Fahri Hamzah menyebut Prabowo Subianto ingin mengatur ulang sistem politik Indonesia untuk menekan ongkos pemilu yang mahal dan mengatasi kelemahan struktural. [347] url asal
Wakil Ketua Umum DPP Gelora, Fahri Hamzah, menyebut Presiden Prabowo Subianto mau mengatur ulang sistem politik di Indonesia. Salah satu indikatornya adalah karena ongkos pemilu yang mahal.
Fahri mengungkapkan Prabowo menyadari betul kelemahan Indonesia saat ini. Salah satunya ada kesalahan struktur.
"Makanya mau ditata ulang sistem politik di Indonesia ini oleh beliau (Prabowo)," ujar Fahri saat meresmikan rumah layak huni (RLH) di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (23/12/2024).
Fahri berpendapat, selama 25 tahun setelah reformasi, Indonesia kehilangan komando. Rakyat kocar-kacir, para politikus bertengkar tak jelas. Ongkos pemilu mahal. Kemudian para politikus atau pejabat politik ikut pemilu dengan utang.
"Habis pemilu, uang negara digarong untuk bayar utang," ujarnya.
"Betul apa tidak?" tanya Fahri disambut teriakan betul oleh warga.
"Tapi rakyat minta money politic. Pasti rindu serangan fajar, kan?" tambah Fahri.
Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (Wamen PKP) ini melihat karena biaya atau ongkos pemilu mahal, para politikus yang bertarung sampai menjual rumah dan tanah.
"Gaji kecil. Akibatnya apa? Uang rakyat diganggu," imbuhnya.
Seperti diketahui Prabowo Subianto mewacanakan pemilihan kepala daerah (pilkada) seperti pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota kembali dipilih oleh DPRD. Adapun tujuan Prabowo yakni menekan biaya politik yang tinggi.
Megawati Soekarnoputri kritik anggaran Makan Bergizi Gratis Rp 10 ribu per porsi. Dia minta Prabowo hitung ulang anggaran di tengah lonjakan harga pangan. [352] url asal
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengkritik anggaran program Makan Bergizi Gratis yang hanya Rp 10 ribu per porsi. Dia pun meminta Presiden Prabowo Subianto untuk menghitung ulang anggaran tersebut.
Mulanya Presiden ke-5 Indonesia ini menyebut anggaran Rp 10 ribu untuk menu makan bergizi tidak cukup. Apalagi banyak harga kebutuhan pokok yang sudah mengalami lonjakan.
"Saya hitung, lho saya juga tukang masak kok, ibu saya itu orang Sumatera, Bengkulu. Jadi tradisi putri pertama harus pintar masak. Alhamdulillah," kata Megawati dalam acara peluncuran buku karya Todung Mulya Lubis dan diskusi 'Pilpres 2024: Antara Hukum, Etika, dan Pertimbangan Psikologis' di Hotel Four Seasons, Jakarta Pusat, Kamis (12/12/2024).
"Kuhitung, Rp 10 ribu toh, apa yo, apalagi sekarang harga naik. Eh, Mas Bowo, kalau dengar ini, tolong deh, suruh dihitung lagi," ungkapnya.
Megawati mengaku kerap mendengar keluhan warga soal kenaikan harga pangan. Karena itulah, Megawati berpesan agar Prabowo menghitung ulang anggaran program tersebut.
"Ini kemanusiaan tahu. Lho iya, nanti kalau malah makin melambung, ibu-ibu pada dateng ke saya, 'Ibu, gimana dong cabenya sekarang? Ibu sekarang bawang putihnya naik'. Aduh, pusinglah gua. Jadi ya gitu, sori ya, Mas, saya mesti kritik. Lho orang saya benar kok," katanya.
Maruarar Sirait adalah salah satu tokoh yang dipanggil menjadi calon menteri di Pemerintarahan Prabowo Subianto. Ini profil dari Maruarar. [714] url asal
Maruarar Sirait, yang akrab disapa Ara, merupakan salah satu tokoh politik Indonesia yang dikenal dengan dedikasinya di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Meski kini telah mengundurkan diri dari PDIP, perjalanan panjang Ara di dunia politik telah mewarnai dinamika perpolitikan tanah air.
