
Dapatkan Rumah Murah di Kota Langsa, Cek Pilihannya!
Kota Langsa jadi primadona bagi calon pemilik rumah dengan pilihan subsidi terjangkau! Halaman all [486] url asal
#kota-langsa #rumah-subsidi #aceh #harga-terjangkau
(Kompas.com) 01/03/25 08:00
v/35079/

KOMPAS.com -Kota Langsa di Aceh kini sedang menjadi primadona di kalangan calon pemilik rumah.
Daerah ini menawarkan beragam pilihan rumah subsidi dengan harga terjangkau, semuanya melalui Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (Sikumbang) dengan kisaran harga di bawah Rp 200 juta.
Di bawah ini adalah beberapa opsi rumah terjangkau yang dapat dipilih di Kota Langsa:
1. Griya Pondok Kelapa: Tipe 36
Berlokasi di Langsa Lama, rumah ini merupakan proyek dari PT Chopi Putra Karya.
Griya Pondok Kelapa menawarkan 93 rumah dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas lahan 98 meter persegi.
Dengan harga per unit Rp 130 juta, sebanyak 56 rumah di antaranya telah terjual dan menyisakan 37 unit lagi.
2. Griya Bumoe Meutuah: Tipe 36
Dikembangkan oleh PT Dua Dara Meutuah, perumahan ini terletak di Langsa Baro.
Griya Bumoe Meutuah menawarkan 184 rumah dengan harga per unit sebesar Rp 140 juta.
Masing-masing rumah dirancang dengan luas bangunan mencapai 35 meter persegi dan luas lahan 105 meter persegi.
Saat ini, 93 rumah telah terjual dan masih tersisa 91 unit.
3. Griya Bukit Indah: Tipe Bukit Indah
Proyek perumahan ini terletak di Langsa Baro dan dikembangkan oleh PT Kana Barokah Karya.
Griya Bukit Indah menawarkan 149 rumah dengan harga per unit Rp 140 juta.
masing-masing rumah dirancang dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas tanah 112 meter persegi.
Hingga saat ini masih tersedia 21 unit lagi.
4. Aqsha Residence 2: Tipe 36
Terletak di Langsa Barat, proyek ini dikembangkan oleh PT Aqsha Indah Lestari.
Aqsha Residence 2 menawarkan 17 rumah dengan harga per unit Rp 140 juta.
Dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas total lahan 116 meter persegi, saat ini masih menyisakan 9 unit lagi.
5. Griya Rafi Permai: Tipe 36
Berada di Langsa Lama, Griya Rafi Permai dikembangkan oleh PT Rafikasha Pratama Mandiri.
Proyek ini menawarkan total 36 rumah, dengan harga per unit Rp 140 juta.
Rumah ini dirancang dengan luas bangunan 36 meter persegi dan total lahan 120 meter persegi.
Mengapa Langsa Menarik?
Dengan harga yang terjangkau dan berbagai pilihan unit yang masih tersedia, Kota Langsa menjadi pilihan yang sangat menarik bagi para calon pemilik rumah.
Program subsidi yang ditawarkan memberikan peluang bagi masyarakat untuk memiliki rumah yang layak huni tanpa membebani keuangan mereka secara berlebihan.
Bagi yang sedang mencari rumah, Kota Langsa bisa menjadi destinasi yang tepat dengan beragam pilihan yang ditawarkan.

Lebaran di Rumah Baru, Temukan di Lhokseumawe Sekarang
Lhokseumawe menawarkan berbagai pilihan rumah subsidi dengan harga terjangkau. Temukan tempat tinggal idaman Anda di sini! Halaman all [468] url asal
#perumahan-terjangkau #rumah-subsidi #lhokseumawe #pilihan-rumah
(Kompas.com) 01/03/25 06:30
v/34979/

KOMPAS.com - Kota Lhokseumawe di Aceh saat ini menarik perhatian banyak calon pemilik rumah.
Hal ini tidak terlepas dari berbagai pilihan rumah subsidi yang ditawarkan dengan harga terjangkau.
Melalui Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (Sikumbang), calon pemilik dapat menemukan rumah dengan harga di bawah Rp 200 juta.
Berikut adalah beberapa pilihan rumah yang tersedia di kota ini.
1. Griya Indah: Tipe 36
Terletak di Blang Mangat, Griya Indah merupakan proyek yang dikembangkan oleh PT Asrafi Sulfaz Beujaya.
Proyek ini menawarkan 58 rumah tapak dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas lahan 100 meter persegi.
Harga per unit rumah adalah Rp 120 juta. Hingga kini, 36 rumah telah terjual, sementara 22 unit lainnya masih tersedia.
2. Perumahan Aman Sentausa (Permata): Tipe 36B
Dikembangkan oleh PT Lembah Thamar Perdana, perumahan ini berlokasi di Muara Dua, Lhokseumawe.
Dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas lahan 130 meter persegi, masing-masing rumah eibanderol dengan harga Rp 140 juta.
Saat ini, 32 rumah telah terjual, dan masih tersisa 7 unit.
3. An Nisa Mansion-Lhokseumawe: Tipe 30
Proyek perumahan ini berlokasi di Blang Mangat dan dikembangkan oleh PT Karya Adhi Putra.
Masing-masing rumah tapak dirancang dengan luas bangunan 30 meter persegi dan luas tanah 98 meter persegi.
Dengan harga per unit Rp 142 juta, sudah terjual 42 rumah dari total 161 unit yang tersedia.
4. Villa Buket Rata: Tipe 36/112
Terletak di Muara Dua, proyek perumahan ini dikembangkan oleh PT Cipta Karya Beurata.
Villa Buket Rata menawarkan 19 rumah tapak dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas lahan 112 meter persegi.
Dengan harga Rp 145 juta, saat ini telah terjual 14 rumah, dan menyisakan 5 unit.
5. Firya Lientas Residance: Tipe 36
Berada di Muara Dua, Firya Lientas Residance menawarkan total 19 rumah.
Dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas lahan 108 meter persegi, harga per unit juga ditawarkan hanya Rp 145 juta.
Dari total jumlah penawaran, 16 rumah telah terjual, menyisakan 3 unit saja.
Mengapa Lhokseumawe?
Pemilihan rumah subsidi di Kota Lhokseumawe bukan hanya soal harga yang terjangkau, tetapi juga berbagai pilihan lokasi dan tipe rumah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan berbagai proyek yang tersedia, calon pemilik rumah dapat menemukan tempat tinggal yang sesuai dengan anggaran dan preferensi mereka.

Rekomendasi Rumah Murah di Pemalang Serba Rp150 Jutaan
Pemalang adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah. [474] url asal

