JAKARTA, KOMPAS.com - Staf Khusus (Stafsus) Menteri Pertahanan bidang Kedaulatan NKRI Lenis Kogoya menyebutkan, dapur untuk program makan bergizi gratis (MBG) di Papua akan dikelola langsung oleh masyarakat lokal.
"Nantinya, dapur masak akan berada di sekitar lokasi dan dikelola oleh masyarakat sendiri," kata Lenis dalam keterangannya, yang dibagikan Biro Informasi dan Humas Setjen Kemenhan RI, Selasa (11/3/2025).
Ini disampaikan Lenis saat mengunjungi SD Kebun Sirih di Kabupaten Mimika, Papua, dalam rangka sosialisasi MBG, Senin (10/3/2025).
Dengan dikelola masyarakat Papua, menurutnya, keamanan pangan bagi anak-anak dalam program MBG akan terjamin.
"Ini adalah program dari mereka untuk mereka, yang juga akan memberdayakan lahan-lahan milik masyarakat," ujar Stafsus Menhan ini.
Lebih lanjut, Lenis juga menekankan pentingnya peran guru dalam memberikan pemahaman yang benar kepada anak-anak, agar mereka mendapatkan asupan makanan bergizi yang aman dan berkualitas.
Selain itu, dia mengeklaim anak-anak Papua siap menerima MBG.
"Program MBG sangat membantu orangtua di Papua, karena mereka sekaligus mendapatkan edukasi pola gizi yang sehat dan seimbang bagi anak-anaknya," nilai Lenis.
Ia juga berpandangan, program MBG dapat menggerakkan program perekonomian di wilayah Papua.
Sebelumnya diberitakan, Badan Gizi Nasional (BGN) mewajibkan empat standar kemitraan untuk menjaga kualitas makanan.
Standar tersebut meliputi pemenuhan terkait kebutuhan kalori untuk setiap tahap kebutuhan.
Kemudian, yang kedua, memenuhi komposisi gizi, yaitu 30 persen protein, 40 persen karbohidrat, dan 30 persen serat.
Ketiga, higienis, dan terakhir keamanan.
"Nah, ini yang menjadi patokan kami," kata Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, saat ditemui di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, pada Kamis (27/2/2025).
Dadan menyebut, masalah keracunan dan makanan yang belum matang sering terjadi karena Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) belum terbiasa memasak dalam jumlah besar.
"Karena untuk bisa memasak, yang biasa masak 1-10, untuk bisa masak 1.000-3.000, butuh waktu membiasakan sampai kematangannya cukup, sampai rasanya sama," ucap dia.