
Potensi Ekonomi Perumahan Rendah Emisi
Saat banjir dan polusi makin parah, solusi hijau seperti Perumahan Rendah Emisi masih berjalan lamban. Jika dioptimalkan, bisa jadi motor pertumbuhan ekonomi. [1,123] url asal
#kolom #ekonomi-hijau #investasi-hijau
(detikFinance) 30/04/25 16:30
v/48889/

Perubahan iklim telah menjadi ancaman yang semakin nyata bagi kehidupan manusia di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Banjir, kekeringan, serta polusi udara yang mengkhawatirkan adalah contoh dampak yang semakin terasa di berbagai kota. Menghadapi tantangan besar ini, kita perlu beradaptasi dan mencari solusi yang tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Salah satu solusi yang semakin mendapat perhatian adalah Perumahan Rendah Emisi (PRE). Selain berperan dalam pengurangan emisi karbon, sektor ini menawarkan potensi besar untuk menciptakan lapangan pekerjaan, menarik investasi hijau, dan mendorong inovasi teknologi di Indonesia. Namun, meskipun prospeknya sangat menjanjikan, perjalanan untuk mewujudkan sektor ini sebagai mesin ekonomi masih dipenuhi dengan tantangan yang harus diatasi.
PRE tidak hanya berfungsi sebagai jawaban atas perubahan iklim. Lebih dari itu, PRE juga dapat menjadi mesin dan/atau pendorong pertumbuhan ekonomi dalam berbagai sektor. Tiga pilar utama yang dapat mengoptimalkan kontribusi sektor ini adalah menciptakan lapangan pekerjaan, menarik investasi hijau, dan mendorong inovasi teknologi.
Menciptakan Lapangan Pekerjaan
Pembangunan PRE membuka banyak peluang lapangan pekerjaan, baik di sektor konstruksi maupun di sektor pendukung. Diperlukan tenaga kerja terampil seperti ahli energi terbarukan, arsitek yang fokus pada desain ramah lingkungan, serta insinyur yang merancang dan memasang sistem efisiensi energi. Permintaan untuk bahan bangunan ramah lingkungan, seperti material daur ulang dan beton ramah lingkungan, juga akan menciptakan banyak lapangan kerja baru.
Selain itu, sektor terkait seperti transportasi berkelanjutan turut berkembang. Dengan semakin banyaknya permintaan terhadap kendaraan listrik dan infrastruktur pengisian daya, peluang kerja di sektor ini akan meningkat signifikan. Teknologi pengelolaan air hujan dan limbah yang efisien juga menjadi kebutuhan dan memperluas pasar tenaga kerja teknologi ramah lingkungan.
Sebagai gambaran, dampak penciptaan lapangan pekerjaan dapat dilihat pada proyek Green Building di Singapura, yang telah berhasil menciptakan banyak sekali pekerjaan baru dalam bidang konstruksi, energi terbarukan, dan pengelolaan air. Proyek ini mengintegrasikan konsep ramah lingkungan pada bangunan komersial dan residensial dan berkontribusi signifikan pada pengurangan emisi, dan sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.
Menarik Investasi Hijau
Selain membuka lapangan pekerjaan, pembangunan PRE berpotensi besar untuk menarik investasi domestik dan internasional. Seiring tren global yang semakin fokus pada keberlanjutan, banyak investor yang tertarik pada proyek yang mendukung pengurangan emisi karbon.
Indonesia, dengan sumber daya melimpah dan pasar besar, berpeluang menjadi magnet bagi investasi hijau. Laporan United Nations Environment Programme (UNEP) menjelaskan bahwa investasi hijau yang meningkat pesat di sektor perumahan dapat membantu Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca.
Di sisi lain, Indonesia juga berpeluang untuk menarik investasi internasional melalui kemudahan insentif fiskal dan kebijakan ramah investasi yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Sementara, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah meluncurkan berbagai program untuk mempercepat pembangunan hunian ramah lingkungan yang berkelanjutan. Pengembangan kawasan perumahan dengan fasilitas energi terbarukan menarik minat investor hijau global.
Mendorong Inovasi Teknologi
Pembangunan PRE mendorong inovasi teknologi, baik di sektor konstruksi, energi, maupun transportasi. Misalnya, di sektor konstruksi, penggunaan bahan bangunan efisien seperti kaca cerdas, beton ramah lingkungan, dan material daur ulang semakin berkembang. Teknologi pemanas dan pendingin berbasis energi terbarukan, serta desain bangunan yang memanfaatkan pencahayaan alami, juga semakin diminati untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Selain itu, teknologi energi terbarukan seperti panel surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan solusi penyimpanan energi berkembang pesat untuk mendukung pembangunan rumah ramah lingkungan. Integrasi sumber energi terbarukan di PRE juga berpotensi mempercepat transisi Indonesia menuju energi bersih.
Kita bisa berguru ke Jerman yang telah memberikan contoh konkret. Jerman berhasil mengembangkan sektor perumahan hijau dengan teknologi tinggi. Jerman mengintegrasikan teknologi energi terbarukan, yang membantu negara tersebut mengurangi emisi karbon secara signifikan. Inovasi ini tidak hanya mempercepat peralihan ke energi hijau tetapi juga menciptakan banyak sekali pekerjaan baru di sektor energi terbarukan.
Beberapa Kendala
Meskipun sektor PRE menawarkan berbagai manfaat, implementasinya di Indonesia masih dihadapkan pada beberapa kendala yang signifikan. Salah satu hambatan utama adalah biaya awal pembangunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perumahan konvensional. Penggunaan teknologi hijau, bahan bangunan ramah lingkungan, dan sistem energi terbarukan disinyalir membutuhkan investasi yang lebih besar di awal. Meski pada akhirnya lebih efisien dan berkelanjutan, banyak pengembang yang enggan mengambil risiko ini.
Menurut World Bank, biaya awal yang lebih tinggi menjadi salah satu faktor penghambat terbesar dalam pengembangan proyek perumahan hijau di negara berkembang. Oleh karena itu, insentif fiskal dan pembiayaan hijau menjadi sangat penting dalam upaya mempercepat implementasi PRE.
Selain itu, infrastruktur yang belum memadai menjadi kendala besar. Banyak daerah di Indonesia yang belum memiliki sistem pengelolaan air yang efisien, transportasi ramah lingkungan, atau integrasi energi terbarukan untuk mendukung PRE. Tanpa adanya infrastruktur yang memadai, pengembang dan konsumen tidak dapat merasakan manfaat penuh dari PRE.
Kendala lainnya adalah ketidakjelasan dalam kebijakan dan regulasi yang ada. Meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendorong pembangunan berkelanjutan, pengembang sering menghadapi ketidakpastian dalam peraturan yang berlaku. Ketidakkonsistenan kebijakan dan ketidakjelasan implementasi seringkali membuat pengembang ragu untuk berinvestasi dalam proyek PRE.
Karena itu, sangat penting agar regulasi yang ada terus disempurnakan, dengan memberikan panduan yang jelas, guna mendukung terciptanya PRE yang berkelanjutan. Kejelasan ini akan membuka peluang lebih besar bagi pengembang untuk berinovasi dan berinvestasi dalam sektor yang ramah lingkungan.
Langkah Strategis
Untuk mengoptimalkan potensi PRE sebagai mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia, sejumlah langkah strategis perlu diambil. Salah satunya adalah dengan memberikan kebijakan fiskal yang mendukung, seperti insentif pajak atau subsidi bagi pengembang yang menggunakan teknologi ramah lingkungan. Ini akan mengurangi beban biaya awal dan mendorong pengembang untuk memilih proyek perumahan hijau.
Pembangunan infrastruktur yang kompatibel dengan PRE juga sangat penting. Pemerintah harus bekerja sama dengan sektor swasta untuk memastikan ketersediaan infrastruktur seperti energi terbarukan, sistem pengelolaan air yang efisien, dan transportasi hijau. Kolaborasi publik-swasta ini akan memastikan terciptanya kawasan perumahan yang ramah lingkungan dan terintegrasi dengan teknologi yang mengurangi jejak karbon.
Pembiayaan hijau juga perlu didorong lebih lanjut. Lembaga keuangan harus lebih aktif menyediakan produk pembiayaan hijau yang mudah diakses oleh pengembang dan konsumen. Produk seperti green bonds atau pinjaman dengan bunga rendah untuk proyek perumahan hijau dapat mempercepat pendanaan dan memungkinkan sektor ini berkembang lebih cepat.
PRE bukan hanya solusi terhadap perubahan iklim, tetapi juga potensi besar bagi ekonomi Indonesia. Dengan menciptakan lapangan kerja, menarik investasi, dan mendorong inovasi teknologi, pembangunan PRE bisa menjadi penggerak utama bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Dengan kebijakan yang tepat, sektor ini memiliki kemampuan untuk merangsang pertumbuhan sektor-sektor lainnya, menciptakan peluang baru, dan mendatangkan manfaat jangka panjang.
Ini adalah momentum yang tidak boleh disia-siakan. Dengan strategi yang tepat, Indonesia tidak hanya dapat meraih kemajuan besar dalam pembangunan berkelanjutan, tetapi juga mengukir nama sebagai pelopor dalam transisi hijau global. PRE adalah kunci untuk masa depan yang lebih bersih, efisien, dan sejahtera bagi seluruh bangsa. PRE bukan sekadar mimpi utopis, tapi kesempatan. Tinggal kita mau serius atau tidak. Bola ada di tangan para pengambil kebijakan. Jangan sampai momentum ini berlalu begitu saja.
Wilson ArafatGRC & ESG Specialist

