Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana menyampaikan bahwa serangga bisa menjadi salah satu menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Wacana ini kemudian menuai bermacam-macam komentar.
Salah satunya dari pakar kesehatan dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Idham Cholid. Dia mengatakan rencana tersebut tak ada salahnya, sebab serangga bisa menjadi cara dalam memanfaatkan makanan lokal.
Namun, ia memberikan saran agar pemerintah juga ikut memperhatikan kebiasaan siswa. Olahan serangga di Indonesia masih belum lazim kecuali di beberapa daerah tertentu.
"MBG merupakan program bagus, tetapi memang dalam praktik pemberiannya perlu memperhatikan preferensi atau kebiasaan anak dalam mengkonsumsi jenis makanan di berbagai daerah. Memanfaatkan bahan pangan lokal boleh, asal memenuhi standar gizi," ujarnya dilansir dari laman UM Surabaya, Selasa (28/1/2025).
Harus Perhatikan Habitus Gizi Anak
Rencana ini menurut Idham harus dikaji dan merelevansikannya dengan budaya atau kebiasaan anak. Pasalnya, belum banyak anak yang paham bahwa serangga bisa dimakan.
"Ada yang namanya 'habitus gizi' yaitu anak-anak dibentuk oleh lingkungan budaya dan ekonomi rumah tangga, yang pada gilirannya terkait dengan praktik-praktik makanan dan ideologi makan tertentu," jelasnya.
Anak-anak yang belum pernah memakan serangga bisa bereaksi jijik atau menolak untuk makan. Terlebih ketika mereka melihat serangga mirip ulat.
Belalang dan Ulat Sagu Kaya Vitamin tapi...
Idham mengatakan belalang dan ulat sagu memang kaya akan protein, lemak dan mikronutrien. Kandungan tersebut mirip dengan apa yang dimiliki oleh hewan.
"Misalnya ulat dikenal karena kandungan vitamin B1, B2, dan B6, serta vitamin D. Sedangkan belalang menyediakan vitamin A, D3, dan B12, beserta mineral penting seperti zat besi dan seng," imbuhnya.
Meskipun kaya vitamin, Idham mengingatkan untuk tidak luput dari potensi racun dari pestisida. Banyak serangga yang terpapar pestisida hingga logam berat.
Jika serangga akan dijadikan menu MBG, Idham menyarankan untuk membuat peternakannya dahulu. Serangga yang diternak akan lebih aman daripada serangga yang ditangkap di alam liar.
Pembukaan peternakan serangga juga dapat membantu ekonomi warga lokal. Pemerintah bisa mengajak masyarakat di sekitar peternakan untuk membudidayakannya.
"Serangga yang dibudidayakan merupakan pilihan yang lebih aman karena mereka menerima pakan yang terkontrol dan menjalani pemeriksaan kesehatan yang ketat," pungkasnya.