Program prioritas pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini berjalan di Cimahi, Jawa Barat, menyerap produksi sapi perah dari kawasan Jatinangor, ... [558] url asal
Jakarta (ANTARA) - Program prioritas pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini berjalan di Cimahi, Jawa Barat, menyerap produksi sapi perah dari kawasan Jatinangor, Sumedang, hingga 150 liter per hari.
Sandi Andriana, manajer Nusa Dairy Indonesia yang saat ini menyuplai susu untuk SPPG Kota Cimahi, menjelaskan program MBG menjadi pasar baru, bahkan adanya program itu ikut mendorong mereka menambah kapasitas produksi agar memenuhi permintaan yang mencapai 370 liter susu per hari.
“Untuk 3.500 siswa itu yang dibutuhkan 370 liter, sedangkan volume susu yang diproduksi dari sapi di daerah sini hampir 150 liter. Melihat peluang ini, kami akan berusaha untuk menambah populasi sapi sesuai kapasitas kandang,” kata Sandi sebagaimana dikutip dari siaran resmi Tim Media Presiden Prabowo Subianto di Jakarta, Sabtu.
Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Cimahi melayani Makan Bergizi Gratis untuk 3.500 siswa di beberapa sekolah di Kota Cimahi. SPPG itu bekerja sama dengan Koperasi Jagri untuk memberikan susu kepada para siswa sebanyak tiga kali per pekannya.
Oleh karena itu, Sandi menyebut peternak sapi tempatnya bekerja pun berencana merekrut lebih banyak pekerja untuk membantu meningkatkan kapasitas produksi hingga 370 liter per hari.
Dia menilai usaha susu sapi yang merupakan UMKM berkembang maka itu juga dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.
“Warga di sini awalnya petani serabutan. Setelah ada program ini, kami rekrut bekerja di sini. Dampak (program MBG) ada peningkatan tenaga kerja dan perekonomian masyarakat,” sambung Sandi.
Dalam kesempatan terpisah, Adam Darmawan, pengelola SPPG Kota Cimahi, menjelaskan sejauh ini pihaknya juga bermitra dengan kelompok peternak sapi perah di sekitar kota untuk mengisi kekurangan produksi susu sapi dari peternakan sapi perah di Jatinangor.
“Nah di sini (Nusa Dairy), sapi perah ini menghasilkan sekitar 150 liter per hari untuk kebutuhan satu dapur itu masih kurang. Jadi, kami bermitra dengan kelompok peternak di sekitar sini,” kata Adam.
Dia menilai MBG menjadi peluang bisnis yang besar dan punya manfaat ekonomi yang cukup tinggi untuk pelaku UMKM dan masyarakat.
“Kami sangat bangga bisa turut serta dalam program membangun bangsa terutama program Bapak Presiden. Saya merasakan dampak yang sangat besar secara pribadi, kelompok, maupun lingkungan. Terima kasih Bapak Presiden,” kata Adam.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dimulai serentak di seluruh wilayah Indonesia pada 6 Januari 2025. Hari pertama MBG digelar, ada 190 SPPG yang beroperasi memasok makan bergizi untuk sekolah-sekolah dan posyandu di 26 provinsi.
SPPG merupakan satuan pelayanan pemenuhan gizi yang bertugas mengelola dapur umum yang memasak dan mendistribusikan makanan bergizi gratis untuk anak-anak, ibu-ibu hamil dan ibu menyusui, serta balita di daerah sekitarnya. Dalam mengoperasikan dapur, SPPG dipimpin oleh seorang kepala SPPG yang dibantu oleh seorang ahli gizi dan seorang akuntan.
Jumlah SPPG dan penerima Makan Bergizi Gratis terus bertambah tiap waktunya. Badan Gizi Nasional (BGN) mengumumkan per 17 Januari 2025, ada 238 SPPG yang beroperasi untuk memenuhi Makan Bergizi Gratis (MBG) di 31 provinsi. Dari angka itu, jumlah penerima manfaat MBG pun menjadi 650.000 orang.