Kementerian PKP Dorong Pengembang Bangun Kawasan Perumahan Ramah Lingkungan
Kementerian PKP mendorong perumahan ramah lingkungan dan ramah bagi penghuninya. [406] url asal
#rumah-ramah-lingkungan #rumah-green-building #rumah-hijau #tren-properti-hijau #rumah-subsidi
(Bisnis.Com) 29/04/25 16:05
v/48472/

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) mendorong pengembang membangun kawasan perumahan yang ramah lingkungan.
Menteri PKP Maruarar Sirait mengatakan pihaknya mendukung proyek percontohan ekosistem hijau dalam pembangunan perumahan. Dia mendorong perumahan ramah lingkungan dan ramah bagi penghuninya.
Hal itu disampaikan Maruarar saat menyerahkan kunci rumah secara simbolis kepada warga penghuni Perumahan Bumi Svarga Asri di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Perumahan Bumi Svarga Asri dibangun menggunakan teknologi bata interlock presisi oleh ekosistem perumahan dan ramah lingkungan serta proses pengerjaannya cepat serta tahan gempa.
"Perumahan Bumi Svarga Asri merupakan wujud nyata semangat ekosistem perumahan yang bekerja secara superteam untuk membangun hunian layak berkualitas bagi rakyat," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (29/4/2025).
Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, Kementerian PKP tidak bisa bekerja sendiri namun harus bekerja sebagai tim bersama mitra kerja. Pembangunannya berada di atas lahan Badan Bank Tanah dan mendapat dukungan penuh dari Semen Indonesia Gresik (SIG), Kementerian PKP, SMF, BTN, Pemkab Kendal dan BP Tapera.
Adapun pembangunan kawasan perumahan Bumi Svarga Asri dilaksanakan oleh PT. Asatu Realty di lokasi Margosari, Limbangan, Kabupaten Kendal. Sedangkan tipenya adalah 30/60 dan memiliki berbagai prasarana dan sarana serta utilitas pendukung yang baik.
Beberapa keunggulan pembangunan rumah menggunakan bata interlock presisi adalah prosesnya cepat dan hemat. Waktu penyelesaikan rumah tipe 36 hanya dalam waktu 21 - 30 hari dan lebih cepat 2x dari cara biasa, lebih hemat biaya tanpa mengorbankan kualitas serta lolos uji sertifikasi dan SNI, kuat dan tahan gempa.
"Rumah ramah lingkungan seperti ini harus terus dikembangkan termasuk memiliki biopori. Ini saatnya yang tepat bagi rakyat jika ingin memiliki rumah bersubsidi dan kami harap pengembang perumahan ini bertanggung jawab apabila ada keluhan dan aduan dari warga," katanya.
Adanya hunian yang berkualitas serta dukungan pengembang dengan reputasi yang baik serta peraturan dari pemerintah daerah setempat diharapkan memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin memiliki rumah bersubsidi untuk rumah pertamanya.
Maruarar juga meminta pemerintah daerah untuk tidak sekedar mengeluarkan ijin prinsip pembangunan rumah. Namun juga harus melihat track record pengembang sehingga masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tidak tertipu oleh pengembang yang hanya mengumbar janji dan menjual leaflet tetapitidak membangun rumah bersubsidi berkualitas.
"Untuk mewujudkan rumah bersubsidi berkualitas kuncinya adalah Pemda jangan hanya melihat syarat lahan, mengeluarkan ijin prinsip pembangun perumahan tapi juga harus cek kualitas track record atau reputasi pengembang. Jangan sampai rakyat hanya membeli rumah dengan iming-iming harga murah dan leaflet saja dan kita sebagai pemerintah harus bisa melindungi rakyat dari pengembang yang tidak bertanggung jawab," ucapnya.

Badan Gizi Nasional Beri Lampu Hijau untuk Sarapan Gratis di DKI
Program sarapan gratis DKI sempat dilarang lantaran dikhawatirkan memicu kebingungan di masyarakat terkait perbedaan dengan makan bergizi gratis, ini kata BGN. [409] url asal
#makan-bergizi-gratis #makan-bergizi #badan-gizi-nasional #dki-jakarta #sarapan-gratis #menteng #pemenangan #bentuk-sarapannya #badan-gizi-nasional-beri-lampu-hijau #jalan-cemara #makan #pramono-anung #dadan-hinda
(detikFinance) 11/03/25 14:00
v/37967/

Badan Gizi Nasional (BGN) mengaku siap bekerja sama dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk keberlangsungan program sarapan gratis yang diusung Gubernur Jakarta dan wakilnya, Pramono Anung juga Rano Karno. Menurut Kepala BGN Prof Dadan Hindayana, pelaksanaan sarapan gratis bisa lebih maksimal diberikan pada siswa siswi sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).
Dadan menekankan tidak mempersoalkan pelaksanaan sarapan gratis, yang beriringan dengan program pemerintah pusat makan bergizi gratis (MBG). Sebelumnya, sempat ada kekhawatiran, dua program tersebut memicu kebingungan di masyarakat.
"Tidak masalah. Untuk SMP dan SMA utamanya akan sangat bermanfaat," beber Prof Dadan kepada detikcom, Selasa (11/2/2025).
"BGN fokus melaksanakan MBG, dan siap bersinergi dengan pemerintah provinsi," tutur dia.
Kerja sama dengan Pemprov DKI juga disebutnya selama ini sudah berjalan untuk program MBG Presiden Prabowo Subianto. Termasuk dalam upaya memastikan keamanan pasokan makanan juga pendampingan pemberian MBG di sekolah-sekolah.
Sebelumnya diberitakan, Pramono mengganti program sarapan gratis menjadi renovasi kantin seluruh sekolah di Jakarta, menyusul nihilnya restu dari pemerintah pusat.
"Untuk program sarapan pagi gratis akan tetap kami adakan, bukan dalam bentuk sarapannya, tetapi kami akan melakukan renovasi pada kantin-kantin di seluruh Jakarta," terang Pramono saat menghadiri buka bersama pembubaran tim pemenangan di Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/3).
Dia juga mengungkapkan alasan mengganti program ini. Dia menerangkan program yang berkaitan dengan MBG menjadi kewenangan penuh pemerintah pusat.
"Ternyata pemerintah pusat meminta hal yang berkaitan dengan Makan Bergizi Gratis itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan tentunya, sebagai pemerintah Jakarta, kami sami'na waato'na, ikut itu," ungkapnya.
(naf/kna)

