Presiden terpilih Prabowo Subianto luncurkan program 3 juta rumah untuk pengentasan kemiskinan. Targetnya, jumlah rumah akan meningkat setiap tahun. [555] url asal
Presiden terpilih Prabowo Subianto memiliki program 3 juta rumah sebagai salah satu program unggulannya. Ke depan, jumlah rumah yang dibangun akan bertambah setiap tahunnya.
"Jadi program Pak Prabowo adalah program pengentasan kemiskinan yang instrumennya adalah perumahan, subsidi perumahan sehingga dikembalikan lagi Kementerian Perumahan oleh Pak Prabowo. Jadi angka 3 juta itu adalah awal dari tahun pertama, tahun berikutnya itu double. Double kenapa? Supaya jangan baseline," ujar Anggota Satgas Perumahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto, Bonny Z. Minang dalam acara Forum Diskusi Katadat "Indonesia Future Policy Dialogue" di Le Meridien, Rabu malam (9/10/2024).
Bonny menjelaskan, program 3 juta rumah nantinya akan terbagi menjadi 1 juta hunian di perkotaan yaitu dalam bentuk rumah susun atau high rise lalu 2 juta hunian di pedesaan.
Untuk 2 juta hunian di pedesaan nantinya bisa berupa renovasi atau pembangunan rumah. Nah, nantinya kontraktor yang boleh mengerjakan 2 juta hunian adalah kontraktor yang ada di desa. Kontraktor dari konglomerat nggak boleh ikut, kata Bonny. Dengan demikian, diharapkan roda ekonomi di perdesaan dapat berputar sehingga bisa menambah pendapatan negara.
Agar kontraktor di desa dapat bergerak, ujar Bonny, pihaknya mengajak kerja sama perbankan untuk membantu soal pembiayaan perumahan. Dengan begitu, program pembangunan rumah di pedesaan dapat terlaksana.
Ditemui usai acara, Bonny menyebutkan, berdasarkan data dari Bank Dunia, jumlah penduduk miskin di Indonesia sekitar 25 juta orang. Untuk dapat memenuhi tujuan Prabowo dalam mengentaskan kemiskinan, pihaknya mencoba untuk mengambil data parameter dari pelanggan PLN yang menggunakan listrik 450 KVA yang ada sekitar 24 juta.
"Sehingga Pak Prabowo atau ketua Satgas kami, Pak Hashim mengatakan 'kita coba dulu dengan program 3 juta rumah, 1 juta di kota 2 juta di desa'. Nah nanti, tahun depannya kita double supaya dia nggak baseline. 2026 itu nanti double, supaya GDP-nya growth-nya naik, supaya nggak baseline. Kalau 2 juta (rumah) (tahun depan) 2 juta lagi kan baseline," ujarnya.
Ia melanjutkan, sembari melaksanakan program 3 juta rumah, pihaknya juga akan melakukan pengecekan siapa yang berhak mendapatkan bantuan perumahan. "Benar nggak orang miskin ini jumlahnya segitu? Kan harus kita verifikasi. Jadi PR kita banyak nih," tuturnya.
Apabila di tahun selanjutnya menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi, maka tahun depan program pembangunan rumah akan diperbanyak lagi. Ia optimistis apabila program tersebut bisa terlaksana sesuai rencana, kemiskinan di Indonesia dapat teratasi dalam 5 tahun.
"Kalau sekarang 2 juta (rumah), tahun 2026 4 juta (rumah), 2027 katakan 8 juta (rumah), 2028 16 juta (rumah), kan selesai 24 juta (pengentasan orang miskin)," ungkapnya.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menggelar peresmian pilot project Rumah Rendah Emisi. BTN hendak mendorong pembiayaan 150.000 Rumah Rendah Emisi sehingga ketersediaannya semakin banyak pada 2029.
Dalam acara ini, hadir pula Ketua Satgas Perumahan Presiden Prabowo Subianto, Hashim S. Djojohadikusumo yang menyatakan pihaknya mendukung penuh program BTN ini.
