Siswa TK, SD, dan SMP di Kota Bogor, Jawa Barat, yang mengalami keracunan usai diduga mengonsumsi makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) bertambah. [336] url asal
Jumlah siswa di Kota Bogor, Jawa Barat yang mengalami keracunan usai mengonsumsi makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) bertambah.
Berdasarkan data terbaru, tercatat sebanyak 171 siswa mengalami keracunan, sebelumnya tercatat jumlah korban diduga keracunan 36 orang.
"Korban baru yang terdata hari ini sebanyak 135 orang, sehingga total korban menjadi 171 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno seperti dikutip Detik, Kamis (8/5).
Dinas Kesehatan Kota Bogor, menurut Retno, juga telah berkoordinasi dengan sekolah jika terdapat penambahan kasus lagi. Dinkes Kota Bogor juga berkoordinasi dengan RS apabila ada laporan penambahan kasus.
"Dengan rincian 22 orang menjalani rawat inap, 29 orang menjalani rawat jalan, dan 120 orang mengalami keluhan ringan," tuturnya.
Lebih lanjut, Retno mengatakan, data tersebut berasal dari 13 sekolah di Kota Bogor.
Menurut Retno, Pemerintah Kota Bogor telah melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) lanjutan pada 13 sekolah bersama dengan puskesmas, serta berkoordinasi dengan rumah sakit (RS) tentang pengambilan sampel dari muntahan pasien yang dirawat inap.
"Selanjutnya berkoordinasi dengan Labkesda untuk pemeriksaan sampel muntahan pasien, melakukan pengambilan sampel air minum isi ulang sebanyak dua liter, mengambil sampel usap tray sebanyak satu buah, sampel usap wadah makanan sebanyak satu buah, dan sampel usap dubur penjamah makanan sebanyak dua orang," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 36 siswa SD dan SMP di Tanah Sareal, Kota Bogor mengalami keracunan usai mengonsumsi makanan program MBG yang diproduksi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bina Insani Tanah Sareal.
Wali Kota Bogor Dedie A Rachim meminta Dinas Kesehatan menguji sampel sisa makanan hingga tempat makanan yang digunakan para pelajar.
"Saya menugaskan Kadinkes untuk melihat sample dari bahan bahan bakunya, kemudian juga sample sisa makanan dan juga muntahan. Tetapi juga kita kadang kadang harus juga memperhatikan kebersihan dari omprengnya (tempat makanan)," kata Dedie, Rabu (7/5).
Dedie mengatakan, peristiwa tersebut sudah termasuk kejadian luar biasa (KLB).
"Yang pasti kami merasa prihatin dengan kejadian KLB, kejadian luar biasa. Keracunan yang menimpa anak anak siswa di lingkungan Tanahsareal, sumbernya dari SPPG Bina Insani yang tentunya kita harus lihat lebih mendalam," ujarnya.
Puluhan siswa di Cianjur, Jawa Barat (Jabar) dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat. Mereka diduga keracunan usai menyantap makan bergizi gratis (MBG).
Dilansir detikJabar, Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) usai kejadian tersebut. Para korban tersebut alami keracunan usai santap makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Yusman Faisal, mengatakan berdasarkan data terakhir total korban keracunan usai menyantap makanan program MBG mencapai 78 siswa yang terdiri dari 23 siswa SMP PGRI 1 dan 55 siswa MAN 1 Cianjur.
"Kalau keracunan itu pasti langsung ditetapkan KLB," kata dia.
Yusman mengatakan, selama masa KLB, Dinkes akan memaksimalkan penanganan terhadap korban yang sudah terdata, baik yang masuk ke rumah sakit ataupun dirawat di rumah.
Selain itu, lanjut dia, Dinkes juga meminta agar seluruh siswa yang memakan MBG untuk didata.
"Untuk siswa dari SMP PGRI 1 dan MAN 1 Cianjur didata seluruhnya. Yang tidak muncul gejala pun perlu didata untuk dipantau kondisi kesehatannya. Memastikan tidak ada lagi tambahan korban dan semuanya sehat kembali," ucap dia.
"Kita juga terjunkan tim dari setiap puskesmas yang nantinya akan mendatangi setiap korban untuk memantau perkembangan kondisi kesehatannya," kata dia.
Usai kejadian tersebut, dapur di Kecamatan Cianjur menghentikan produksi MBG. Dia menyebut, pihaknya akan melakukan uji laboratorium terhadap sampel makanan yang dikonsumsi oleh para siswa yang mengalami keracunan.
"Sampai masalah ini selesai kita tidak akan dulu produksi (MBG, red)," ujar Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur Kecamatan Cianjur Fakhri Lubis, Selasa (22/4/2025).
"Kita uji laboratorium sampel makannya. Sehingga nanti hasilnya objektif, apakah keracunan ini disebabkan oleh makanan dari MBG atau bukan," lanjutnya.
Fakhri mengklaim, jika proses penyiapan MBG di SPPG dapur Kecamatan Cianjur sudah sesuai standar, dimulai dari bahan baku hingga pengemasan. Bahkan penggunaan kotak nasi dari bahan plastik pun disebutnya merupakan kotak nasi foodgrade.