Bocoran Menu MBG Saat Bulan Puasa: Telur Rebus hingga Kolak
Badan Gizi mengungkap daftar menu MBG saat bulan puasa adalah makanan berdaya tahan lama sehingga bisa dibawa pulang untuk berbuka puasa. [207] url asal
#rebus #daerah-mayoritas-nonmuslim-mbg #badan-gizi-nasional #contohnya-susu #ramadan #telur-rebus #bubur-kacang #daftar #istana-kepresidenan-jakarta #susu #tahan #kacang #bergizi #bubur-kacang-hijau
(CNN Indonesia) 25/02/25 18:58
v/33791/

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkap daftar menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan diberikan selama bulan puasa Ramadan.
Dadan mengatakan menu yang diberikan punya daya tahan lama. Hal itu karena makanan diberikan siang hari untuk dibawa pulang dan bisa disantap saat berbuka puasa.
"Bentuk makanan yang tahan lama, seperti contohnya susu telur rebus, kurma, kemudian kue kering fortifikasi, buah," kata Dadan di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/2).
"Mungkin juga sesekali ada bubur kacang hijau, atau kolak yang jelas sumber komposisi gizinya tetap di mana di situ ada protein karbohidrat dan ada serat," imbuhnya.
Dadan mengatakan anak-anak akan dibekali kantong untuk membawa makanan ke rumah. Kantong itu harus dibawa keesokan harinya untuk diisi makanan kembali.
Dia menyebut metode ini sudah diuji coba di Sukabumi. Kali ini, metode yang sama bakal diterapkan di semua daerah.
"Sehingga tidak menimbulkan sampah dan melatih juga anak-anak supaya disiplin bahwa kantong itu bisa ditukar setiap hari," ujarnya.
Dadan menyampaikan di daerah mayoritas nonmuslim MBG tetap akan diberikan saat jam sekolah. Namun, saat ini metode di semua daerah tetap MBG dibawa pulang.
"Kita akan samakan. Nanti kita akan evaluasi setelah berjalan satu minggu apakah di daerah yang nonmuslim sama seperti yang pada umumnya atau diberikan treatment khusus," ujarnya.

Menu Makan Bergizi Gratis Bulan Puasa: Kurma, Kue Kering, hingga Kolak
Menu makan bergizi gratis (MBG) selama bulan puasa Ramadan di antaranya susu, telur rebus, kurma, kue kering fortifikasi, hingga kolak. [177] url asal
#telur #sekolah #dadan #bergizi-gratis #badan-gizi-nasional #kue-kering #contohnya-susu #bubur-kacang-hijau #susu #menu #dadan-hindayana #bulan-puasa-ramadan #kompleks-istana-kepresidenan-jakarta #anak
(CNN Indonesia) 24/02/25 18:04
v/33263/

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan menu makan bergizi gratis (MBG) selama bulan puasa Ramadan di antaranya susu, telur rebus, kurma, kue kering fortifikasi, hingga kolak.
Dadan menyebut jenis-jenis makanan tersebut tergolong tahan lama dan bisa dinikmati siswa ketika berbuka puasa.
"Seperti contohnya susu telur rebus, kurma, kemudian kue kering fortifikasi, buah, dan lain-lain. Mungkin juga sesekali ada bubur kacang hijau, atau kolak," kata Dadan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/2).
Dadan mengatakan jenis makanan tersebut memiliki sumber komposisi gizi yang tetap lantaran ada kandungan protein, karbohidrat, dan serat.
Dadan memastikan program MBG tetap dilaksanakan di bulan Ramadan. Namun, mekanismenya makan bergizi bagi siswa yang berpuasa untuk dibawa pulang.
Menurutnya, para siswa akan diberikan sebuah kantong untuk membungkus makanan yang didapat dari sekolah untuk dibawa pulang ke rumah. Kantong tersebut, lanjutnya, harus dibawa kembali ke sekolah untuk diisi makanan lagi keesokan harinya.
"Sehingga tidak menimbulkan sampah dan melatih juga anak-anak supaya disiplin bahwa kantong itu bisa ditukar setiap hari. Itu bentuk pelaksanaan untuk Ramadan. Jadi kita akan tetap melaksanakan," ujarnya.

MBG Selama Ramadan: Siswa Tak Puasa Bisa Makan Sembunyi di Sekolah
Program MBG tetap dilaksanakan di bulan Ramadan. Namun, mekanismenya makan bergizi bagi siswa yang berpuasa untuk dibawa pulang. [213] url asal
#bubur-kacang-hijau #sekolah #jakarta #telur #dadan #menu-makan #murid #makan-sembunyi #bergizi #bubur-kacang #istana-kepresidenan #mbg #bgn #badan-gizi-nasional #bulan-ramadan #protein-karbohidrat #pu
(CNN Indonesia) 24/02/25 15:00
v/33281/

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan para murid yang tak berpuasa selama Bulan Ramadan tetap bisa menikmati program makan bergizi gratis (MBG).
Menurut Dadan, mereka bisa secara sembunyi-sembunyi makan di sekolah atau dibawa pulang ke rumah masing-masing.
"Jadi untuk yang puasa bisa dimakan saat buka. Untuk yang tidak puasa bisa dimakan sembunyi di sekolah atau di rumah,'' kata Dadan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/2).
Dadan memastikan program MBG tetap dilaksanakan di bulan Ramadan. Namun, mekanismenya makan bergizi bagi siswa yang berpuasa untuk dibawa pulang.
Ia mengatakan menu makan bergizi gratis untuk bulan puasa di antaranya susu, telur rebus, kurma, buah hingga kue kering.
"Mungkin juga sesekali ada bubur kacang hijau, atau kolak yang jelas sumber komposisi gizinya tetap di mana di situ ada protein karbohidrat dan ada serat," ujarnya.
Dadan mengatakan para siswa akan diberikan sebuah kantong untuk membungkus makanan yang didapat dari sekolah untuk dibawa pulang ke rumah. Kantong tersebut, lanjutnya, harus dibawa kembali ke sekolah untuk diisi makanan lagi keesokan harinya.
"Sehingga tidak menimbulkan sampah dan melatih juga anak-anak supaya disiplin bahwa kantong itu bisa ditukar setiap hari. Itu bentuk pelaksanaan untuk Ramadan. Jadi kita akan tetap melaksanakan," kata dia.
Puasa Ramadan bagi umat Islam diperkirakan bakal dimulai pada awal Maret 2025.

Perumahan Modern Berkonsep Alam Lagi Booming di Bekasi
Perumahan Tera Damai di Bekasi mengusung konsep hijau dan modern, menawarkan fasilitas yang mendukung kesejahteraan dan keseimbangan alam bagi penghuninya. [187] url asal
#perumahan-modern #konsep-hijau #hunian-berkelanjutan #with #terbuka #tera-damai #bekasi #damai-putra-group #tony-hartono #daniel-yuwono #sustainable #booming #putra #keberlanjutan-lingkungan #hunian #olahraga #damai
(detikFinance) 20/02/25 13:18
v/31815/

Semakin banyak pengembang yang menerapkan konsep hijau atau alami di perumahannya. Biasanya konsep ini juga dipadukan dengan konsep modern.
Seperti misalnya di wilayah Bekasi, ada perumahan Tera Damai yang mengklaim mengutamakan kualitas hidup dan keberlanjutan lingkungan. Damai Putra Group selaku pengembang perumahan ini menegaskan bahwa Tera Damai memiliki keunggulan sebagai hunian dengan konsep hijau dan modern.
"Sebagai pengembang kawasan Tera Damai, kami terus berinovasi untuk menciptakan ruang hidup yang mendukung kesejahteraan penghuninya. Tera Raga dan Tera Merta hadir untuk memberikan lingkungan yang nyaman, sehat, dan hijau, sejalan dengan visi kami untuk mengharmoniskan kehidupan modern dengan alam," kata Chief Executive Officer Damai Putra Group, Daniel Yuwono Dalam keterangannya, Kamis (20/2/2025).
Dalam perumahan ini tersedia taman olahraga serba guna yang dinamakan Tera Raga dan Taman Terbuka Hijau yang Bernama Tera Merta. Selain itu ada pula danai sebagai landmark, area pejalan kaki hingga masjid. Terdapat pula sistem tata ruang modern yang mengintegrasikan sustainable stormwater management.
"Dengan konsep 'Living in Harmony with Nature,' kami menghadirkan fasilitas yang tidak hanya meningkatkan kenyamanan, tetapi juga mendukung keseimbangan alam," kata Chief Marketing Officer Damai Putra Group, Tony Hartono.
(das/das)
Kerek Daya Tarik, Pengembang Bangun Underpass 350 Meter di Serpong City
Pengembang perumahan wajib sediakan fasilitas pendukung. [484] url asal
#pengembang-perumahan #fasilitas-pendukung #pembangunan-hijau #transit-oriented-development #peresmian #hektare #hektar #pengembang-bangun-underpass-350-meter #giantara-serpong-city #giantara-group #cindy-gianta
(detikFinance) 19/02/25 16:21
v/31403/