Jakarta: Pemalang adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Daerah ini berada di ujung barat laut dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tegal, serta berjarak kira-kira 135 km ke arah barat dari Semarang.
Pemalang dikenal dengan produksi andalan berupa Teh. Selain itu, ada tebu, kelapa sayur, cengkeh, hingga kopi yang tumbuh subur.
Jika kamu sedang mencari tempat tinggal di Pemalang, berikut ini beberapa rekomendasi rumah murah dengan harga serba Rp150 jutaan dikutip dari laman SiKumbang Kementerian PUPR.
Rekomendasi rumah di Pemalang
Perumahan subsidi di Pemalang. Foto: SiKumbang Kementerian PUPR
1. Griya Banjar Arum
Perumahan ini berlokasi di Banjardawa, Taman, Kab Pemalang, Jawa Tengah ini dibangun oleh Bela Tata Miguna. Perumahan ini menawarkan rumah subsidi 68 unit yang tersedia.
Dengan harga Rp150,5 juta, kamu sudah bisa mendapatkan satu rumah dengan luas bangunan 36 meter persegi, luas lahan 77 meter persegi dilengkapi dua kamar tidur dan satu kamar mandi.
Spesifikasi teknis dari rumah ini adalah atap genteng plentong, dinding bata merah acian finishing cat, lantai keramik 40x40 cm, serta pondasi batu kali.
2. The Sambeng Village
Perumahan ini berlokasi di Sambeng, Bantarbolang, Kab Pemalang, Jawa Tengah yang dibangun oleh Graha Alam Indo Sentosa. Perumahan ini menyediakan tipe rumah subsidi yang tersisa 335 unit.
Harga yang dibanderol untuk rumah subsidi yakni Rp150 juta dengan luas bangunan 36 meter persegi, luas lahan 66 meter persegi. Rumah murah ini dilengkapi dua kamar tidur dan satu kamar mandi.
Spesifikasi rumah murah ini antara lain atap baja ringan, dinding double hebel/bata ringan dirender dan cat, lantai keramik 40x40, serta pondasi batu belah.
3. Han’s Residence
Berlokasi di Lawangrejo, Pemalang, Kab Pemalang, Jawa Tengah. Dikelola oleh Karya Indah Subur Jaya dengan jumlah unit tersedia sebanyak 4 subsidi.
Rumah dengan harga Rp150 juta dengan luas bangunan 36 meter persegi serta luas lahan 60 meter persegi, dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi.
Spesifikasi rumah ini terdiri dari atap genteng pletong, dinding bata merah plester acian finishing cat, lantai keramik 40x40 cm, dan pondasi gypsum board.
4. Banjar Residence
Berlokasi di Beji, Taman, Kab Pemalang, Jawa Tengah. Dikelola oleh Toni Jaya Makmur dengan jumlah 4 unit subsidi yang tersedia.
Rumah mulai dari Rp150,5 juta dengan luas bangunan 30 meter persegi serta luas lahan 60 meter persegi dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi.
Spesifikasi rumah ini terdiri dari atap baja ringan dan genteng metal, serta dinding hebel plester aci dan dicat. Lantai keramik ukuran 40x40 cm dan pondasi batu kali.
5. Griya Amanah Sejahtera 2
Perumahan yang berlokasi di Kaligelang, Taman, Kab Pemalang, Jawa Tengah ini dibangun oleh Griya Amanah Sejahtera. Perumahan ini menawarkan 23 rumah subsidi.
Rumah mulai dari Rp150,5 juta dengan luas bangunan 36 meter persegi serta luas lahan 65 meter persegi dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi.
Adapun spesifikasi yang dimiliki rumah ini yaitu atap genteng, dinding batu bata, lantai keramik, dan pondasi batu kali. (Theresia Vania Somawidjaja)
(KIE)

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Sibolga: Pilihan Hunian Ekonomis
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Sibolga: Pilihan Hunian Ekonomis Halaman all [217] url asal
#harga-rumah #rumah-subsidi #rumah-murah
(Kompas.com) 28/02/25 09:02
v/34645/

Kota Sibolga di Sumatera Utara sedang menarik perhatian dari para calon pemilik rumah. Sebagai pusat perhatian, daerah tersebut menawarkan berbagai pilihan rumah subsidi dengan harga yang terjangkau, yang tersedia melalui Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (Sikumbang), dengan harga kurang dari Rp 200 juta.
Berikut adalah beberapa pilihan rumah terjangkau di Kota Sibolga:
- Villa Bukit Parombunan Ii: Tipe 36
Terletak di Sibolga Selatan, Kota Sibolga. Bangunan berupa rumah tapak dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas lahan 105 meter persegi, proyek ini dikembangkan oleh Pt. Afita Karya Utama.
Proyek ini menawarkan 13 unit rumah dengan harga rumah per unit adalah Rp 151 juta. Sebanyak 0 unit telah terjual, sementara 13 unit masih tersedia.

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Tanjung Balai: Pilihan Hunian Ekonomis
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Tanjung Balai: Pilihan Hunian Ekonomis Halaman all [483] url asal
#harga-rumah #rumah-subsidi #rumah-murah
(Kompas.com) 28/02/25 09:02
v/34648/

Kota Tanjung Balai di Sumatera Utara sedang menarik perhatian dari para calon pemilik rumah. Sebagai pusat perhatian, daerah tersebut menawarkan berbagai pilihan rumah subsidi dengan harga yang terjangkau, yang tersedia melalui Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (Sikumbang), dengan harga kurang dari Rp 200 juta.
Berikut adalah beberapa pilihan rumah terjangkau di Kota Tanjung Balai:
- Sungai Dua Indah Recidense: Tipe 36
Terletak di Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai. Bangunan berupa rumah tapak dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas lahan 87 meter persegi, proyek ini dikembangkan oleh Pt. Cipta Lestari Trans Sejahtera.
Proyek ini menawarkan 63 unit rumah dengan harga rumah per unit adalah Rp 130 juta. Sebanyak 41 unit telah terjual, sementara 22 unit masih tersedia.
- Griya Utama Pahang: Tipe 36
Perumahan satu ini dikembangkan oleh Utomo Karya Abadi yang terletak di Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai. Menawarkan 158 unit rumah dengan bangunan berupa rumah tapak dan harga per unit sebesar Rp 130 juta.
Luas dari bangunan ini sendiri adalah 36 meter persegi dengan luas lahan 87 meter persegi. Hingga saat ini, sudah terjual 145 unit, sedangkan masih tersedia 13 unit lagi.
- Alpokat Permai: Tipe 36
Berlokasi di Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai, proyek perumahan ini dikembangkan oleh Pt. Fia Bangun Utama. Telah terjual 5 unit dengan banderol per unit sebesar Rp 140 juta.
Bangunan rumah tapak memiliki luas 36 meter persegi dengan total luas tanah adalah 112 meter persegi. Hingga saat ini, masih tersedia 9 unit untuk dipasarkan dari 14 unit yang disediakan.
- 66 Residence Tahap 2: Tipe 36
Perumahan keempat ini terletak di Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai. Total unit yang ditawarkan adalah 120 rumah dan telah terjual 93 unit. Harga per unit sebesar Rp 140 juta.
Bangunan rumah tapak ini memiliki luas 36 meter persegi, dan untuk luas total lahan adalah 98 meter persegi. Proyek perumahan ini dikembangkan oleh Pt. Mutiara Ananda Prima. Perumahan ini telah tersisa 27 unit yang tersedia.
- Al Gufrans Habib 8: Tipe 36
Di Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai, terdapat perumahan yang menawarkan total 13 unit. Saat ini, telah terjual 11 unit dengan harga per unit sebesar Rp 140 juta.
Bangunan-bangunan rumah tapak ini memiliki luas 36 meter persegi, dengan total lahan mencapai 105 meter persegi.
Proyek perumahan ini dikembangkan oleh Nazhuwa Aulia Natasya. Sisa unit yang tersedia untuk dijual adalah 2 unit.

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Labuhanbatu: Pilihan Hunian Ekonomis
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Labuhanbatu: Pilihan Hunian Ekonomis Halaman all [472] url asal
#harga-rumah #rumah-subsidi #rumah-murah
(Kompas.com) 28/02/25 09:02
v/34716/