"Untuk MAN memang kita pakai kotak dari plastik, tapi itu sudah standar dan foodgrade. Proses penyiapan bahan baku, pemasakan, dan pengemasan juga sesuai standar. Tapi untuk pastinya nanti dilihat dari hasil uji laboratorium," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana turun langsung ke Cianjur, Jawa Barat, untuk menjenguk siswa MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur yang diduga keracunan massal setelah menyantap makanan dari program MBG. Dadan juga mengecek Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cianjur.
"Pagi ini Rabu, 23 April 2025, saya berangkat ke Cianjur, Jawa Barat, untuk mengecek SPPG Cianjur dan menemui anak-anak kita para pelajar, guru, tenaga kesehatan dan saudara kita lainnya," ujar Dadan dalam keterangan persnya yang diterima, Rabu (23/4/2025).
Dadan mengatakan SPPG Cianjur telah beroperasi sejak 15 Januari 2026. Dia mengatakan akan mencari tahu penyebab keracunan massal ini. Menurutnya, ini pertama kali terjadi di Cianjur.
"Musibah keracunan ini adalah kejadian pertama, berbagai penyebab terus kami ditelusuri dengan teliti," katanya.
Dia menyebut setiap hari SPPG Cianjur memproduksi 2.071 porsi hingga 3.470 porsi Makan Bergizi Gratis untuk pemenuhan gizi anak-anak di sembilan sekolah. Dia mengatakan siswa yang mengalami keracunan ini sudah ditangani.
"Jumlah siswa yang terdampak akibat mengonsumsi Makan Bergizi Gratis, yaitu 52 dari 788 siswa MAN 1, dan 20 dari 167 Siswa SMP PGRI 1. Semuanya telah ditangani dengan baik," katanya.
Akibat peristiwa ini, Dadan mengatakan pihaknya menambah satu standar operasional prosedur (SOP) MBG. Dadan meminta agar sisa makanan dibersihkan di SPPG.
"Dari peristiwa ini, Badan Gizi Nasional menambah satu SOP dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis, yaitu, sisa makanan tidak dibersihkan di sekolah, tapi di SPPG. Selain itu akan dilakukan beberapa pelatihan tambahan untuk penguatan SDM di lapangan," katanya.
Dadan mengatakan pihaknya akan memperketat sistem pengawasan dan pelatihan seluruh SPPG. Dia juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan menunggu hasil investigasi resmi.
"Kami akan memperketat sistem pengawasan dan pelatihan terhadap seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Tujuan kami bukan sekadar menyikapi kasus, tapi membangun sistem pangan sekolah yang kuat, aman, dan berkelanjutan," tambahnya.
Sekolah-sekolah di Bandung mulai menerima makanan dari program Makan Bergizi Gratis. Pendistribusian dilakukan untuk 3.500 siswa di 7 sekolah. [439] url asal
Sekolah-sekolah di Kota Bandung mulai mendapat makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG), Senin (6/1/2025). Proses pendistribusian makanan itu dilakukan oleh dua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Pantauan detikJabar, salah satu SPPG berada di kawasan Lanud Husein Sastranegara. Di sana terdapat dua dapur yang memasak menu makanan program MBG untuk 3.500 siswa di 7 sekolah. Mulai pukul 08.00 WIB, makanan didistribusikan ke sejumlah sekolah.
Proses pendistribusian perdana program MBG ini disaksikan langsung Pj Wali Kota Bandung A Koswara serta Danlanud Husein Sastranegara Kolonel Pnb Alfian. Pendistribusian dilakukan dalam dua termin yakni untuk kelas 1-3 SD dan 4 hingga SMA.
"Sesuai dengan program pemerintah pusat yang kita monitor, dapur yang ada itu hari ini ada dua dapur yang melakukan distribusi makan bergizi gratis. Satu dari Danlanud, satu lagi dari badan gizi, itu ada di Sukajadi," ucap Koswara di SD Angkasa.
"Itu ada tujuh (sekolah) SD, SMP, SD ada lima, SMP ada dua itu yang dari Badan Gizi. Kemudian Danlanud ini juga sama ada tujuh lokasi, SD dan SMPnada juga SMA. Jadi satu dapur itu rata-rata 3.500 Paket," lanjutnya.
Menurut Koswara, dari total 479 SD negeri/swasta dan 269 SMP negeri/swasta dengan total 302.109 siswa, Pemkot Bandung menargetkan 20 persennya bisa mendapat program MBG di tahun 2025 ini.
"Kalau menurut informasi awal, dari 302.109 itu 20 persen untuk target 2025, itu ya 20 persen yang dapat distribusi makan gizi gratis. Pemilihan lokasi (sekolah) berdasarkan radius dari dapur, karena distribusinya tidak boleh terlalu lama," ujarnya.
Selain di Lanud Husein Sastranegara, SPPG juga berada di Kecamatan Sukajadi dengan penanggungjawab program RM Metro. Sementara di Jawa Barat secara total, jumlah SPPG mencapai 57 yang terbagi di sejumlah daerah.