Dikutip dari halaman resmi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Ara lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 23 Desember 1969, dari keluarga politisi. Ayahnya, Sabam Sirait, merupakan politikus senior dan mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Sejak kecil, Ara sudah terbiasa dengan lingkungan politik, sehingga tidak mengherankan jika ia kemudian mengikuti jejak sang ayah di dunia politik.
Maruarar Sirait pernah menjabat sebagai Anggota DPR RI di Komisi XI untuk periode 2004-2009, serta menjadi Ketua Bidang Pemuda, Mahasiswa, dan Olahraga di DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada masa jabatan 2005-2010.
Pendidikan Ara ditempuh di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Parahyangan, Bandung, pada era 1990-an.
Di kampus inilah ia mulai menunjukkan ketertarikannya pada politik dengan aktif bergabung dalam organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).
Pengalamannya di organisasi ini memberikannya banyak wawasan tentang negosiasi, diskusi, serta dinamika politik. Selain itu, Ara juga aktif di Resimen Mahasiswa (Menwa) Universitas Parahyangan, yang kemudian semakin memperkuat minatnya untuk terjun ke politik.
Karier Politik di PDIP
Ara memulai karir politiknya di PDIP pada tahun 1999. Pada Pemilu 2004, ia mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dan berhasil terpilih.
Ia ditempatkan di Komisi XI yang membidangi Keuangan, Perencanaan Pembangunan, dan Perbankan. Ara sukses mempertahankan kursinya di komisi yang sama pada Pemilu 2009 dan 2014.
Selain kiprahnya di legislatif, Ara juga memiliki peran penting dalam mendukung kampanye Joko Widodo pada Pilpres 2014. Namanya bahkan sempat disebut-sebut sebagai calon menteri dalam kabinet Jokowi.
Ara mengumumkan keputusannya untuk keluar setelah bergabung dengan partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri sejak tahun 1999. Ia menyatakan bahwa langkah tersebut diambil untuk mengikuti jejak Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Saat Pilpres 2014, Ara aktif dalam kampanye untuk Joko Widodo sebagai calon presiden dari PDIP. Namanya juga sempat dibicarakan sebagai calon menteri dalam pemerintahan presiden terpilih, meskipun ia tidak dilantik sebagai menteri.
Setelah itu, Maruarar mencalonkan diri lagi sebagai anggota legislatif pada Pemilu 2019, tetapi tidak berhasil masuk ke parlemen.
Karier di Luar Politik
Selain terjun di dunia politik, Ara juga menggeluti dunia bisnis. Saat ini, ia menjabat sebagai Komisaris Utama di PT Potenza Sinergi.
Ara juga memiliki pengalaman sebagai manajer Koperasi Keluarga Besar Mahasiswa (KKBM) Universitas Parahyangan, Bandung, yang menambah daftar panjang perjalanan kariernya di luar dunia politik.
Pengunduran Diri dari PDIP
Keputusan Maruarar Sirait untuk mundur dari PDIP mengejutkan banyak pihak, mengingat kontribusinya yang besar bagi partai.
Ia menyatakan bahwa pengunduran dirinya adalah langkah untuk mengikuti jejak Presiden Joko Widodo, meski alasan lebih rinci terkait hal ini belum dijelaskan secara terbuka. Ara menutup babak panjang karier politiknya di PDIP setelah berjuang bersama partai tersebut sejak tahun 1999.
Kabar mengenai Ara yang masuk dalam bursa calon menteri Prabowo tentu menimbulkan tanda tanya, mengingat perbedaan ideologi antara Gerindra dan PDIP selama beberapa tahun terakhir.
Namun, dengan hubungan baik yang telah terjalin antara Jokowi dan Prabowo, serta kemungkinan besar Prabowo akan meneruskan beberapa program Jokowi, keterlibatan Ara dalam pemerintahan Prabowo bisa menjadi jembatan antara kedua kubu politik ini.
Dengan rekam jejak yang solid, Maruarar Sirait menjadi salah satu figur yang layak dipertimbangkan sebagai bagian dari pemerintahan Prabowo.
Meskipun perjalanan politiknya penuh dinamika, terutama dengan pengunduran dirinya dari PDIP, Ara tetap menjadi sosok yang dipercaya oleh banyak kalangan.