YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Yogyakarta hingga saat ini belum terealisasi, meskipun sudah ada implementasi di daerah lain seperti Kabupaten Sleman.
Hal ini memicu keluhan dari siswa-siswi, salah satunya datang dari siswa-siswi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Yogyakarta.
Siska Rahmadani, seorang siswi di SMK N 4 Yogyakarta, mengungkapkan rasa iri karena teman-temannya di Sleman sudah mendapatkan manfaat dari program ini.
"Iya (iri) kita sudah nunggu, teman-teman sudah ada yang dapat. Adik saya juga sudah dapat, adik SD di Sleman sudah dapat," ujarnya saat ditemui di sekolah, Senin (20/1/2025).
Siska berharap program MBG dapat membantunya mengatasi rasa lapar saat sekolah hingga sore hari, mengingat uang sakunya yang terbatas.
"Praktiknya kan sampai sore juga, bisa untuk mengganjal biar gak lapar," tambahnya.
Harapan program MBG di Yogyakarta
Intan Afrida Rafni Ilustrasi menu program Makan Bergizi Gratis hari kelima, ada makaroni bolognese dengan harga Rp 10.000 per porsi. Makanan dari prgram Makan Bergizi Gratis disebut sad food dan mirip makanan penjara.Siswa lainnya, Arga Fikri Yulianto, juga menyampaikan harapannya agar program MBG segera diterapkan di Yogyakarta.
"Uang jajannya bisa digunakan untuk yang lain," kata Arga.
Sebagai siswa di jurusan tata boga, Arga berharap menu MBG bervariasi.
"Menunya kalau bisa bervariatif. Gak cuma goreng-goreng, kalau bisa ada kuah-kuahnya," jelasnya.
Dia juga menginginkan agar program MBG dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah dengan jurusan tata boga, sehingga bisa membantu siswa dalam praktik.
"Iya bisa sekalian untuk praktik," imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK N 4 Yogyakarta, Widiatmoko Herbimo, menjelaskan bahwa sekolahnya sebenarnya ditunjuk sebagai pilot project MBG di Kota Yogyakarta.
Namun, hingga saat ini belum ada informasi lebih lanjut mengenai pelaksanaan program tersebut.
"Kemarin dari pihak gizi yang baru ke sini, kemudian minta data siswa, alamat, tinggi badan, berat badan, obesitas atau tidak, dan alergi makanan," ungkapnya.
Pelaksanaan MBG di SMKN 4 Yogyakarta belum jelas
Widiatmoko menambahkan, total siswa di SMK N 4 Yogyakarta mencapai 1.900, tetapi saat ini ratusan siswa sedang menjalani praktik kerja lapangan (PKL), sehingga data yang dikumpulkan hanya untuk 1.200 siswa.
"Katanya 1.200 siswa itu akan terus menerus hingga akhir tahun (MBG)," katanya.
Ia juga menyatakan bahwa detail pelaksanaan MBG di SMKN 4 Yogyakarta masih belum jelas.
"Siswa kami kan banyak, belum tahu dari pihak sananya. Semua dari sana (biaya), pelaksana menargetkan 3.000, dapur ada di Sorosutan terdekat kan sekolah kami. Makanya sekolah kami jadi pilot project," ucapnya.
Sebelumnya, tawaran pelaksanaan MBG di SMK N 4 Yogyakarta sempat akan ditolak karena khawatir program ini akan mengurangi penjualan produk kuliner yang dihasilkan siswa.
"Terus terang kami BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) takutnya kalau siswa sudah makan jualan kami berkurang padahal ada target," kata Widiatmoko.
Namun, setelah diminta oleh pihak Dinas Pendidikan untuk menerima program tersebut, akhirnya mereka setuju.