Kabupaten Labuhanbatu di Sumatera Utara sedang menarik perhatian dari para calon pemilik rumah. Sebagai pusat perhatian, daerah tersebut menawarkan berbagai pilihan rumah subsidi dengan harga yang terjangkau, yang tersedia melalui Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (Sikumbang), dengan harga kurang dari Rp 200 juta.
Berikut adalah beberapa pilihan rumah terjangkau di Kabupaten Labuhanbatu:
- Green Garden Residence: Tipe 36
Terletak di Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu. Bangunan berupa rumah tapak dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas lahan 91 meter persegi, proyek ini dikembangkan oleh Mataniari Karya Dinamika.
Proyek ini menawarkan 97 unit rumah dengan harga rumah per unit adalah Rp 130 juta. Sebanyak 68 unit telah terjual, sementara 29 unit masih tersedia.
- Griya Linur Ujung Bandar: Tipe 36
Perumahan satu ini dikembangkan oleh But Radja Indonesia yang terletak di Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu. Menawarkan 78 unit rumah dengan bangunan berupa rumah tapak dan harga per unit sebesar Rp 130 juta.
Luas dari bangunan ini sendiri adalah 36 meter persegi dengan luas lahan 98 meter persegi. Hingga saat ini, sudah terjual 75 unit, sedangkan masih tersedia 3 unit lagi.
- 3G Selat Besar Residence: Tipe 36
Berlokasi di Bilah Hilir, Kabupaten Labuhanbatu, proyek perumahan ini dikembangkan oleh Sineng Tiga Generasi. Telah terjual 52 unit dengan banderol per unit sebesar Rp 130 juta.
Bangunan rumah tapak memiliki luas 36 meter persegi dengan total luas tanah adalah 117 meter persegi. Hingga saat ini, masih tersedia 33 unit untuk dipasarkan dari 85 unit yang disediakan.
- De Prabu 3: Tipe 36
Perumahan keempat ini terletak di Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu. Total unit yang ditawarkan adalah 123 rumah dan telah terjual 91 unit. Harga per unit sebesar Rp 130 juta.
Bangunan rumah tapak ini memiliki luas 36 meter persegi, dan untuk luas total lahan adalah 98 meter persegi. Proyek perumahan ini dikembangkan oleh Inti Kreasi Perkasa. Perumahan ini telah tersisa 32 unit yang tersedia.
- Griya Nusa 3 Indah: Tipe 36
Di Bilah Hulu, Kabupaten Labuhanbatu, terdapat perumahan yang menawarkan total 113 unit. Saat ini, telah terjual 68 unit dengan harga per unit sebesar Rp 130 juta.
Bangunan-bangunan rumah tapak ini memiliki luas 36 meter persegi, dengan total lahan mencapai 112 meter persegi.
Proyek perumahan ini dikembangkan oleh Kreasi Mitra Mandiri. Sisa unit yang tersedia untuk dijual adalah 45 unit.

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Serdang Bedagai: Pilihan Hunian Ekonomis
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Serdang Bedagai: Pilihan Hunian Ekonomis Halaman all [482] url asal
#harga-rumah #rumah-subsidi #rumah-murah
(Kompas.com) 28/02/25 09:02
v/34778/

Kabupaten Serdang Bedagai di Sumatera Utara sedang menarik perhatian dari para calon pemilik rumah. Sebagai pusat perhatian, daerah tersebut menawarkan berbagai pilihan rumah subsidi dengan harga yang terjangkau, yang tersedia melalui Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (Sikumbang), dengan harga kurang dari Rp 200 juta.
Berikut adalah beberapa pilihan rumah terjangkau di Kabupaten Serdang Bedagai:
- Perumahan Melati Raya: Tipe 36/72
Terletak di Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Bangunan berupa rumah tapak dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas lahan 72 meter persegi, proyek ini dikembangkan oleh Pt. Mitra Perdana Sukses.
Proyek ini menawarkan 79 unit rumah dengan harga rumah per unit adalah Rp 140 juta. Sebanyak 76 unit telah terjual, sementara 3 unit masih tersedia.
- Perumahan Melati Raya 2: Tipe 36
Perumahan satu ini dikembangkan oleh Pt. Mitra Perdana Sukses yang terletak di Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Menawarkan 20 unit rumah dengan bangunan berupa rumah tapak dan harga per unit sebesar Rp 140 juta.
Luas dari bangunan ini sendiri adalah 36 meter persegi dengan luas lahan 72 meter persegi. Hingga saat ini, sudah terjual 11 unit, sedangkan masih tersedia 9 unit lagi.
- Karya Perdana Residence: Tipe 36
Berlokasi di Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, proyek perumahan ini dikembangkan oleh Pt. Haheba Sumatera Land. Telah terjual 36 unit dengan banderol per unit sebesar Rp 140 juta.
Bangunan rumah tapak memiliki luas 36 meter persegi dengan total luas tanah adalah 84 meter persegi. Hingga saat ini, masih tersedia 13 unit untuk dipasarkan dari 49 unit yang disediakan.
- Karya Perdana Residence (Tahap Iii): Tipe 36
Perumahan keempat ini terletak di Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Total unit yang ditawarkan adalah 31 rumah dan telah terjual 1 unit. Harga per unit sebesar Rp 140 juta.
Bangunan rumah tapak ini memiliki luas 36 meter persegi, dan untuk luas total lahan adalah 84 meter persegi. Proyek perumahan ini dikembangkan oleh Pt. Haheba Sumatera Land. Perumahan ini telah tersisa 30 unit yang tersedia.
- Griya Sibulan Indah: Tipe 36
Di Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai, terdapat perumahan yang menawarkan total 44 unit. Saat ini, telah terjual 30 unit dengan harga per unit sebesar Rp 150 juta.
Bangunan-bangunan rumah tapak ini memiliki luas 36 meter persegi, dengan total lahan mencapai 91 meter persegi.
Proyek perumahan ini dikembangkan oleh Pt. Arthamas Graha Karya . Sisa unit yang tersedia untuk dijual adalah 14 unit.

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Dairi: Pilihan Hunian Ekonomis
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Dairi: Pilihan Hunian Ekonomis Halaman all [468] url asal
#harga-rumah #rumah-subsidi #rumah-murah
(Kompas.com) 28/02/25 09:01
v/34647/

Kabupaten Dairi di Sumatera Utara sedang menarik perhatian dari para calon pemilik rumah. Sebagai pusat perhatian, daerah tersebut menawarkan berbagai pilihan rumah subsidi dengan harga yang terjangkau, yang tersedia melalui Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (Sikumbang), dengan harga kurang dari Rp 200 juta.
Berikut adalah beberapa pilihan rumah terjangkau di Kabupaten Dairi:
- Sitinjo Permai: Tipe 36
Terletak di Sitinjo, Kabupaten Dairi. Bangunan berupa rumah tapak dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas lahan 91 meter persegi, proyek ini dikembangkan oleh Pt. Abadi Karya Properti.
Proyek ini menawarkan 249 unit rumah dengan harga rumah per unit adalah Rp 140 juta. Sebanyak 187 unit telah terjual, sementara 62 unit masih tersedia.
- Rorinata Residence Sidikalang Tahap 3: Tipe 36
Perumahan satu ini dikembangkan oleh Sinar Graha Indonusa yang terletak di Sidikalang, Kabupaten Dairi. Menawarkan 136 unit rumah dengan bangunan berupa rumah tapak dan harga per unit sebesar Rp 150 juta.
Luas dari bangunan ini sendiri adalah 36 meter persegi dengan luas lahan 105 meter persegi. Hingga saat ini, sudah terjual 88 unit, sedangkan masih tersedia 48 unit lagi.
- Griya Modetra Sidiangkat: Tipe 36
Berlokasi di Sidikalang, Kabupaten Dairi, proyek perumahan ini dikembangkan oleh Artana Mora Sejahtera. Telah terjual 50 unit dengan banderol per unit sebesar Rp 151 juta.
Bangunan rumah tapak memiliki luas 36 meter persegi dengan total luas tanah adalah 105 meter persegi. Hingga saat ini, masih tersedia 53 unit untuk dipasarkan dari 103 unit yang disediakan.
- Naras Indah Residence: Tipe 36
Perumahan keempat ini terletak di Sidikalang, Kabupaten Dairi. Total unit yang ditawarkan adalah 94 rumah dan telah terjual 71 unit. Harga per unit sebesar Rp 151 juta.
Bangunan rumah tapak ini memiliki luas 36 meter persegi, dan untuk luas total lahan adalah 98 meter persegi. Proyek perumahan ini dikembangkan oleh Pt. Bersatu Kuat Gemilang. Perumahan ini telah tersisa 23 unit yang tersedia.
- Green Baret Residence: Tipe C-25
Di Sidikalang, Kabupaten Dairi, terdapat perumahan yang menawarkan total 75 unit. Saat ini, telah terjual 27 unit dengan harga per unit sebesar Rp 151 juta.
Bangunan-bangunan rumah tapak ini memiliki luas 36 meter persegi, dengan total lahan mencapai 98 meter persegi.
Proyek perumahan ini dikembangkan oleh Abbas Bumi Perkasa. Sisa unit yang tersedia untuk dijual adalah 48 unit.