Presiden menargetkan jumlah penerima MBG periode Januari sampai dengan April 2025 sebesar 3 juta anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui. Kemudian, 6 juta orang pada periode April—Agustus 2025, 15–17 juta orang pada Agustus sampai dengan September 2025. Hingga akhir 2025, Presiden menargetkan makan bergizi gratis dapat dinikmati oleh 82,9 juta orang.
Manajer Peternakan Nusa Dairy Indonesia, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Sandi Andriana merasakan peningkatan keuntungan berkat adanya kebutuhan susu untuk ... [445] url asal
Dari segi ekonomi jelas ada penambahan, terutama harga penerimaan sebelum MBG itu di harga kisaran Rp7.000 per satu liter, semenjak ada program ini harga penerimaan susunya jadi Rp10.000
Jakarta (ANTARA) - Manajer Peternakan Nusa Dairy Indonesia, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Sandi Andriana merasakan peningkatan keuntungan berkat adanya kebutuhan susu untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Dari segi ekonomi jelas ada penambahan, terutama harga penerimaan sebelum MBG itu di harga kisaran Rp7.000 per satu liter, semenjak ada program ini harga penerimaan susunya jadi Rp10.000," katanya pada Kamis.
Selain peningkatan keuntungan, ia menyebutkan dampak positif juga dirasakan dari segi penyerapan tenaga kerja yang memberdayakan masyarakat sekitar.
"Kebetulan warga di sini awalnya petani-petani serabutan, setelah ada program ini kami rekrut bekerja di sini, jadi mata pencahariannya sudah jelas, jadi peningkatan tenaga kerja ada, serta dan perekonomian juga meningkat," ujar dia.
Ia menjelaskan dalam sekali pengiriman dibutuhkan 370 liter susu untuk memenuhi kebutuhan para siswa sekolah yang menerima MBG, namun saat ini peternakan Nusa Dairy baru dapat memproduksi 150 liter susu yang dibagikan kepada para siswa sebanyak tiga kali dalam seminggu.
"Untuk 3.500 siswa itu yang dibutuhkan 370 liter, sedangkan populasi susu yang diproduksi dari sapi di daerah ini hampir 150 liter. Ke depan kami berencana akan impor sekitar 50 sapi yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan swasta," ucapnya.
Prosedur pengiriman susu ke SPPG dilakukan pada sore hari, kemudian dilakukan pasteurisasi di SPPG dan disimpan di unit pendingin, hingga dibagikan ke siswa pada keesokan harinya.
Selama ini susu yang dihasilkan dari peternakan tersebut dikirimkan ke Koperasi Jagri, kemudian dari koperasi itulah yang akan menjual kepada Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) di Kota Cimahi.
"Nusa Dairy ini di bawah naungan Koperasi Jagri dan koperasi itu telah melakukan penandatanganan kerja sama dengan beberapa pemasok, termasuk mitra peternak ini. SPPG menerima suplai semua dari koperasi, jadi itu menurut saya sangat positif untuk masyarakat serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sekitar," paparnya.
Untuk menjaga kualitas susu yang dihasilkan, Nusa Dairy melakukan beberapa upaya dan strategi untuk mengoptimalkan agar produksi susu tetap sesuai dengan standar.
"Kalau untuk kualitas, pertama dari kesehatan sapinya sendiri dikontrol setiap hari, kemudian pakan yang diberikan termasuk makanan hijau, konsentrat, kemudian standar operasional pelaksanaan pemeliharaannya mulai dari sanitasi kandang, hingga kebersihan operator (pemerah) susu juga terus diperhatikan," tuturnya.
Ia juga menyebutkan tiap satu sapi dapat menghasilkan 20 hingga 30 liter susu dalam sekali perah apabila dalam keadaan fisik dan psikologis yang sehat, serta sedang tidak hamil.
"Kalau hamil, produksinya berhenti dulu, targetnya rata-rata tiap sapi bisa menghasilkan 15-20 liter susu," ucapnya.