Menurutnya, pembangunan Rumah Rendah Emisi dinilai sejalan dengan upaya pemerintahan baru untuk membangun 1 juta rumah di perkotaan dan 2 juta rumah di desa di seluruh Indonesia setiap tahunnya.
"Membangun Rumah Rendah Emisi akan meningkatkan pasokan rumah layak huni dan berkualitas, sekaligus menyediakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Inisiatif ini juga akan mendorong green economy menjadi lebih terjangkau, karena permintaan akan komponen-komponen ramah lingkungan akan meningkat," jelas Hashim di Bekasi, seperti yang dikutip dari pernyataan tertulis pada Kamis (29/8/2024).
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu mengatakan gerakan ini merupakan komitmen BTN dalam menanggulangi perubahan iklim serta mendorong ekosistem perumahan nasional yang berkelanjutan.
Menurutnya, bangunan rumah dan aktivitas di dalamnya menjadi salah satu penghasil emisi karbon terbesar termasuk dari penggunaan energi, konstruksi, hingga perawatan dan pemeliharaan. Untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang, BTN akan berpartisipasi mendorong ketersediaan Rumah Rendah Emisi.
"Tahun ini ada 1.000 Rumah Rendah Emisi yang menggunakan minimal 10% material ramah lingkungan. Secara bertahap, akan ada 150.000 rumah dengan 30% porsi penggunaan material eco-friendly pada 2029," jelas Nixon.
BTN mengungkapkan akan menggunakan material ramah lingkungan berupa floor decking yang mengandung 3,6 kg sampah plastik. Proyek ini juga akan memakai paving block yang mengandung 2 kg sampah plastik per 1 meter persegi.
Penyediaan Rumah Rendah Emisi ini akan menjadi target bertahap hingga 2029. Dia berharap dari langkah ini juga BTN dapat berkontribusi pada pengurangan lebih dari 1,7 juta kilogram sampah plastik. Selain itu, emisi karbon juga akan ditekan sebesar 2,42 ton CO2. Dampak tersebut, imbuhnya, setara dengan penanaman 110.000 pohon dan 323 hektar penyerapan emisi.
Selain menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan, BTN juga menggerakkan para pengembang kategori Rumah Rendah Emisi untuk memastikan beberapa standar. Di antaranya efisien dalam pemakaian energi, air, pengelolaan sampah, hingga pengurangan polusi.
Untuk efisiensi energi, rumah ramah lingkungan tersebut diwajibkan memiliki banyak ventilasi, plafon tinggi, hingga rasio jendela terhadap tembok mencapai 15%-30%. Standar tersebut ditetapkan agar terdapat sirkulasi udara yang baik. Efisiensi air dilakukan melalui penggunaan keran debit kecil, pengolahan sanitasi yang baik, memiliki sumur resapan, hingga penggunaan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Kemudian, untuk pengolahan sampah, rumah beremisi rendah diwajibkan memiliki bak sampah pilah. Sementara, untuk menekan polusi, pengembang diminta menanam 1 tanaman penyerap emisi karbon per rumah.
Selain itu, pengurangan polusi juga dilakukan dengan menggunakan minimal 10% material ramah lingkungan pada dinding dan lantai, hingga memiliki ruang terbuka hijau sebanyak 10% dari total luas kawasan perumahan.
"Kami percaya, hunian layak, sehat dan ramah lingkungan akan meningkatkan kualitas hidup manusia yang tinggal di dalamnya," ujar Nixon.
Adapun, sejak 1976, BTN telah menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebanyak 5,2 juta unit baik melalui pembiayaan subsidi, non-subsidi, maupun pembiayaan perumahan syariah. Dalam rangka mendukung penuh Program Satu Juta Rumah sejak tahun 2015, BTN telah menyalurkan KPR sebanyak 1,9 juta unit atau setara Rp 403,5 triliun.