JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana memastikan kualitas makanan bergizi gratis (MBG) tidak akan terganggu meski bahan baku mengalami kenaikan harga.
"Jadi harga (bahan baku) itu naik maupun turun tidak boleh mempengaruhi kualitas makanan," ujar Dadan kepada awak media di Gedung Ombudsman, Jakarta Selatan, Rabu (14/5/2025).
Dadan menegaskan, penggunaan anggaran bahan baku ini sifatnya at cost, artinya jika lebih maka akan dikembalikan, jika kekurangan akan ditambah.
Dadan mengatakan, aspek pengiritan bahan baku tidak berkaitan dengan adanya temuan ratusan anak yang keracunan MBG di Bogor, Jawa Barat.
"Nah terkait dengan tadi ada pertanyaan apakah ada aspek-aspek pengiritan, di mana kualitas makanan segala macam, itu tidak ada. Kenapa? Karena dengan ketetapan at cost itu tidak ada gunanya seperti itu," jelasnya.
Dengan penerapan model pembiayaan at cost, kata Dadan, BGN tetap menjaga kualitas makanan walaupun harga bahan bakunya naik.
"Jadi kenapa kami menetapkan at cost untuk bahan baku dan operasional? Karena yang kami jaga adalah kualitas makanan," kata dia.
Sebelumnya, Dadan pernah menyebut pagu yang disiapkan untuk anak PAUD sampai siswa SD kelas 3 adalah Rp 8.000, sedangkan anak lainnya Rp 10.000.
Menurut Dadan, perbedaan pagu itu terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia bagian barat.
Namun, pagu juga bisa berubah berdasarkan tingkat kemahalan bahan baku di masing-masing daerah.
"Pagu bahan baku tersebut akan berubah sesuai indeks kemahalan masing-masing daerah (sesuai rilis Bappenas). Misalnya Papua, Puncak Jaya Rp 59.717, dan lain-lain," tutur Dadan kepada Kompas.com, 9 Maret 2025 lalu.
Kasus dugaan keracunan terbaru dan temuan bakteri
Soal kasus dugaan keracunan menu MBG yang terbaru, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat total korban mencapai 223 orang hingga Selasa (13/5/2025).
Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menyampaikan bahwa data ini merupakan hasil dari penyelidikan epidemiologi terbaru.
Sebanyak 27 siswa sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, sementara 18 lainnya masih dirawat di beberapa fasilitas kesehatan seperti RS Hermina, RS Islam, RSUD Kota Bogor, RS PMI, dan lainnya.
Bakteri muncul dari telur ceplok yang dipakai bumbu barbeku. Kemudian ada juga tumis toge dan tahu yang terindikasi mengandung bakteri Salmonella dan E coli.