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Tebing Tinggi: Pilihan Hunian Ekonomis
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Tebing Tinggi: Pilihan Hunian Ekonomis Halaman all [481] url asal
#harga-rumah #rumah-subsidi #rumah-murah
(Kompas.com) 28/02/25 09:01
v/34657/

Kota Tebing Tinggi di Sumatera Utara sedang menarik perhatian dari para calon pemilik rumah. Sebagai pusat perhatian, daerah tersebut menawarkan berbagai pilihan rumah subsidi dengan harga yang terjangkau, yang tersedia melalui Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (Sikumbang), dengan harga kurang dari Rp 200 juta.
Berikut adalah beberapa pilihan rumah terjangkau di Kota Tebing Tinggi:
- Griya Aira Land: Tipe Griya Aira Land I
Terletak di Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi. Bangunan berupa rumah tapak dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas lahan 91 meter persegi, proyek ini dikembangkan oleh Mitra Aira Lestari.
Proyek ini menawarkan 147 unit rumah dengan harga rumah per unit adalah Rp 130 juta. Sebanyak 145 unit telah terjual, sementara 2 unit masih tersedia.
- Perumahan Cemara Residence: Tipe 36
Perumahan satu ini dikembangkan oleh Levindo Sukses Mandiri yang terletak di Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi. Menawarkan 201 unit rumah dengan bangunan berupa rumah tapak dan harga per unit sebesar Rp 140 juta.
Luas dari bangunan ini sendiri adalah 36 meter persegi dengan luas lahan 72 meter persegi. Hingga saat ini, sudah terjual 122 unit, sedangkan masih tersedia 79 unit lagi.
- Griya Purnama : Tipe 36/91
Berlokasi di Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi, proyek perumahan ini dikembangkan oleh Lintas Sumut Sejahtera Bersama. Telah terjual 1 unit dengan banderol per unit sebesar Rp 140 juta.
Bangunan rumah tapak memiliki luas 36 meter persegi dengan total luas tanah adalah 91 meter persegi. Hingga saat ini, masih tersedia 2 unit untuk dipasarkan dari 3 unit yang disediakan.
- Griya Rambutan Residence: Tipe 36
Perumahan keempat ini terletak di Rambutan, Kota Tebing Tinggi. Total unit yang ditawarkan adalah 42 rumah dan telah terjual 17 unit. Harga per unit sebesar Rp 140 juta.
Bangunan rumah tapak ini memiliki luas 36 meter persegi, dan untuk luas total lahan adalah 126 meter persegi. Proyek perumahan ini dikembangkan oleh Pt. Dewi Jaya Grahaindo . Perumahan ini telah tersisa 25 unit yang tersedia.
- Perumahan Mutiara Residence: Tipe 36
Di Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi, terdapat perumahan yang menawarkan total 32 unit. Saat ini, telah terjual 27 unit dengan harga per unit sebesar Rp 140 juta.
Bangunan-bangunan rumah tapak ini memiliki luas 36 meter persegi, dengan total lahan mencapai 72 meter persegi.
Proyek perumahan ini dikembangkan oleh Karya Mikyla Abadi. Sisa unit yang tersedia untuk dijual adalah 5 unit.

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Pematangsiantar: Pilihan Hunian Ekonomis
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Pematangsiantar: Pilihan Hunian Ekonomis Halaman all [474] url asal
#harga-rumah #rumah-subsidi #rumah-murah
(Kompas.com) 28/02/25 09:00
v/34688/

Kota Pematangsiantar di Sumatera Utara sedang menarik perhatian dari para calon pemilik rumah. Sebagai pusat perhatian, daerah tersebut menawarkan berbagai pilihan rumah subsidi dengan harga yang terjangkau, yang tersedia melalui Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (Sikumbang), dengan harga kurang dari Rp 200 juta.
Berikut adalah beberapa pilihan rumah terjangkau di Kota Pematangsiantar:
- Perumahan Damai Sejahtera Tahap Ii: Tipe 36
Terletak di Siantar Sitalasari, Kota Pematangsiantar. Bangunan berupa rumah tapak dengan luas bangunan 36 meter persegi dan luas lahan 84 meter persegi, proyek ini dikembangkan oleh Puri Graha Realty.
Proyek ini menawarkan 117 unit rumah dengan harga rumah per unit adalah Rp 140 juta. Sebanyak 72 unit telah terjual, sementara 45 unit masih tersedia.
- Pondok Indah Nagahuta: Tipe 36/90
Perumahan satu ini dikembangkan oleh Gevrille Wilson Karya yang terletak di Siantar Sitalasari, Kota Pematangsiantar. Menawarkan 31 unit rumah dengan bangunan berupa rumah tapak dan harga per unit sebesar Rp 140 juta.
Luas dari bangunan ini sendiri adalah 35 meter persegi dengan luas lahan 90 meter persegi. Hingga saat ini, sudah terjual 30 unit, sedangkan masih tersedia 1 unit lagi.
- Bunda Naga Mas: Tipe 36/245
Berlokasi di Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar, proyek perumahan ini dikembangkan oleh Naga Mas, Cv. Telah terjual 0 unit dengan banderol per unit sebesar Rp 150 juta.
Bangunan rumah tapak memiliki luas 36 meter persegi dengan total luas tanah adalah 112 meter persegi. Hingga saat ini, masih tersedia 1 unit untuk dipasarkan dari 1 unit yang disediakan.
- Griya Al-Falah Ii: Tipe 36
Perumahan keempat ini terletak di Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar. Total unit yang ditawarkan adalah 45 rumah dan telah terjual 43 unit. Harga per unit sebesar Rp 150 juta.
Bangunan rumah tapak ini memiliki luas 36 meter persegi, dan untuk luas total lahan adalah 98 meter persegi. Proyek perumahan ini dikembangkan oleh Alfalah Prima Lestari. Perumahan ini telah tersisa 2 unit yang tersedia.
- Bumi Karangsari Regency: Tipe 36
Di Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar, terdapat perumahan yang menawarkan total 40 unit. Saat ini, telah terjual 14 unit dengan harga per unit sebesar Rp 151 juta.
Bangunan-bangunan rumah tapak ini memiliki luas 36 meter persegi, dengan total lahan mencapai 84 meter persegi.
Proyek perumahan ini dikembangkan oleh Karunia Anugerah Putera. Sisa unit yang tersedia untuk dijual adalah 26 unit.

