotika di Uluwatu, Bali, itu berawal dari pengungkapan kasus serupa di Yogjakarta pada September 2024. Hasil dari penggerebekan itu diperoleh informasi bahan baku yang dipakai untuk memproduksi 25 kg hasis, salah satunya didapat dari Bali.
Berbekal informasi itu, polisi lalu bergerak ke Bali. Tak lama, korps baju hijau menemukan lokasi laboratorium rahasia yang berada di sebuah tempat di Jalan Gatot Subroto, Denpasar Utara.
"Namun, belum sempat digerebek, MR dan kawan-kawan sudah memindahkan laboratoriumnya ke Kelurahan Padangsambian, Denpasar Barat," ungkapnya.
Hingga ketika MR dan kawan-kawan Kembali memindahkan laboratoriumnya di Uluwatu, saat itulah polisi akhirnya bergerak menggerebek mereka, setelah dua bulan beroperasi di Bali.
"Modus operandi produksi narkoba dengan membangun clandestine lab di tengah pemukiman penduduk, bertujuan menyamarkan perbuatannya," katanya.