Pengembang perumahan memiliki kewajiban untuk menyediakan fasilitas pendukung sebuah proyek perumahan. Selain menawarkan produk dan mengambil keuntungan dari penjualan, pengembang juga harus memastikan konsumen nyaman tinggal di perumahan besutannya.
Selain itu, fasilitas pendukung juga penting untuk menambah daya tarik proyek perumahan tersebut. Lebih jauh lagi, kawasan yang dikembangkan juga akan kian menarik. Misalnya, pengembang perumahan Giantara Serpong City yang membangun underpass untuk memudahkan akses kawasan perumahan seluas 109 hektare tersebut.
Chief Executive Officer Giantara Group, Cindy Giantara menjelaskan underpass ini sangat mendukung mobilitas para penghuni Giantara Serpong City, karena terkoneksi dengan boulevard Giantara Serpong City sepanjang 1,5 kilometer yang telah terbangun.
"Selain itu, underpass ini juga memberikan manfaat besar bagi masyarakat di sekitar Giantara Serpong City," jelas Cindy dalam keterangannya, Rabu (19/2/2025).
Underpass ini dibangun selama 6 bulan dan mulai beroperasi pada Selasa 18 Februari kemarin. Peresmian Underpass Giantara Serpong City ini dihadiri oleh sejumlah pejabat Kementerian, BUMN dan pimpinan dari perangkat daerah setempat, dan diresmikan langsung oleh Direktur Jendral Perkeretaapian, Ir. Mohamad Risal Wasal, ATD, MM, IPM. Dengan panjang 350 meter dan lebar 20 meter, underpass ini dilengkapi dengan jalur pejalan kaki dan akan terkoneksi dengan jalan provinsi, Jl Raya Cisauk - Kadusirung.
Dalam mengembangkan kawasan dengan skala kota ini, Giantara Serpong City berkolaborasi dengan Traffic Clinic Centre Indonesia, Dr. Ir. Haris Muhammadun, ATD, MM, IPU sebagai konsultan pengembangan transportasi kawasan. Konsep pengembangan Giantara Serpong City dirancang sebagai kawasan pembangunan hijau berbasis Transit Oriented Development (TOD) dan Pedestrian Oriented Development (POD).
"Giantara Serpong City memiliki lokasi strategis dekat dengan pintu tol Cisauk (Tol Serpong - Balaraja) dan kawasan intermoda BSD," ucap Cindy.
Selain itu, Giantara Serpong City tengah mempersiapkan pembangunan area komersial yang akan berlokasi di muka kota Giantara Serpong City seluas 3,5 hektar. Cindy menyebutkan bahwa area komersial berkonsep ikonik ini sangat dibutuhkan, terutama dengan segera dilakukannya serah terima unit rumah kepada pemiliknya.
"Area komersil ini akan menjadi icon kawasan Serpong dan Cisauk karena lokasinya yang strategis di jalan boulevard utama dan bersebelahan dengan jalan raya provinsi," tegas Cindy.
(aqi/zlf)

Pelaku Industri Sodorkan Solusi Rumah Berkualitas dan Ramah Lingkungan
Penggunaan semen hijau dan bata interlock bisa menjadi solusi untuk membangun rumah subsidi berkualitas dan ramah lingkungan. - Halaman all [448] url asal
#berita-terkini #berita-hari-ini #rumah-subsidi #ramah-lingkungan #berkualitas #semen-hijau #bata-interlock #menteri-pkp-maruarar-sirait #sig #berita-ekonomi-terkini
(InvestorID) 14/02/25 22:24
v/29717/

JAKARTA, Investor.id – Industri bahan bangunan menyodorkan solusi untuk membangun rumah subsidi berkualitas sekaligus ramah lingkungan, yakni menggunakan semen hijau dan bata interlock presisi.
Adapun permintaan rumah subsidi harus berkualitas disampaikan oleh Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait. Menurur dia, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen menyediakan rumah subsidi yang berkualitas untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat.
Oleh karena itu, para pengembang perumahan diimbau untuk menjalankan pembangunan perumahan secara bertanggung jawab dengan memperhatikan kualitas bangunan dan lingkungan.
"Arahan Presiden Prabowo agar bagaimana rumah subsidi dibangun dengan bertanggung jawab. Meski rumah subsidi, tetap harus berkualitas agar harapan rakyat tidak sia-sia atau kecewa,” kata Maruarar Sirait saat pertemuan dengan Menteri BUMN Erick Thohir dan pengembang perumahan di Kementerian BUMN, belum lama ini.
Sebelumnya, dalam acara focus group discussion (FGD) bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Jakarta, Kamis (6/2/2025), Maruarar juga mendorong pembangunan perumahan yang tidak hanya ramah penghuni, tetapi ramah lingkungan sebagai bentuk partisipasi sektor perumahan dalam upaya menurunkan emisi karbon dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Dikutip dari dokumen “Greenship Rating Tools untuk Rumah Tinggal” yang disusun oleh Green Building Council Indonesia (GBCI), selain bijak dalam menggunakan lahan, efisien dan efektif dalam penggunaan energi maupun dalam menggunakan air, memperhatikan konservasi material sumber daya alam, serta sehat dan aman bagi penghuni rumah, aspek penting lain dari rumah ramah lingkungan adalah menggunakan material yang ramah lingkungan.
PT Semen Indonesia Tbk (SIG/SMGR) menghadirkan inovasi semen hijau yang diproduksi dengan material dan proses yang ramah lingkungan sehingga lebih rendah emisi karbon hingga 38% dibandingkan semen konvensional, serta memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) tinggi, lebih dari 90%. SIG juga mendorong penggunaan produk turunan semen hijau yaitu material bata interlock presisi, sebagai solusi untuk mencapai target 3 juta rumah per tahun.
Direktur Utama SIG Donny Arsal mengatakan, penggunaan bata interlock presisi memberikan banyak keuntungan dalam pembangunan rumah. Selain ramah lingkungan karena diproduksi dengan semen hijau SIG, penggunaan bata interlock presisi membuat proses pembangunan lebih efisien dalam penggunaan material, lebih mudah dalam pengaplikasian sehingga mempercepat durasi pembangunan.
Selain itu, kata Donny, kualitas kontruksi kokoh yang teruji ramah gempa, mampu menjaga udara dalam ruangan tetap sejuk, dan memberikan hasil akhir yang modern.
”Inovasi bata interlock presisi adalah terobosan untuk membangun rumah lebih efektif dan efisien, mulai dari penggunaan material, seperti semen dan besi, juga penggunaan air. Fitur presisi tinggi 1 mm juga memberikan keunggulan siku yang sempurna dan permukaan yang halus rata. Bata interlock presisi adalah kontribusi nyata SIG untuk mendukung program 3 juta rumah dan mewujudkan Asta Cita Presiden Prabowo,” kata Donny Arsal.
Editor: Harso Kurniawan (harso@investor.co.id)
Follow Channel Telegram Official kami untuk update artikel-artikel investor.id
Baca Berita Lainnya di Google News

Merangsang Pembiayaan KPR Hijau Sektor Perumahan Masih Minim
Penerapan green housing saat ini baru dilakukan oleh pengembang besar yang memiliki pendanaan kuat. [2,738] url asal
#hijau #rumah-hijau #bangunan-gedung-hijau #sertifikasi-hijau #ramah-lingkungan #properti #rumah-subsidi #proyek-properti
(Bisnis.Com) 13/02/25 10:41
v/29038/