Beberapa Buah MBG di Surabaya Dikeluhkan Kecut Seperti Mau Basi
Siswa SMPN 13 Surabaya mengeluh tentang buah kecut seperti mau basi di menu Makan Bergizi Gratis. Sekolah mendata keluhan untuk disampaikan ke tim MBG. [443] url asal
#makan-bergizi-gratis #buah-basi #buah-mbg-basi #makanan-bergizi #smpn-13-surabaya #program-mbg #surabaya #mbg #keluhan-anak-anak #buah-mbg #menu-mbg #kedatangan-mbg #menu-makan-bergizi-gratis #dinkes #karyadi #anak
(detikFinance) 25/02/25 19:04
v/33786/

Pelaksanaan makan bergizi gratis (MBG) sudah diterapkan lebih dari 1 bulan di Surabaya. Namun akhir-akhir ini siswa mengeluh adanya buah yang kecut, seperti di SMPN 13 Surabaya.
Humas SMPN 13 Surabaya Karyadi mengatakan, sebelum MBG turun sekolah sudah menyampaikan ke siswa bila ada keluhan agar disampaikan ke guru. Nanti dari sekolah akan menyampaikan ke tim MBG, termasuk mendata siswa dengan alergi.
Karyadi mengatakan bahwa akhir-akhir ini, siswa mengeluhkan soal buah dalam menu MBG. Siswa mengeluhkan rasa buah yang asam seperti akan basi.
"Memang ada beberapa kali makanan mengalami hambatan, mereka alergi dan ada yang tidak termakan. Kadang buahnya ada yang kecut," kata Karyadi kepada wartawan di sekolah, Selasa (25/2/2025).
"Kalau selama ini yang disampaikan anak-anak di awal, banyak keinginan. Awal-awal menyampaikan masakannya kurang empuk. Akhir-akhir ini buahnya, mungkin dikupas agak pagi dan dimakan siang hari jadi rasanya kayak mau basi," tambahnya.
Evaluasi dari sekolah sendiri, Karyadi menyebutkan pihaknya hanya melakukan pendataan. Kemudian data keluhan dari siswa itu akan disampaikan ke tim MBG.
"Kami hanya menyampaikan ke tim MBG bahwasanya hari ini ada buah yang misalnya asam dan keluhan anak-anak," ujarnya.
Karyadi mengatakan pendataan dilakukan oleh tim sekolah. Ketika sekolah belum kedatangan MBG, Dinkes telah menanyakan SOP sekolah mencegah kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kami sudah menyampaikan kalau sudah SOP karena kita nggak mengenal ilmu kesehatan, hanya melihat fisik. Karena itu dicurigai, maka kita stop tidak disampaikan ke anak. (Siswa mengisi data) alergi apa kita kasih form, dari pihak sekolah," jelasnya.
MBG di SMPN 13 Surabaya diberikan pada saat istirahat kedua. Sedangkan makanan datang sejak sekitar pukul 09.00 WIB.
"Di sekolah ditetapkan jam istirahat kedua, karena anak-anak bawa bekal dari rumah. Dan kami jaga kantin agar tetap berjalan," katanya.
(dpe/iwd)

Dilema Rumah Idaman di Atas Lahan Pangan
Fenomena urban sprawl di Bojongsoang mengubah lahan pertanian menjadi perumahan. Petani menghadapi tantangan untuk bertahan di tengah perubahan ini. [3,889] url asal
#urban-sprawl #bojongsoang #lahan-pertanian #berita-jabar #jawa-barat #kabupaten-bandung #perda-kabupaten-bandung-no-1-tahun-2024-tentang-rencana-tata-ruang-wilayah-kabupaten-bandung-tahun-2024-2044 #nama
(detikFinance) 25/02/25 08:10
v/33522/

