BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Aksi protes warga atas pembangunan perumahan mewah The Emeralda Resort di Desa Jayamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, berbuah janji manis.
Aksi massa dengan memblokade akses masuk ke perumahan yang berdiri di puncak Gunung Kacapi itu selesai setelah pihak perumahan duduk bersama dengan puluhan warga.
Pertemuan massa aksi dan pengembang perumahan dimediasi oleh polisi dan pemerintah desa.
Adu argumen pada pertemuan itu cukup alot dengan memakan waktu tiga jam di dalam aula.
Warga menuntut agar The Emeralda Resort bertanggung jawab atas bencana banjir lumpur yang melanda permukiman setiap hujan deras turun.
"Kami akan kooperatif agar pembangunan daerah berkembang. Kami bukan bicara siapa atau siapa," ujar perwakilan The Emeralda Resort, Heru, saat ditemui seusai mediasi, Sabtu (19/4/2025).
Banjir yang terjadi setiap hujan itu diduga diakibatkan oleh hilangnya resapan air dan buruknya sistem pengairan yang dibangun di perumahan mewah tersebut.
Karena itu, air hujan mengalir deras dan limpasan yang membawa material tanah membanjiri permukiman hingga masuk ke dalam rumah.
Atas hal itu, The Emeralda Resort menjanjikan akan memperbaiki saluran irigasi agar tidak lagi menyebabkan banjir yang merugikan warga.
"Target kami untuk melakukan perbaikan. Nanti kami akan buat grup untuk sering-sering mendengar keluhan masyarakat," kata Heru.
KOMPAS.com/BAGUS PUJI PANUNTUN Puluahan warga menggelar aksi blokade jalan utama masuk perumahan mewah The Emeralda Resort di Desa Jayamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Sabtu (19/4/2025).Sebelumnya, puluhan warga menggelar aksi unjuk rasa dengan memblokade gerbang masuk perumahan mewah The Emeralda Resort sejak Sabtu (19/4/2025) pagi.
Aksi massa itu dipicu atas dugaan pelanggaran lingkungan proyek perumahan mewah yang mengakibatkan bencana banjir ke permukiman warga di sejumlah RW sekitar proyek tersebut.
"Yang terdampak banjir ada 12 RW. Setiap hujan, air dari atas (perumahan) limpas ke warga dan masuk rumah," ujar Hidayat (60), seorang warga yang ditokohkan masyarakat setempat.
Proyek perumahan mewah yang berdiri di puncak Gunung Kacapi itu menggunduli lahan dan menyulapnya menjadi beton yang mengakibatkan hilangnya daerah resapan air.
Pada pembangunannya, pengembang dinilai tak maksimal dalam membangun saluran pengairan atau irigasi sehingga debit air yang tinggi masuk ke permukiman warga yang berada di bawahnya.
"Kendalanya ini saluran air. Ini sebenarnya sudah beberapa kali demo ke The Emeralda ini. Cuma tidak digubris, tidak ditanggapi," ucap Hidayat.