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Komitmen ini telah tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) yang merupakan tindak lanjut Perjanjian Paris yang disahkan melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016.
Dalam penyampaian NDC disebutkan target penurunan emisi Indonesia hingga tahun 2030 sebesar 29% dari Business as Usual (BAU) dengan upaya sendiri dan sampai dengan 41% dengan bantuan internasional. Penurunan emisi di Indonesia berfokus pada lima sektor yang berkontribusi dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca pada 2030 yaitu sektor energi, industri, kehutanan, pertanian dan limbah.
Kemudian, pemerintah tengah menggodok dokumen kedua NDC atau second NDC (SNDC) sebagai bagian dari upaya menanggulangi perubahan iklim global. Dokumen ini menjadi tonggak penting dalam komitmen Indonesia terhadap isu pemanasan global. SNDC merupakan pembaharuan dari komitmen sebelumnya, yakni enhanced NDC (ENDC). Dalam ENDC ini, pemerintah memasukan sektor kelautan serta menambahkan hydrofluorocarbon (HFC).
Namun demikian, dalam upaya mencapai target NDC pada 2030 dan net zero emission (NZE) di tahun 2060, pemerintah tak memasukkan sektor properti termasuk residensial. Padahal, rumah bagi mayoritas populasi penduduk berada di perkotaan yang memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap emisi karbon.
Massa beton, logam, dan kaca di perkotaan dapat membuat mereka lebih hangat daripada lanskap sekitarnya karena cara mereka menyerap, memancarkan, dan memantulkan panas. Kekurangan air dan polusi udara yang semakin parah mengancam kehidupan di kota yang tak tertahankan.
Berdasarkan laporan Climate Transparency, sektor konstruksi menyumbang 39% dampak emisi karbon terhadap perubahan iklim yang bersumber dari pembakaran bahan bakar untuk pembangunan hingga jaringan listrik dan peralatan rumah tangga. Hal ini membuat pengembang properti dinilai perlu menerapkan perencanaan strategis dalam upaya mengurangi emisi karbon.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Real Estat Indonesia (REI) Joko Suranto mengatakan pihaknya telah memulai untuk berkontribusi dalam menurunkan emisi karbon. Salah satunya membentuk kelompok kerja (pokja) terkait dengan green housing.
“Kami mengkaji dan mencari material ramah lingkungan yang bisa digunakan untuk green housing. Kami juga sempat ke Padang untuk mencari bahan bangunan yang ramah lingkungan,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip Kamis (13/2/2025).
Namun demikian, pihaknya tak menampik hingga saat ini belum ada pedoman atau patokan terkait standar green housing termasuk bahan bangunan ramah lingkungan yang digunakan dan besaran biaya yang diperlukan untuk membangun sebuah green housing.
Menurutnya, penerapan green housing saat ini baru dilakukan oleh pengembang besar yang memiliki pendanaan kuat. Hal ini berbeda dengan pengembang kecil yang masih berfokus pada penjualan dan harga rumah yang terjangkau konsumen.
Di sisi lain, untuk mendukung pembangunan perumahan hijau, diperlukan intervensi pemerintah berupa insentif. Pemerintah diharapkan dapat memberikan keringanan pajak berupa pajak penghasilan (PPh) final dan pajak bumi bangunan (PBB) bagi properti yang bersertifikat hijau.
Pemerintah dapat memberikan insentif berupa subsidi teknologi hijau seperti panel surya atau sistem pengelolaan air yang efisien. Lalu juga dapat diberikan kemudahan perizinan bagi proyek properti yang mengadopsi konsep ramah lingkungan.
“Insentif pembiayaan dari lembaga keuangan berbasis ESG juga diperlukan. Perlu ada tingkat bunga KPR yang lebih rendah,” kata Joko.
Ketua Umum Himpunan Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Ari Tri Priyono menuturkan pembiayaan KPR hijau oleh perbankan masih belum kencang. Hal ini karena masih perbankan besar saja yang menyalurkan pembiayaan KPR hijau dan harus memenuhi syarat sertifikasi. Padahal, pembiayaan KPR hijau sangat penting untuk menarik minat konsumen maupun pengembang produk hunian yang ramah lingkungan.
“Perlu ada insentif perbankan agar konsumen dan pengembang ini tertarik dengan rumah berkonsep hijau. Pengembangan green housing ini belum masif. Harus didorong dari pemerintah dan bank karena biaya konstruksi bangun green housing ini tinggi sekitar 5% hingga 15%,” ucapnya kepada Bisnis.
Adapun untuk rumah yang lebih terjangkau, pengembangan hunian ramah lingkungan saat ini dilakukan dengan menghadirkan ruang terbuka hijau dan pepohonan. Selain itu, desain rumahnya dengan mengadopsi bukaan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup.
“Untuk kalangan menengah ke atas, menghadirkan desain rumah, material bangunan, pengelolaan limbah, dan tata lingkungannya,” terang Ari.
Direktur PT Asatu Realty Asri Yudi Irawan menuturkan untuk membangun rumah subsidi berkonsep hijau dan ramah lingkungan membutuhkan biaya yang jauh lebih tinggi yakni mencapai 10% hingga 15%. Salah satu contohnya, untuk mengurangi emisi karbon dari penggunaan alat elektronik seperti alat pendingin ruangan, developer perlu membangun ceilling lebih tinggi setidaknya menjadi 3,5 meter.
“Pemerintah perlu kaji kembali untuk rumah subsidi green karena biaya konstruksinya mahal, perlu diberikan insentif,” tutur Yudi.
Komite Tetap Riset Badan Pengembangan Kawasan Properti Terpadu (BPKPT) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Ignesjz Kemalawarta mengatakan jumlah proyek properti baik gedung bertingkat maupun kawasan perumahan di Indonesia baru sebanyak 305 yang telah tersertifikasi bangunan hijau. Jumlah ini lebih rendah jika dibandingkan dengan negara Singapura yang mencapai 1.000an bangunan properti yang telah tersertifikasi hijau.
“Jumlah untuk kawasan perumahan yang tersertifikasi masih sedikit sekitar 15an pengembang dan itu kebanyakan pengembang besar. Sinar Mas Land, Ciputra Group, Astra, Kota Baru Parahyangan,” katanya kepada Bisnis.
Menurutnya, masih sedikitnya jumlah proyek properti bersertifikat hijau di Indonesia karena kurangnya kesadaran akan pentingnya bangunan ramah lingkungan. Pasalnya, biaya konstruksi untuk membangun bangunan yang hijau dan ramah lingkungan mengalami kenaikan 3% hingga 4%.
“Banyak yang kesadarannya masih kurang, jadi green housing itu akan ada biaya konstruksi tambahan 3% hingga 4% konstruksinya, ini dirasa memberatkan pengembang. Padahal dengan bangunan hijau bisa mengurangi emisi karbon 30%,” ujar Ignesjz.
Untuk rumah subsidi, lanjutnya, pembangunan green housing dapat dilakukan dengan memainkan desain bangunan dengan high ceiling dan bukaan ventilasi yang lebar sehingga mengurangi penggunaan pendingin ruangan. Spesifikasi perumahan subsidi hijau ini harus minim penggunaan energi seperti air dan listrik, memiliki ventilasi yang bagus untuk sirkulasi udara di dalam rumah, pencahayaan yang baik, dan menggunakan material yang ramah lingkungan.
Namun demikian, pihaknya tak menampik membangun rumah subsidi yang hijau dan ramah lingkungan sangat sulit. Hal ini karena harga rumah subsidi telah dipatok oleh pemerintah, sedangkan untuk membangun rumah yang ramah lingkungan mengalami kenaikan biaya konstruksi mencapai 3% hingga 4%.
Ignesjz menilai untuk mendorong jumlah bangunan yang tersertifikasi hijau, pemerintah harus memberikan insentif. Pasalnya, tanpa insentif akan sulit memperbanyak bangunan rumah hijau. Hal ini karena biaya konstruksi bangunan hijau yang dikeluarkan di awal besar mencapai 4%.
“Malaysia, Singapura, Filipina, pemerintah memberikan insentif untuk memperbanyak bangunan bersertifikat hijau. Hanya Indonesia saja yang tidak ada insentif bangunan hijau. Singapura ada insentif pemberian uang, KLB (koefisien luas bangunan), dan lainnya,” ucapnya.
Dengan adanya insentif, maka akan meningkatkan kesadaran akan bangunan bersertifikat hijau. Adapun insentif yang diharapkan dari pemerintah Indonesia bisa berupa uang, KLB, keringanan pajak, dan lain sebagainya.
“Misalnya kalau berupa uang bisa mengkompensasi kenaikan biaya konstruksi bangunan hijau. Lalu insentif pajak, pajak bumi dan bangunan (PBB) bisa diberikan diskon 30% selama 3 tahun untuk bangunan bersertifikat hijau ini lumayan. Insentif bagi penerapan green building dan bangunan dengan lebih dari 50% penggunaan low embodied carbon. Kami terus mendorong agar insentif ini keluar,” terangnya.
Ignesjz menambahkan dengan adanya sertifikasi bangunan hijau, pengembang pun bisa mendapatkan pendanaan hijau dari perbankan maupun lembaga pembiayaan lainnya. Dia mencontohkan salah satu proyek perumahan Sinar Mas Land mendapatkan sertifikasi greenship dari Green Building Council Indonesia (GBCI) meraih pendanaan KPR hijau dari Bank BRI dengan tingkat bunga yang lebih rendah 1% dari KPR konvensional atau non hijau.
Dalam proses mendapatkan sertifikasi hijau di proyek perumahan tersebut dilakukan dalam 2 tahap yakni sertifikasi penilaian dan sertifikasi pengujian emisi karbon dari 5 material utama mulai dari energy saving, low carbon, waste management, water management, dan material bangunan.
Terkait dengan pembiayaan, lanjutnya, belum banyak perbankan yang memberikan KPR hijau dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari KPR non hijau. Padahal, untuk mendukung rumah ramah lingkungan dan properti berkelanjutan diperlukan dukungan perbankan dalam pembiayaan hijau.
“Memang dengan sertifikasi hijau bisa mendapatkan pembiayaan hijau seperti green bond, green mortgage, green home buyer. Saat ini paling mudah green home buyer karena syaratnya tidak banyak tapi bisa bermanfaat bagi konsumen, pengembang dan perbankan itu sendiri. Kalau green bond syaratnya banyak tapi yang didapat yang sedikit. Green financing masih omon-omon cukup panjang,” tuturnya.
Ignezh tak menampik konsep hijau dan Environmental, Social, and Governance (ESG) memang mau tak mau harus diterapkan pebisnis baik dalam proses produksi maupun operasional menyusul makin meresahkannya pemanasan global dan perubahan iklim akibat emisi karbon dioksida (CO2) yang berlebihan. Hal ini berfokus dalam upaya mengurangi konsumsi energi agar bisa mereduksi gas rumah kaca ditambah reduksi konsumsi air, pengolahan sampah dan limbah.
“Pengembang tidak bisa hanya berorientasi profit karena profit tidak akan bisa dicapai kalau alamnya sudah rusak, dan sebaliknya. Pebisnis harus berpartisipasi mengurangi kerusakan alam itu,” ujarnya.