Mentari pagi di Bojongsoang, Kabupaten Bandung menyinari hamparan sawah yang diapit oleh bangunan perumahan baru yang terus menjamur. Lamat-lamat terdengar suara alat berat yang bekerja, mengubah lahan pangan menjadi deretan rumah idaman yang berkilau.
Di samping kokohnya benteng kompleks perumahan, tampak beberapa pria berpakaian lusuh hilir mudik memikul karung berisi mentimun yang baru dipanen. Mereka berjalan bergantian menyisir jalan setapak yang berupa tembok penahan tebing perumahan, lebarnya pun hanya tiga jengkal kaki orang dewasa.
Jalan setapak itu merupakan satu-satunya akses keluar masuk bagi petani dan untuk mengangkut hasil panen. Kebun yang terletak di Jalan Cikoneng atau sekitar 1,5 km dari Kantor Kecamatan Bojongsoang itu diapit oleh perumahan di sisi kanan dan kirinya. Alhasil para petani harus berjalan sekitar 200-300 meter untuk mencapai bibir jalan raya sebagai titik kumpul.
Tepat di samping gerbang perumahan, mentimun-mentimun segar dari dalam karung dimasukkan ke dalam drum besar berisi air untuk dibilas. Terlihat sejumlah pria mengemas mentimun dari kebun yang terjepit itu ke dalam kantong plastik bening besar, rencananya buah yang memiliki bahasa ilmiah Cucumis sativus itu akan dikirimkan ke Cikampek.
Di balik panen mentimun itu ada tangan dingin Jujuh (35), pemuda asli Bojongsoang. Sejak masih remaja , pria kelahiran Rancaoray -sebuah kampung kecil di tenggara Bojongsoang- itu sudah menekuni dunia bercocok tanam. Jujuh menggarap lahan tadah hujan yang ia sewa seluas 500 tumbak atau sekitar 7.000 meter persegi.
Setelah ia teliti, kadar PH di Bojongsoang yang berkisar di angka 5-6 ideal untuk budidaya mentimun. Alhasil, dalam satu tahun, Jujuh bisa memanen mentimun sebanyak 3 ton.
"Saya biasa menanam mentimun, atau kadang padi. Saya sudah coba menanam di beberapa tempat, dan di sini yang paling bagus untuk mentimun," ucap Jujuh, sambil melayani warga sekitar yang datang membeli mentimun ke lapaknya.
![]() |
Di antara derap langkah para petani yang memanen mentimun, terlihat eskavator bergeliat melakukan pengurukan sawah -untuk perluasan perumahan- yang berbatasan dengan bagian selatan kebun Jujuh. Dalam 10 tahun terakhir pembangunan permukiman cukup masif di daerah tersebut, jejak perubahannya terekam citra satelit Google Earth.
Dari timelapse Google Street, terlihat pada tahun 2014, kebun yang Jujuh kelola saat ini masih berupa hamparan sawah, pembangunan kompleks perumahan mulai dirintis di sisi kiri dan kanannya. Hal itu terlihat dari jumlah bangunan yang masih sedikit, serta reklame promosi yang banyak terpasang di depan kompleks. Terlihat pula pekerja sedang beraktivitas di sekitar kompleks.
Sementara di bagian utara, pemandangan dari kebun Jujuh masih berupa hamparan sawah sedekade yang lalu. Namun, saat ini hamparan sawah itu sudah berubah menjadi kompleks perumahan yang modern, yang menjadi rumah idaman bagi penghuninya.
Melihat perubahan itu, Jujuh harus bersiap dengan segala kemungkinan. Salah satunya, andai pemilik lahan menjual tanahnya untuk dialih fungsikan, maka ia harus siap-siap angkat kaki untuk mencari lahan lagi untuk bertani.
"Perjanjiannya (dengan pemilik lahan), kalau mau dibangun, ya harus pindah. Mau bagaimana lagi," kata Jujuh pasrah, seraya mengamati anak semata wayangnya.
Dengan luas kecamatan 2.781 hektare, sekitar 70 persen atau 2.061 hektare lahan di Bojongsoang adalah lahan pertanian. Pada tahun 2022, UPTD Pertanian Kecamatan Bojongsoang mencatat, luas lahan pertanian sawah, baik sawah irigasi atau tadah hujan, di Bojongsoang seluas 1.597 hektare dan luas lahan pertanian bukan sawah sebesar 464 hektare.
Luas lahan pertanian itu, menyusut dibandingkan dengan tahun 2014. Kala itu lahan pertanian sawah seluas 1.602 hektare sedangkan lahan pertanian bukan sawah seluas 580 hektare. Atau ada penyusutan lahan pertanian sebanyak 121 hektare.
Sementara itu, di sisi lahan non pertanian seperti wilayah permukiman, perkantoran, jalan dan infrastruktur lainnya menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun 2014-2022. Pada tahun 2014, luas lahan non-pertanian adalah 599 hektare, dan pada tahun 2022, luas tersebut meningkat menjadi 720 hektare.
4 Tahun Lahan Sawah Berkurang 221,83 Hektare
Hasil penelitian akademik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang disusun Dava Novita Andini, Lili Somantri dan Shafira Himayah dalam Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 8, No. 1, Januari 2024:31-58 mengungkap adanya alih fungsi lahan di Bojongsoang.
Dalam jurnal berjudul Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Tipologi Urban Sprawl Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung, Dava dkk melaporkan telah terjadi perubahan lahan seluas 274,94 Ha pada 2017-2021 di Bojongsoang.
Dalam uji akurasi yang dilakukan Dava dkk di 50 titik yang disebar di seluruh Kecamatan Bojongsoang, ditemukan sejumlah perubahan penggunaan lahan pada tahun 2017-2021. Dalam rentang 4 tahun tersebut, salah satu yang disorot adalah berkurangnya lahan persawahan seluas 221,83 hektare dan ladang 10,76 hektare.
Sementara itu ada luas perumahan bertambah 30,38 hektare, lahan permukiman bertambah 14,92 hektare. Luas lahan kosong juga bertambah 103,36 hektare, semak belukar bertambah 64,05 hektare, dan terakhir pertokoan bertambah 2,28 hektare.
Perubahan penggunaan lahan pada infrastruktur seperti jalan kolektor, kolam air, jalan lokal dan sebagainya tak bertambah atau berkurang dengan signifikan. Dalam penelitian ini, Dava dkk menyebut Desa Lengkong dan Desa Cipagalo yang paling banyak mengalami perubahan lahan menjadi permukiman.
"Penggunaan lahan sawah sebelumnya tersebar di semua desa namun berkurang digantikan lahan khususnya tempat tinggal. Lahan sawah banyak digantikan dengan perumahan, permukiman, dan penggunaan lahan terbangun lainnya," tulis Dava.
"Selain itu, terdapat penambahan lahan kosong yang diproyeksikan untuk menjadi perumahan. Berdasarkan pengolahan, terjadinya pertambahan penggunaan lahan
diakibatkan oleh kebutuhan penduduk yang meningkat sehingga menuntut adanya peningkatan fasilitas berupa sarana," sambungnya.
Fenomena Urban Sprawl
Dari sisi akses, Bojongsoang dilalui jalan raya provinsi yang menjadi jalur utama keluar-masuk Kota Bandung. Selain itu, kawasan ini juga dekat dengan dua gerbang tol (GT) Padaleunyi, yang mempermudah mobilitas ke berbagai daerah, termasuk Jakarta. Salah satu hal yang istimewa dari Bojongsoang, di sini Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh dibangun, tepatnya di Desa Tegalluar.
Jika kita melaju ke Bojongsoang via GT Padaleunyi di Buahbatu, pemandangan yang pertama disuguhkan adalah reklame besar yang menawarkan perumahan, plus dengan rentetan bonus dan fasilitasnya. Reklame promosi atau papan penunjuk arah menuju perumahan dengan nama yang terkesan modern, juga dapat dengan mudah ditemukan di sana.
![]() |
Pembangunan perumahan itu hampir terletak di enam desa di Bojongsoang, yakni Desa Cipagalo, Desa Lengkong, Desa Buahbatu, Desa Bojongsoang, Desa Bojongsari dan Desa Tegalluar.
Fenomena menjamurnya perumahan di Bojongsoang, tak lepas dari fenomena urban sprawl. Dalam Kamus Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum, urban sprawl didefinisikan sebagai pembangunan kota yang tidak terkendali. Urban sprawl juga didefinisikan sebagai pertumbuhan dari wilayah perkotaan yang menuju suatu proses tipe pembangunan penggunaan lahan yang beragam di daerah pinggiran kota.
Badan Pengelola (BP) Kawasan Cekungan Bandung, menyebut lahan tutupan di Kota Bandung yang menjadi pusat kawasan Metropolitan Cekungan Bandung masing-masing sudah mencapai 90,66% alias sudah semakin terbatas.
"Maka terjadi perluasan pertumbuhan kawasan terbangun ke daerah sekitarnya secara sporadis dan tidak terkendali atau disebut sebagai urban sprawl," seperti dikutip detikJabar dari laman BP Cekungan Bandung.
Bojongsoang yang berbatasan langsung dengan Kota Bandung, menjadi salah satu daerah yang diproyeksikan sebagai Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, yang regulasinya diatur melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 45 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung.
Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jabar Hendra Susanto, mengatakan saat ini pertumbuhan permukiman cenderung mengarah ke arah selatan, timur dan barat dari Cekungan Bandung. Pengembang perumahan jarang yang mengarah ke utara Cekungan Bandung karena adanya Perda yang membatasi pembangunan di Kawasan Bandung Utara (KBU).
