Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, mengaku prihatin setelah 78 siswa MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur mengalami keracunan setelah santap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Nurhadi meminta agar vendor penyedia MBG diaudit secara menyeluruh.
"Ini adalah kejadian yang sangat memprihatinkan, terlebih karena program MBG sejatinya bertujuan mulia, yaitu meningkatkan gizi anak-anak sekolah dan menekan angka stunting," kata Nurhadi dalam keterangannya, Rabu (23/4/2025).
Nurhadi menyebutkan peristiwa keracunan massal lantaran MBG menjadi alarm keras bagi pemerintah. Ia berharap ada evaluasi setelah kejadian ini.
"Tentu ini menjadi alarm keras bagi semua pihak, terutama Badan Pangan Nasional (BGN) dan seluruh instansi yang terlibat. Apalagi kejadian ini juga bukan yang pertama, dan ini menandakan perlunya evaluasi menyeluruh, baik dari sisi penyediaan bahan baku, distribusi, hingga pengawasan keamanan pangan," ujar Nurhadi.
Komisi IX DPR disebut akan meminta penjelasan resmi dari BGN yang merupakan mitra kerja pihaknya. Nurhadi ingin penyebab keracunan makanan itu diusut tuntas.
"Kami akan dorong agar ada audit menyeluruh terhadap vendor penyedia MBG di berbagai daerah, termasuk penguatan standar higiene dan sanitasi pangan. Jika ditemukan kelalaian atau pelanggaran prosedur, maka harus ada sanksi tegas dan transparan," ungkapnya.
DPR RI mendorong pemerintah daerah dan dinas kesehatan untuk aktif dalam melakukan pengawasan berkala serta pelatihan bagi para penyedia makanan di sekolah-sekolah. Nurhadi berharap program MBG ke depan bisa berjalan dengan lancar.
"Kami di Komisi IX tetap berkomitmen agar program-program peningkatan gizi tetap berjalan, namun harus dengan pelaksanaan yang aman dan bertanggung jawab," katanya.
Diketahui, keracunan massal menimpa siswa MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI 1 Cianjur. Sebanyak 78 pelajar, termasuk beberapa guru, mengeluhkan gejala keracunan setelah menyantap menu MBG pada Senin (21/4).
Simak juga Video: Cak Imin Minta Kemenkes Usut Penyebab Puluhan Siswa Diduga Keracunan MBG
Manajemen perumahan di Manggala Makassar cari skema ganti rugi akibat banjir. Mereka juga rencanakan solusi jangka panjang untuk mencegah banjir terulang. [712] url asal
Manajemen perumahan di Manggala Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengaku akan menyiapkan skema untuk menggantikan kerugian akibat banjir yang dialami warga usai didemo. Pihak developer juga menyiapkan solusi jangka panjang mengatasi banjir agar tak terulang.
"Kami sudah sampaikan dan sudah sepakat karena hal ini harus kita koordinasikan dengan pihak manajemen sehingga untuk mekanisme dan besaran ganti rugi kepada warga insyaallah minggu ini akan kita susun yang nantinya akan kami sampaikan ke pertemuan warga berikutnya atau pertemuan ketiga hari Jumat 22 Februari," kata Chief Operating Operation (COO) perumahan, M Natsir Mardan kepada wartawan, Selasa (18/2/2025).
Dia berharap agar warga bersabar menunggu skema ganti rugi yang disiapkan oleh manajemen. Pasalnya, kejadian banjir ini tak hanya merugikan warga tetapi juga pengelola perumahan.
"Saya harap semua bersabar dengan kondisi yang ada saat ini karena sebenarnya dari pihak perumahan pun tidak menghendaki kejadian ini. Betul-betul kejadian ini bukan korbannya warga saja tetapi ke kami juga. Kami harus keluarkan biaya tambahan untuk mengantisipasi terjadinya hal serupa," jelasnya.
"Makanya kami atas nama manajemen menyampaikan beribu maaf atas kejadian ini dan mohon sabar untuk menunggu hasil pertemuan kita dengan manajemen nanti hari Jumat (21/8) kami akan sampaikan hasil pertemuan tersebut," sambungnya.
Setelah skema ganti rugi disepakati, pihaknya akan langsung melakukan inventarisasi kerugian warga. Dia juga menyebut penggantian kerugian akan dihitung secara detail.
"Setelah pihak perumahan menentukan bentuknya seperti apa (skemanya), besarannya seperti apa, nanti kita list. Saya belum bisa memutuskan untuk itu, itu harapan, makanya kalau ini ternyata ada akan ada inventarisasi karena tidak semua warga memiliki kerusakan yang sama," jelasnya.
Natsir mengungkapkan sebanyak tiga klaster di perumahan terdampak banjir yang terjadi 12 Februari lalu. Pihaknya berkomitmen agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.
"Kami akan melakukan tindakan teknis agar ada rasa aman bagi warga untuk ke depan tidak terjadi hal yang serupa yang terjadi seperti kemarin," ujarnya.
Untuk solusi jangka panjang, kata Natsir, pihaknya berencana akan membuat parimeter galian agar genangan tak terjadi jika sungai di sekitar meluap. Pihaknya juga akan membuat tanggul mengelilingi tiga klaster tersebut.
"Beberapa hal yang kami rencanakan pembuatan parimeter baru yang mengelilingi 3 klaster yang terdampak kemarin. Kemudian kedua membuat tanggul di sepanjang kanal yang berada di antara klaster yang elevasinya kurang lebih 80 sampai 90 cm di atas jalan yang ada," ujarnya.
"Dengan elevasi yang ada, ini akan memberi rasa aman agar tidak terjadi lagi dampak banjir yang dirasakan seperti sekarang," tambahnya.
Sebelumnya diberitakan, warga perumahan di Manggala Makassar menuntut ganti rugi terhadap kerugian yang dialami imbas banjir. Jika tidak, warga mengancam akan menuntut hingga ke ranah hukum.
"Kami demo hari ini karena biar bagaimana pun kami butuh kenyamanan karena pertamanya kami dijanji bebas banjir nyaman, asri, harmoni segala macam tapi buktinya ini sudah ketiga kalinya banjir. Ini paling parah, pertama kedua itu cuma di jalan aja," ujar warga bernama Hijriani kepada wartawan di lokasi.
Dia menilai kerugian yang dialami warga kali ini akibat kelalaian pengelola perumahan. Pasalnya, dua kali banjir sebelumnya bisa diantisipasi sehingga tidak menimbulkan kerugian.
"Harusnya developer saat itu mengantisipasi banjir karena pertama saya pindah rumah pada 2022 memang sudah banjir," kata pemilik rumah.
Hijriani mengaku membeli rumahnya dibeli seharga Rp 1,2 miliar. Akibat banjir, satu unit mobil, 3 motor, furniture dan struktur rumahnya mengalami kerusakan.
"Semua, mobil saya rusak, motor terendam 3, semua furniture saya di bawah terendam. Rumah saya sekarang kosong. Mobil saya lagi dibongkar sekarang, tidak tahu berapa nanti ongkosnya," katanya.