Kepala Badan Pengembangan Kawasan Properti Terpadu (BPKPT) Kadin Indonesia Budiarsa Sastrawinata berpendapat pembiayaan hijau di sektor properti merupakan salah satu cara untuk mendukung pengembangan properti yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dia berharap ke depan terdapat berbagai platform pembiayaan alternatif yang memungkinkan banyak orang untuk berkontribusi dalam pendanaan proyek yang ramah lingkungan.
“Selain sumber pembiayaan hijau, perlu dicari juga skema khusus yang memang cocok dan bisa diaplikasikan di sektor properti di Indonesia,” katanya.
Menurutnya, pembiayaan hijau di sektor properti memiliki beberapa keunggulan yakni mengurangi dampak lingkungan dari berbagai proyek properti. Selain itu, membantu meningkatkan efisiensi energi, membantu meningkatkan nilai properti dan kualitas lingkungan, dan mengurangi biaya operasional proyek properti.
Dia mencontohkan selain bisa diterapkan pada pengembangan proyek energi baru terbarukan, pembiayaan hijau bisa dilakukan pada pembangunan gedung-gedung dan perumahan hijau.
“Pelaku usaha yang juga sebagai bagian dari komunitas yang punya perhatian khusus pada lingkungan dan keberlanjutan, akan melakukan upaya untuk terus mendorong penerapan ESG,” ucap Budiarsa.
Chief Executive Officer (CEO) Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menilai perlunya pemberian insentif bagi pengembang maupun konsumen sebagai upaya untuk meningkatkan pembiayaan properti hijau yang ramah lingkungan
“Harus ada insentif bagi pengembang maupun konsumen. Skema dengan tax incentive khusus green financing,” terangnya kepada Bisnis.
Saat ini, rumah yang mengusung konsep hijau dan keberlanjutan masih didominasi oleh segmen hunian menengah kea atas. Hal ini karena biaya dalam pembangunan hunian ramah lingkungan dan mengusung keberlanjutan termasuk terkait pengelolaan sampah dan limbah tersebut lebih tinggi 10% hingga 20% dari hunian biasanya.
“Untuk hunian menengah ke bawah memang belum mengusung konsep hijau karena marketnya belum aware, konsumen masih mencari hunian dengan fokus harga yang murah dan cocok pada budget,” tutur Ali.
PEMERINTAH DORONG GREEN HOUSING
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono mengatakan pembangunan rumah subsidi didorong mengacu pada prinsip green housing ke depannya. Hal ini agar masyarakat dapat memiliki rumah yang layak dan berkualitas.
“Konsep green housing ini juga menjadi keharusan dan masa depan kita semuanya karena dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi, parameter seperti harus dikelola dengan tetap mempersiapkan ruang terbuka,” ujarnya.
Menurutnya, pembangunan rumah yang ramah lingkungan memberikan nilai tambah kenyamanan bagi para penghuninya. Hal ini karena terdapat beberapa parameter yang harus dipenuhi seperti mempersiapkan ruang terbuka agar penggunaan energi bisa semakin efisien. Para penghuni tidak perlu menyalakan lampu karena penerangan ruangan cukup dan penggunaan pendingin ruangan (AC) lebih efisien.
“Kemudian juga agar penggunaan energi semakin efisien tidak perlu setiap saat pasang lampu, karena cahaya matahari bisa langsung dinikmati oleh para penghuni rumah, termasuk efisiensi air, pengelolaan sampah, dan lain sebagainya” katanya.
Dia menilai penyediaan rumah bukan hanya murah bagi masyarakat tetapi memperhatikan pelestarian lingkungan. Pemerintah akan mendorong agar semua pembangunan khususnya di sektor perumahan termasuk program 3 juta rumah per tahun dapat menggunakan konsep yang mengacu pada standar dan kriteria green housing.
“Green konsep, ini penting karena Indonesia harus membangun infrastruktur dengan tetap pelestarian alam dan kita harus sama-sama bertanggung jawab terhadap lingkungan. Dengan demikian, pemerintah dapat meyakinkan masyarakat kita untuk dapat memiliki rumah yang layak, yang berkualitas dalam arti aspek kesehatan, kenyamanan, dan juga keamanan yang terjamin,” ucap Agus.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait mengatakan pihaknya mendorong pembangunan perumahan yang menerapkan bangunan gedung hijau (BGH) untuk mewujudkan emisi bebas karbon (NZE).
Menurutnya, peran sektor properti yang menjadi sangat penting untuk memenuhi tujuan internasional dalam mencapai emisi bebas karbon. Isu pemanasan, pendinginan, pencahayaan bangunan sampai dengan infrastruktur disebut menjadi kontributor utama terwujudnya emisi bebas karbon.
“Saya berusaha melakukan sesuatu yang terbuka mengenai ESG tersebut, yang penting memberikan manfaat untuk negara, rakyat dan dunia usaha. Kita diminta membuat kebijakan yang pro rakyat,” tuturnya.
Dalam hal mendukung NZE, Kementerian PKP menerapkan BGH untuk mengurangi isu lingkungan yang terjadi di Indonesia. Parameter penilaian BGH meliputi pengelolaan tapak, efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan air, kualitas udara dalam ruang, material ramah lingkungan, pengelolaan sampah dan pengelolaan limbah.
Direktur Jenderal Kawasan Permukiman Fitrah Nur menambahkan pengembang perumahan bersubsidi diminta untuk membangun hunian dengan sertifikat bangunan hijau. Bagi para pengembang rumah subsidi yang memiliki sertifikat bangunan hijau, pemerintah akan memberikan bantuan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) dengan porsi yang lebih banyak sepanjang anggaran tersedia.
“Kami sudah anjurkan itu karena rencananya kita akan membuat peraturan bahwa selama rumah subsidi memiliki sertifikat green housing maka mereka bisa mendapatkan bantuan PSU yang lebih dari 50% selama anggaran tersedia seperti yang selama ini dijalankan,” ujar Fitrah.
DUKUNGAN PERBANKAN
Terpisah, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Nixon LP Napitupulu mengatakan bangunan rumah dan aktivitas di dalamnya menjadi salah satu penghasil emisi karbon terbesar termasuk dari penggunaan energi, konstruksi, hingga perawatan dan pemeliharaan. Untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang, BTN berinisiatif memacu ketersediaan rumah rendah emisi.
Menurutnya, langkah tersebut juga merupakan wujud komitmen BTN menjawab tantangan perubahan iklim serta mendorong ekosistem perumahan nasional yang berkelanjutan.
“Terkait rumah rendah emisi ini, kami merasa bahwa rumah tangga salah satu penghasil atau pengguna energi terbesar, selain industri ya rumah tangga, rumah itu mengkonsumsi energi kurang lebih 82% dari total emisi yang ada kurang lebih konsumsi listrik buat cahaya, pendingin, pemanas dan alat pemasak. Pemanasan global diciptakan dari rumah tangga. Selain itu, material yang tidak ramah lingkungan kontribusinya 11% terhadap emisi karbon,” katanya.
BTN mengandeng 8 pengembang dan mendukung pembiayaan dalam membangun rumah rendah emisi. Salah satunya, pembangunan 250 unit di klaster Monaco Mutiara Gading City Bekasi yang dibangun oleh ISPI Group dan dijadikan pilot project pada Agustus tahun lalu.
Adapun rumah pilot project tersebut menggunakan dua bahan material ramah lingkungan yakni berupa floor decking yang mengandung 3,6 kilogram sampah plastik dan memakai paving block yang mengandung 2 kilogram sampah plastik per 1 meter persegi.
Sepanjang tahun 2024, BTN membiayai 2.000 rumah rendah emisi yang menggunakan minimal 10% material ramah lingkungan. Di tahun ini, BTN menargetkan dapat membiayai 10.000 rumah rendah emisi. Ditargetkan pada 2029 mendatang, BTN dapat menyalurkan pembiayaan 150.000 rumah rendah emisi dengan porsi 30% penggunaan material ramah lingkungan.
“Ini dilakukan bertahap. Rumah rendah emisi ini ceiling tinggi dan bukaan lebar sehingga bisa menahan panas,” ucapnya.
Menurutnya, jika target 150.000 rumah rendah emisi dapat tercapai pada 2029, maka akan berkontribusi terhadap pengurangan lebih dari 1,7 juta kilogram sampah plastik. Selain itu, emisi karbon juga dapat ditekan sebesar 2,42 ton CO2. Dampak tersebut setara dengan penanaman 110.000 pohon dan 323 hektar penyerapan emisi.
Selain menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan, BTN juga menggerakkan para pengembang kategori rumah rendah emisi untuk memastikan beberapa standar efisien dalam pemakaian energi, air, pengelolaan sampah, hingga pengurangan polusi.
Untuk efisiensi energi, rumah ramah lingkungan tersebut diwajibkan memiliki banyak ventilasi, plafon tinggi, hingga rasio jendela terhadap tembok mencapai 15% hingga 30%. Standar tersebut ditetapkan agar terdapat sirkulasi udara yang baik.
Selanjutnya, untuk efisiensi air dilakukan melalui penggunaan keran debit kecil, pengolahan sanitasi yang baik, memiliki sumur resapan, hingga penggunaan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Untuk pengolahan sampah, rumah beremisi rendah diwajibkan memiliki bak sampah pilah. menekan polusi, pengembang diminta menanam 1 tanaman penyerap emisi karbon per rumah.
Dalam upaya pengurangan polusi juga dilakukan dengan menggunakan minimal 10% material ramah lingkungan pada dinding dan lantai, hingga memiliki ruang terbuka hijau sebanyak 10% dari total luas kawasan perumahan.
“Kami percaya, hunian layak, sehat dan ramah lingkungan akan meningkatkan kualitas hidup manusia yang tinggal di dalamnya,” terangnya.
Untuk mendorong pengembang properti membangun rumah rendah emisi, dia berencana memberikan insentif berupa bunga konstruksi yang sedikit lebih rendah dari pengembang yang membangun rumah non-ESG. Selain itu, BTN juga akan memberikan insentif bunga promo yang rendah bagi konsumen.
“Ini masih dibahas insentifnya, untuk mendorong rendah emisi sudah saatnya hunian ramah lingkungan dan persoalan sampah diatasi,” tutur Nixon.
Analis Departemen Surveillance dan Kebijakan SJK Terintegrasi Otoritas Jasa Keuangan Budiman Eka menuturkan saat ini kewajiban untuk penyaluran pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) hijau belum ada. Namun demikian, OJK telah mengeluarkan taksonomi keuangan berkelanjutan Indonesia (TKBI).
TKBI merupakan klasifikasi aktivitas ekonomi untuk mendukung upaya dan tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia yang menyeimbangkan aspek ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial. Hal ini sebagia upaya untuk mengurangi emisi karbon.
“TKBI ini juga ada versi 2-nya. Jadi memang KPR hijau ini tergantung kebijakan masing-masing bank terutama terkait dengan insentif rate yang lebih rendah. Karena insentif ini bukan perkara yang mudah, akan bersinggungan dengan banyak hal,” ujarnya kepada Bisnis.