Hendra mengatakan, harga tanah dan rumah di Kota Bandung sudah sulit terjangkau oleh rumah tangga baru. Alhasil, untuk mendapatkan rumah yang berkisar di rentang 500-an juta, mencari di pinggiran kota adalah solusinya.
"Mungkin bagi pasangan muda, yang dua-duanya bekerja dan pendapatan mereka kalau digabung mungkin Rp 10 jutaan atau belasan juga, rasanya mereka masih akan berat kalau beli di Kota Bandung," ujar Hendra saat dihubungi detikJabar.
Selain itu, dari pengamatan Hendra, ada pergeseran pola konsumsi dari generasi milenial dan gen z terkait perumahan. Para pelaku kehidupan di era bonus demografi 2030 saat ini tidak bercita-cita untuk memiliki hunian yang luas.
"Generasi yang baru ini agak berbeda, karena kalau punya uang sebagian ditabung, buat jalan-jalan dan sebagian kecil yang dipakai untuk rumah. Bahkan ada kecenderungan nantinya akan bergeser ke perumahan high rise, lebih praktis," ujar Hendra.
Berdasarkan data yang dirilis Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) terjadi lonjakan perumahan dalam rentang 17 tahun terakhir. Tercatat pada tahun 2005 hanya ada 470 lokasi perumahan di Kabupaten Bandung. 7 tahun kemudian (tahun 2012), jumlah lokasi perumahan itu melonjak menjadi 8.409 lokasi. Hingga kemudian pada tahun 2023 jumlah perumahan semakin menjamur yakni 176.270.
Cerita Para Penghuni Rumah Idaman
Ditemani segelas kopi americano (34), Indra (34) seorang karyawan swasta, membuka laptop di atas meja sebuah kedai kopi di pusat Kota Bandung. Sore itu, Indra bercerita tentang pengalamannya mencari rumah idaman bersama pasangan.
Selama membujang, pria berkacamata ini tinggal bersama orang tuanya di Panyileukan yang masuk ke dalam wilayah kotamadya. Setelah menikah, ia kemudian memutuskan untuk pindah. Kriteria rumah idaman Indra yakni dekat dari rumah orang tua dan dekat ke lokasi kerja.
Pilihan pertama sempat jatuh ke daerah Cibiru yang masih masuk ke Kota Bandung, lokasinya hanya berjarak 2,4 km dari rumah orang tuanya. Tetapi jarak ke lokasi kerja istrinya sejauh 11,4 km dan itu pun melalui jalur yang padat di waktu pergi dan pulang kerja, yang diperkirakan akan sangat menguras waktu dan tenaga.
"Awalnya di sebuah perumahan di Cibiru, karena dekat rumah orang tua, tapi enggak jadi walau sudah kasih down payment (down payment) Rp 1 juta. Karena lokasinya jauh ke tempat kerja, kemudian mencari-cari lagi," ujar Indra saat berbincang dengan detikJabar, Jumat (7/2/2025).
Akhirnya, Indra mendapatkan informasi tentang sebuah perumahan yang akan dibangun di wilayah Bojongsoang. Lokasinya cukup strategis dan memenuhi kriteria yang Indra idamkan. Terlebih pengembang menawarkan harga dan cicilan yang murah untuk rumah tipe 36 dibandingkan dengan wilayah kotamadya.
Akad jual beli pun dilakukan, tetapi ia harus menunggu kurang lebih 1,5 tahun sampai bangunanya rampung. Sebab, pada 2018 silam, perumahan yang bakal dihuni Indra masih berupa hamparan sawah yang masih dalam proses pengurukan.
"Saat saya ke sana, sawahnya masih diuruk. Belum lagi proses pembangunan kurang lebih 1,5 tahun sampai akhirnya bisa dihuni. Waktu itu saya sudah kasih DP Rp 30 juta dengan cicilan tahun pertama Rp 2,7 juta," ucap Indra.
Tahun demi tahun, perumahan yang dihuni Indra terus berkembang. Dari satu klaster kemudian bertambah menjadi 5 klaster baru yang lahannya memakan lahan sawah di sekelilingnya. Satu klaster berisi kurang lebih 100-120 rumah.
"Sampai saat ini juga masih ada pembangunan, bisa terlihat dari rumah saya," katanya.
Kisah Indra juga dialami oleh Abdurrahman (31), seorang karyawan swasta di Kota Bandung. Sebelum menikah, perantau asal Kabupaten Garut itu tinggal di indekost. Setelah berumah tangga, Abdrurrahman memilih untuk mencari rumah tinggal.
"Kalau di Kota Bandung harganya berat, perbandinganya bisa dua banding satu. Kisaran rumahnya sekitar Rp 300 juta-400 juta," ujarnya.
Bojongsoang dulu dikenal sebagai salah satu lumbung padi untuk wilayah Bandung Selatan, tetapi, seiring meningkatnya kebutuhan tempat tinggal, sawah-sawah perlahan berganti wajah. Baik Indra atau pun Abdurrahman walau tinggal di Bojongsoang, mereka tak mengonsumsi produk dari hasil petani sawah lokal.
"Kalau untuk beras, biasanya beli di minimarket yang dikemas per 5 kg. Kalau beli di tukang beras juga, kita tidak tahu mana produk lokal. Karena penjual hanya memberitahu harga dan kualitas beras," ujar Indra.
"Ya, saya juga seperti itu," ucap Abdurrahman mengamini.
Mereka yang Memilih Bertahan
![]() |
Terik matahari terasa menyengat pada siang bolong di Bojongsoang, di tepian sawah terlihat Yoga (35), seorang penyawah milenial duduk termenung. Topi dan rompinya tampak lusuh karena sering terpapar sang surya, kulitnya juga tampak kecoklatan.
Ia memperhatikan mesin komben bekerja membabat batang padi secara cepat di petakan sawah di Desa Cikoneng. Seyogyanya bagi Yoga, bertani saat ini adalah satu-satunya jalan menyambung hidup.
Pria yang memiliki perawakan sedikit gempal itu, pernah bekerja sebagai buruh pabrik tetapi hasilnya tak sesuai harapan. Sampai akhirnya, 12 tahun lalu ia kembali meneruskan jejak leluhurnya sebagai petani di Bojongsoang.
Kembali menjadi petani ternyata cukup untuk menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhan Yoga sehari-hari. Semula ia menggarap lahan di Desa Bojongsoang, tetapi sampai pada tahun 2018, pengembang berskala besar datang. Yoga yang semula menggarap lahan di Desa Bojongsoang, tak bisa berbuat banyak.
Alhasil ia pun akhirnya mengalah dan pindah lahan garapan sejauh kurang lebih 4,2 km ke Desa Bojongsari, yang masih berada dalam satu kecamatan.
"Sekarang dipindah ke Bojongsari, ini lahan orang lain dengan sistem bagi hasil juga. Kalau untuk (sawah) misalkan Bojongsoang itu semuanya sudah hampir punya orang luar semua, kaya kemarin kan ada pengembang besar saya kan dulu di blokan Desa Bojongsoang kena sama proyek itu, sekarang dipindahin ke Bojongsari," katanya saat berbincang dengan detikJabar, pertengahan Januari lalu.
Pindah ke lahan baru, ternyata hasil pertanian yang didapatkan oleh Yoga lebih melimpah. Saat ini, ia menggarap sawah seluas 1100 tumbak atau sekitar 11,54 hektare. Dari satu tumbak Yoga bisa mendapatkan padi 10 kilogram. Jika dikalkulasikan, ia bisa mendapatkan beras 11 ton.
Melihat fenomena urban sprawl, yang ada di Bojongsoang membuat Yoga kembali gamang. Ia tidak tahu sampai kapan bisa bertahan sebagai penyawah yang tak memiliki lahan.
"Sebetulnya bingung juga kalau ke arah situ (pertanian tergeser permukiman), jadi sebetulnya saya juga sudah harus mulai mempersiapkan ke depannya harus gimana. Kadang kita tidak bisa melawan yang di atas, misal dari pemerintah atau dari istilahnya developer properti begitu. Ya mulai dipikirkan ke depannya kita mau pindah cari lahan baru, atau kita berhenti bertani dan cari usaha lain," ujar Yoga melanjutkan.
Berdasarkan data geospasial dari Wargi Jabar, yang merupakan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang oleh Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat, lahan yang digarap Yoga merupakan lahan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B). Dari layer peta RTRW Kabupaten Bandung, sawah yang dikelola Yoga masuk ke dalam kategori wilayah perkebunan, walau pun disekelilingnya telah dikategorikan untuk wilayah permukiman perkotaan.
Yoga saat ini hanya bisa berdoa kepada yang Maha Kuasa seraya memupuk asa agar anaknya bisa mendapatkan nasib yang lebih baik. Sebab, bila berbicara sebagai petani di daerah transisi, baginya bukan suatu pilihan lagi.
"Kalau misal lahannya ada, umur ada insya Allah (lanjut jadi petani). Tapi jujur kalau misalkan sekarang petani seperti yang memprihatinkan. Tidak seperti dulu-dulu, tidak tahu lahan ke depannya gimana," ucapnya.
"Mudah-mudahan anak tidak seperti bapaknya (jadi petani), ya kan punya cita-cita seperti apa," tutur Yoga.
Disitat dari data Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bandung luas lahan produktif di Kabupaten Bandung pada tahun 2019 seluas 27.969 hektare. Jumlah itu terus menurun pada tahun 2020-2021 menjadi 27.747 hektare. Khusus untuk hasil panen di Bojongsoang, detikJabar sudah mencoba melakukan pencarian melalui sumber data terbuka tetapi data tersebut tidak tersedia.