Kementerian Koperasi dorong petani susu sapi mandiri dan produksi turunan. Targetnya, suplai kebutuhan Program Makan Bergizi Gratis di Garut. [617] url asal
Kementerian Koperasi berharap agar para petani susu sapi bisa mandiri dan bisa membuat produk turunan di kampung. Mereka juga diharapkan bisa menyuplai kebutuhan untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Hal tersebut diungkap Deputi Bidang Pengembangan Usaha Koperasi Kemenkop RI, Panel Barus saat berkunjung ke peternak sapi perah KTSP Bojong 3 di Cisurupan, Garut pada Jumat, (14/3/2025).
"Mimpinya, suatu saat melalui koperasi, penginnya punya teknologi pasteurisasi. Sehingga bisa proses dulu dan dibuat produk turunannya di sini," kata Barus kepada wartawan.
Barus menjelaskan, selain bisa mandiri dengan bisa melakukan pengolahan langsung di peternakan, para petani susu sapi yang bernaung di bawah Koperasi Desa Merah Putih juga diharapkan bisa menyuplai stok untuk program MBG.
"Tapi memang di sini kapasitas produksinya masih sangat terbatas dan perlu dikembangkan. Masih di angka 6,5 ribu liter per hari," kata Barus.
"Untuk satu kecamatan juga tidak akan cukup. Bayangkan kalau ada 10 ribu penerima manfaat, dikali 200 Ml, sudah berapa yang dibutuhkan," ucap Barus menambahkan.
Saat ini para peternak sapi perah di Kabupaten Garut sendiri kebanyakan masih menjual susu sapi mereka ke Industri Pengolahan Susu (IPS) di Jakarta.
Barus menambahkan, untuk merealisasikan hal tersebut, pihaknya akan melancarkan sejumlah strategi. Pertama, mendampingi para peternak sapi untuk merapikan koperasi yang menaunginya.
"Artinya, regulasi, peraturan kita lakukan pendampingan hingga pembentukan ke notaris. Harus beres secara kelembagaannya," kata Barus.
Kemudian, kata Barus, pihaknya akan mendorong koperasi untuk bisa representatif dengan sarana dan prasarana yang memadai, serta permodalan yang menunjang.
"Habis itu, kita dampingi, supaya usahanya bisa berjalan sustain, dan menguntungkan masyarakat di desa," pungkas Barus.
Harapan Berjaya Lewat Kopdes Merah Putih
Di hadapan para pengurus koperasi dan tokoh masyarakat setempat, Panel berbicara mengenai program Koperasi Desa Merah Putih, yang disebutnya memiliki peran strategis dalam mendorong kemandirian ekonomi desa.
"Koperasi tidak hanya sebagai sarana ekonomi. Tetapi juga, sebagai wadah untuk membangun semangat kebersamaan dan gotong royong dan keberlanjutan di tingkat desa," katanya.
Panel mengatakan, pihaknya sudah berdiskusi banyak dengan tokoh masyarakat, kepala desa dan pelaku koperasi di Desa, hingga Pemkab Garut. Mereka berharap banyak agar perekonomian desa bisa melesat dan berkembang.
Menurut Panel sendiri, Kabupaten Garut punya segudang potensi yang bisa menyejahterakan masyarakat. Sebab, Garut memiliki potensi alam yang dianggap luar biasa.
"Potensi ekonominya besar. Ada pariwisata, kentang, alpukat, dan kopi Arabica khas dan enak," katanya.
Dalam kunjungannya ini, Panel mengunjungi sejumlah tempat di Cisurupan. Mulai dari Kedai Kopi Aceng yang legendaris, objek wisata alam Nangklak Jaya, hingga peternakan sapi kerah di Desa Balewangi.
Dengan adanya Koperasi Desa Merah Putih, Panel berharap agar gerakan ini bisa mendorong pemberdayaan ekonomi desa, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, hingga memperkuat ketahanan pangan dan menjadikan ekonomi desa maju dan mandiri.
"Kami sekarang berkonsentrasi untuk mendorong Koperasi Desa Merah Putih menjadi topik perbincangan di level masyarakat desa, agar partisipasi dan ownership warga desa terbangun terhadap Kopdes ini," pungkas Panel.