Kadin Dorong Pembiayaan Hijau untuk Sektor Perumahan
Kadin menyatakan mendukung program 3 juta rumah. [297] url asal
#kadin #pembiayaan-hijau #green-financing #pembiayaan-rumah #kpr

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Anindya Novyan Bakrie menegaskan, selain mendukung program 3 juta rumah yang diusung oleh pemerintah, Kadin Indonesia mendorong implementasigreen financing(pembiayaan hijau).
Menurut dia, pembiayaan hijau sangat penting dalam menggenjot program 3 juta rumah, utamanya dari sisi perusahaan pengembang perumahan yang terlibat di dalamnya.
"Dari sisi korporasi, ini (pembiayaan hijau) nomor satu, dan apabila kita bisa barengi dengan ESG tentu sangat baik," kata Anin, sapaan akrab Anindya Bakrie, dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (8/2/2025).
Meski demikian, Anin mengakui ada sejumlah hal yang harus dipacu dalam hal inovasinya, guna mendukung program 3 juta rumah tersebut.
"Yang paling penting bagaimana kita berinovasi dari sisi pendanaan, dari sisi lahan, pengurangan birokrasi, dan lain-lain," ujar Anin.
Hal itu seiring dengan berbagai macam insentif dan kemudahan yang ditawarkan oleh pemerintah, agar Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) bisa memiliki akses untuk memiliki rumah.
"Intinya ialah yang paling penting bagaimana masyarakat bisa mempunyai akses terhadap perumahan ini. Karena banyak sekali masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik daripada masyarakat umum maupun TNI, Polri, ASN, yang sewajarnya lah," kata Anin.
"Di sinilah Kadin ingin bekerja sama dengan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman tempat Pak Ara (Menteri PKP Maruarar Sirait), supaya kita bisa memberikan masukan yang bisa diimplementasi," ujarnya.
Anin menegaskan, Kadin Indonesia sangat mendukung Program 3 Juta Rumah Pemerintahan Prabowo-Gibran. Menurutnya, hal ini karena di sepanjang sejarah Indonesia berdiri sebagai sebuah negara, inilah kesempatan bagi MBR untuk bisa mendapatkan rumah.
"Karena (dalam program 3 juta rumah) insentifnya luar biasa. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dihilangkan. Lalu juga dulu namanya IMB (Izin Mendirikan Bangunan), sekarang PBG (Persetujuan Bangunan Gedung) juga dihilangkan. Lalu ada 5 persen untuk BPHTB juga dihilangkan. Nah, itu contoh bahwa program ini sangat inovatif dan benar-benar mempunyai insentif yang baik," kata Anin.