Pada 2022 luas lahan produktif di Kabupaten Bandung bertambah menjadi 28.394 hektare, namun dalam satu tahun berikutnya yakni tahun 2023, jumlah lahan pertanian produktif Kabupaten Bandung turun drastis ke angka 20.611 hektare.
"Dulu 10 Ton Per Minggu, Sekarang 3 Kuintal Per Minggu Sudah Syukur"
"Kalau bicara sekitar tahun 2000-an, penggilingan itu bisa sampai 10 ton per minggunya. Saya juga bisa menyimpan stok sampai beberapa ton. Tapi kalau sekarang-sekarang, 10 tahun terakhir, bisa dapat tiga kuintal per minggu saja syukur," ujar Bahsyar saat dihubungi detikJabar di awal Januari 2025.
Dari pengamatannya, semakin menurunnya kuantitas gabah yang digiling menjadi beras dikarenakan sejumlah faktor. Salah satunya mulai merambahnya perumahan ke lahan-lahan pertanian.
"Sekarang lahan sawah juga semakin terdesak, banyak perumahan baru dibangun," katanya.
Faktor lainnya, ialah pemborong yang membawa hasil pertanian Bojongsoang ke sejumlah wilayah seperti ke Karawang, Subang, Jakarta dan sejumlah wilayah lainnya. Petani biasanya menjual hasil panen dengan sistem borongan, berdasarkan taksiran luas lahan.
"Jadi misalkan untuk sawah satu hektare, diberi harga sekian juta. Jadi tidak langsung ke penggilingan di sini lagi," ujar Bahsyar.
Lesunya usaha penggilingan padi ini juga tak hanya dialami oleh Bahsyar, tetapi oleh beberapa pengusaha penggiling padi lainnya. Modal yang terbatas juga menjadi salah satu hambatan bagi pengusaha penggiling untuk membeli gabah dari petani.
"Makanya kita minta bantuan juga kepada pemerintah, semoga ikut juga memperhatikan nasib kami," ucapnya.
Pertahankan Atau Ikuti Tren Pasar
Masifnya pembangunan perumahan di Bojongsoang menjadi fenomena yang tampak di pelupuk mata. Di balik geliat pembangunan ini, ada realitas yang dihadapi para pemilik lahan sawah seperti Abdussalam (36), ia dihadapkan dengan situasi antara mempertahankan lahan sawah miliknya atau mengikuti tren pasar yang berkembang.
"Yang utamanya kita terkena FOMO (fear of missing out/takut ketinggalan), karena sawah-sawah di pinggiran sudah dijual kepada perseorangan, mungkin perusahaan, atau pengembang dengan harga yang luar biasa," tutur Abdussalam membuka perbincangan dengan detikJabar.
![]() |
Sebelum pandemi Covid-19, kata Abdussalam, harga sawah berada di kisaran Rp 1 juta per meter persegi. Tetapi kala virus Corona merebak, harga tanah perlahan merangkak naik menjadi di kisaran Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per meter persegi.
"Sekarang harganya mencapai Rp 2,5 juta per meter persegi, sawah kami juga sudah ditawarkan kepada perusahaan, pengembang atau perseorangan, tapi mereka selalu berusaha menekan harga, tetapi tak kami beri karena memang harganya sudah segitu," tutur Abdussalam.
"Kita berani menaikkan harga karena sudah banyak yang menjual dengan harga Rp 2,5 juta, kita mengetahui bahwa lokasinya dekat dengan berbagai jenis perumahan yang ada, apalagi ada Podomoro Park yang lumayan prestisius, itu yang mungkin harga tanah di Bojongsoang naik," katanya.
Lahan sawah seluas 420 meter persegi milik Abdussalam ini termasuk sawah yang produktif. Lokasinya berada di pinggiran irigasi yang ditopang irigasi sekunder dan tersier. Walau demikian, hasil panen dirasa Abdussalam masih belum optimal. Ia menyebut hama tikus menjadi salah satu ancaman yang dihadapi, belum lagi dengan penggarap lahan yang dianggapnya tidak bekerja dengan baik.
Oleh karena itu, hasil panen yang dituai tak optimal. Sawah yang dikelola penyawah di atas lahan Abdussalam yang hanya seluas setengah hektare itu hanya menghasilkan sekitar 9 kuintal per tahun.
Beras yang dihasilkan dari sawah itu kemudian bisa untuk mencukupi kebutuhan di rumah Abdussalam selama 5-6 bulan. Alhasil, walau memiliki sawah, Abdussalam tetap harus membeli beras dari luar untuk menutupi kebutuhan harian.
"Kemarin paling kalau panen hanya 2-3 kuintal saja. Yang datang ke rumah hanya 1 kuintal atau sekitar 4 karung beras,hasilnyajugakanharusdibagidenganpetaninya. Jadi dihitung-hitung akan lebih menguntungkan untuk dijual daripada kita menjual hasil padinya sendiri," ujarnya melanjutkan.
Prabowo, Sawah dan Permukiman
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUTR) Kabupaten Bandung, Zeis Zultaqwa menegaskan, Bojongsoang masuk ke dalam rencana permukiman wilayah perkotaan. Hal itu dituangkan dalam Perda Kabupaten Bandung No 1 Tahun 2024 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tahun 2024-2044 dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
"RDTR itu masuknya perkotaan, artinya di sana kita sediakan pola-pola ruangannya untuk syarat sebuah kota," katanya.
"Memang konsekuensi alamiah, bahwa yang namanya penduduk pasti bertambah. Itu natural, dan kita sudah prediksi. Tugas dari pemerintah adalah menyiapkan sarana dan prasarana, dari infrastruktur, termasuk permukiman," katanya.
"Bukan hanya di Bojongsoang, tapi juga sampai ke wilayah Ciparay yang membutuhkan perumahan," katanya.
Baru-baru ini, Presiden Prabowo Subianto membuat pernyataan soal larangan membangun rumah di atas lahan persawahan. Zeis pun mengamini hal tersebut. Sebelum larangan itu muncul, Pemkab Bandung telah menyusun RDTR yang menyesuaikan dengan lahan sawah dilindungi (LSD) dan Lahan Baku Sawah (LBS) yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri ATR/BPN RI Nomor 1589/SK-HK.02.01/XII/2021 Tentang Peta Lahan Sawah yang Dilindungi.
Sebagai informasi, LSD adalah lahan sawah yang ditetapkan untuk dipertahankan fungsinya. Penetapan LSD dilakukan untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Sedangkan LBS adalah lahan sawah yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab atas pemerintahan di bidang agraria, pertanahan, dan tata ruang.
"Kita sudah kaji dan kemudian dilakukan konsultasi ke pusat. LSD itu seluas 16 ribu hektare sekian. Sisanya sudah diplot dalam RDTR. Misal warnanya kuning, itu sebelumnya sawah akan beralih fungsi menjadi permukiman atau bentuk lain, karena itu sudah masuk ke dalam RDTR," ujarnya.
"RDTR itu hasil kajian juga, dengan konsultan dari ITB. RDTR tidak bisa dibuat sendiri, ini substansif dari berbagai kementerian, lembaga bahkan sampai ke Menteri Pertahanan, karena siapa tahu di lokasi itu ada kegiatan kan," lanjutnya.
![]() |
"Adakah yang namanya ikhtiar untuk infrastruktur hijau dengan kaitan antara ketahanan pangan di satu sisi harus dijaga dipelihara karena itu jadi raw material yang namanya ketersediaan pangan, di sisi lain terdesak ini lahan pertanian. Logikanya ketika lahan itu diambil untuk yang bukan peruntukannya, konsekuensi logisnya berkurang hasil pertanian," ujar Deden saat dihubungi detikJabar.
Pembangunan berkelanjutan, kata Deden, harus menjadi prioritas untuk mengatasi konflik antara kebutuhan urbanisasi dan keberlanjutan pertanian. Solusi ini membutuhkan kolaborasi pemerintah, masyarakat, dan teknologi untuk menciptakan tata ruang yang terintegrasi, menjaga lingkungan, serta mendukung ketahanan pangan jangka panjang.
"Kalau yang saya lihat di Indonesia orang itu, orang bekerja di kota, rumah di desa. Seperti yang kita wilayah komuter, Bandung di siang hari bisa berisi 3,4 juta orang, sore bisa 2,8 juta orang. Oh ternyata dia warga Cicalengka, Majalengka, Lembang, Padalarang," ujar Deden.
Hal itu tentu sangat berbeda dengan pemandangan yang ia lihat di sebuah prefektur dekat Fukushima di Jepang. Di sana, ia melihat anak-anak muda juga turun untuk bekerja di ladang, walau pun mereka pergi untuk meraih gelar akademi atau keahlian di kota. Menariknya para petani di sana, memanfaatkan teknologi untuk mengintensifikasi dan ekstensifikasi pangan.
"Itu bisa kita contoh, misal intensifikasi padi dari yang 5 bulan jadi bisa panen dalam waktu 4 bulan bahkan 2 bulan, menggunakan varietas unggul berkelas seperti beras Cianjur yang produktivitasnya 2-3 kali lipat. Jadi apa yang ada itu bukan dijual, tapi ditingkatkan produktivitasnya," katanya.
Obsesi pemerintah untuk menggalakan swasembada pangan, akan sulit jika lahan-lahan pangan yang subur dikonversi. Perluasan wilayah perkotaan, karena fenomena urban sprawl jangan sampai menghilangkan tradisi dan kultur karena masyarakat tak bisa lagi bertani.
"Ketika berbicara urbanisasi, pembangunan, ketahanan pangan. Yang harus kita perbaiki adalah mindset dulu, yang tidak berpikir dan bersikap secara parsial tetapi simultan berintegrasi," katanya.