Dukung 3 Juta Rumah, Ketum Kadin Anin Kedepankan Pembiayaan Hijau hingga Prinsip ESG
Selain mendukung program 3 juta rumah yang diusung oleh pemerintah, Kadin Indonesia juga mendorong implementasi ESG serta green financing (pembiayaan hijau) di... | Halaman Lengkap [874] url asal
#program-3-juta-rumah #ketua-kadin #pembiayaan-hijau #environmental #social-governance-esg #kadin
(SINDOnews Ekbis) 08/02/25 20:28
v/27486/

Menurutnya, baik aspek ESG maupun pembiayaan hijau, sangat penting dalam menggenjot program 3 juta rumah, utamanya dari sisi perusahaan pengembang perumahan yang terlibat di dalamnya.
"Nah, dari sisi korporasi, ini (pembiayaan hijau) nomor satu, dan apabila kita bisa barengi dengan ESG tentu sangat baik," kata Anin -demikian sapaan akrabnya- di Menara KadinIndonesia, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (6/2/2025).
Hal itu disampaikannya saat hadir sebagai pembicara utama bersama Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait dalam acara bertajuk Driving Sustainability in the Real Estate Sector: ESG and Green Financing in Indonesia.
Meski demikian, Anin mengakui ada sejumlah hal yang harus dipacu dalam hal inovasinya, guna mendukung program 3 juta rumah tersebut. "Yang paling penting bagaimana kita berinovasi dari sisi pendanaan, dari sisi lahan, pengurangan birokrasi, dan lain-lain," ujarnya.
Hal itu seiring dengan berbagai macam insentif dan kemudahan yang ditawarkan oleh pemerintah, agar Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) bisa memiliki akses untuk memiliki rumah.
"Intinya ialah yang paling penting bagaimana masyarakat bisa mempunyai akses terhadap perumahan ini. Karena banyak sekali masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik daripada masyarakat umum maupun TNI, Polri, ASN, yang sewajarnya lah," kata Anindya.
"Nah, di sinilah Kadin ingin bekerja sama dengan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman tempat Pak Ara (Maruarar Sirait), supaya kita bisa memberikan masukan yang bisa diimplementasi," ujarnya.
Selain Anin, acara ini turut dihadiri oleh Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Kadin Indonesia Carmelita Hartoto dan Wakil Ketua Umum Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman Kadin Indonesia Donny Rahajoe.
Sementara itu, hadir sebagai panelis dalam forum diskusi tersebut yaitu Business Development Director Asia GRESB, Trey Arche, Komite Tetap Riset BPKPT (Badan Pengembangan Kawasan Properti Terpadu) Kadin Indonesia Ignesjz Kemalawarta, Managing Partner Asia Green Real Estate Alex Buechi, Regional Program Manager ASEAN, dan Global Reporting Initiative (GRI) Lany Harijanti.
Juga panelis Director & Principal Consultant Sustainahaus Satrio Prakoso, Nature, Forest and Land Use Project Lead, AIGCC Wisnu Wibisono, AVP (Assistant Vice President) Debt Capital Markets, Mandiri Securities Pte. Ltd Pauline Soesanto.
Menteri PKP Ajak Kadin Berperan Aktif
Sementara itu dalam sambutannya, Menteri PKP, Maruarar Sirait mengajak, Kadin Indonesia untuk berperan aktif dalam program ambisius pembangunan 3 juta rumah bagi MBR. Program ini menjadi salah satu fokus utama Presiden Prabowo Subianto untuk mengatasi backlogperumahan yang masih tinggi di Indonesia.Ara, sapaan akrab Maruarar Sirait, menilai keterlibatan Kadin Indonesia sangat penting karena anggotanya, khususnya para pengembang perumahan, memiliki pengalaman dan kapasitas besar dalam sektor ini. Dengan target yang masif, sinergi antara pemerintah dan dunia usaha menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak untuk segera terealisasi.
"Apalagi, target program 3 juta rumah terbilang besar sehingga sinergi dengan dunia usaha sangat penting," ujar Ara.
Dia secara khusus meminta Anin untuk memperkenalkan konsep Central Purchasing, yaitu sistem pembelian bahan baku terpusat, guna menghemat biaya pembangunan. Seperti diketahui, Kementerian PKP telah mengantongi beberapa terobosan untuk melaksanakan program 3 juta rumah dalam 1 tahun.
Program ini akan diajukan untuk dimasukkan ke dalam proyek strategis nasional (PSN), kemudian skema pendanaan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) menjadi 50:50 dari pemerintah dan perbankan.
Ara menambahkan, dengan konsolidasi seluruh anggota Kadin baik Kadin Provinsi Kabupaten/Kota maupun Anggota Luar Biasa (ALB) terutama dalam hal pembelian material seperti semen, maka efisiensi yang dihasilkan diyakini akan signifikan.
"Saya titip Pak Anin, di sini banyak orang-orang yang hebat. Saran saya, lakukan efisiensi sebagai perusahaan, salah satunya, tolong dipersiapkan konsep Central Purchasing," harapnya.
Menanggapi hal itu, Anin menegaskan, Kadin Indonesia sangat mendukung Program 3 Juta Rumah Pemerintahan Prabowo-Gibran. Menurutnya hal ini karena disepanjang sejarahIndonesia berdiri sebagai sebuah negara, inilah kesempatan bagi MBR untuk bisa mendapatkan rumah.
"Karena (dalam program 3 juta rumah) insentifnya luar biasa. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dihilangkan. Lalu juga dulu namanya IMB (Izin Mendirikan Bangunan), sekarang PBG (Persetujuan Bangunan Gedung) juga dihilangkan. Lalu ada 5 persen untuk BPHTB juga dihilangkan. Nah, itu contoh bahwa program ini sangat inovatif dan benar-benar mempunyai insentif yang baik," kata Anin.
Di sisi lain, Anin mengaku sangat mengapresiasi Menteri Ara yang terus menggenjot program tersebut. Meskipun, anggaran kementeriannya di 2025 dipangkas dari awalnya Rp5,2 triliun menjadi sekitar Rp1,6 triliun.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Prabowo Subianto telah menerbitkan Inpres Nomor 1 Tahun 2025 yang terbit dan berlaku pada 22 Januari 2025. Langkah itu sebagai upaya pemerintah melakukan efisiensi anggaran hingga Rp306,69 triliun dari total belanja negara 2025 sebesar Rp3.621,3 triliun.
Efisiensi itu, meliputi belanja operasional dan non-operasional sekurang-kurangnya belanja operasional perkantoran, pemeliharaan, perjalanan dinas, bantuan pemerintah, pembangunan infrastruktur, serta pengadaan peralatan dan mesin. Namun efisiensi ini tidak termasuk untuk belanja pegawai dan belanja bantuan sosial. "Tapi dengan berkolaborasi, saya yakin hasilnya bisa tercapai," tegas Anin.
Tujuannya lanjut Anin, tak lain agar bagaimana kepentingan masyarakat, negara, dan industri, yang dalam hal ini diwakili oleh para pengusaha kecil-menegah di sektor perumahan, bisa benar-benar terakomodir dengan realisasi target pada program 3 juta rumah tersebut.
"Di sinilah Kadin harus memikirkan kepentingan masyarakat luas, memikirkan negara, tapi juga membuat industrialisasi supaya para pengusaha bisa menjadi besar juga. Bukan pengusaha yang sudah besar, tapi (bagi) pengusaha pemula, pengusaha menengah," tandasnya.