JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa siswa di SMPN 61 Jakarta mengungkapkan kegembiraannya setelah menerima menu makan bergizi gratis (MBG) yang berisi kurma.

Mereka mengaku belum pernah mengonsumsi kurma sebelumnya.

“Saya baru ngerasain kurma pas Kamis kemarin aja. Jadi dengan adanya kurma, jadi experience baru,” ungkap Lionel (15), siswa kelas 3, saat diwawancarai pada Senin (10/3/2025).

Rekan sekelas Lionel, Rialdo (15), juga mengatakan kurma langsung menjadi makanan favoritnya di antara empat menu lain dalam MBG selama bulan Ramadhan.

Rialdo mengaku, ini adalah kali pertama dia mencicipi kurma seumur hidupnya. Pasalnya, dia berasal dari keluarga nonmuslim yang tidak terbiasa mengonsumsi kurma.

“Kurma sih ya (favorit). Bisa dibilang begitu karena pertama kali nyoba Kamis kemarin, ternyata enak aja gitu, manis,” kata Rialdo.

Naufal (15) juga merasakan hal yang serupa. Dia mengungkapkan bahwa di rumahnya, kurma tidak pernah tersedia saat berbuka puasa.

“Kadang kala di rumah langsung makan yang berat-berat. Karena ada makan gratis, jadi bisa makan kurma,” jelasnya.

Sebelumnya, menu makan bergizi gratis (MBG) di dua sekolah di wilayah Slipi, Jakarta Barat, mengalami perubahan selama bulan Ramadhan.

Menu MBG di SMPN 61 Jakarta dan SDN 11 Slipi kini terdiri dari susu, telur rebus, buah, kurma, dan biskuit.

Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMPN 61 Jakarta, Rukmi, menjelaskan bahwa menu baru ini telah diberikan kepada siswa sejak Kamis (6/3/2025).

"Mulai dari awal kami masuk tanggal 6 Maret 2025, menunya sampai saat ini sama, terdiri dari susu, biskuit, kurma, buah, sama telur rebus," kata Rukmi saat ditemui di SMPN 61 Jakarta, Senin (10/3/2025) pagi.

Rukmi menambahkan, para siswa yang sedang berpuasa dan menerima MBG di SMPN 61 Jakarta harus membawa pulang makanan tersebut untuk digunakan sebagai makanan berbuka puasa.

Dia menjelaskan, pemberian menu tersebut disesuaikan dengan jam makan para siswa.

"Kalau nasi, berarti nanti basi. Ini kan bentuknya takjil, hanya makanan pembuka saat membatalkan puasa, jadi bukan makanan kenyang," jelasnya.

Kepala Sekolah SDN 11 Slipi, Nurfiati, juga menyampaikan bahwa para siswa diberikan menu baru saat bulan Ramadhan.

Menu tersebut terdiri dari susu, telur, buah, biskuit, dan kurma. Namun, bagi siswa kelas 1 hingga 3 SD, menu buah tidak diberikan.

"Kelas 4, 5, 6 ditambah buah, jeruk atau pisang," kata Nurfiati saat ditemui di lokasi, Senin (10/3/2025).

Nurfiati menambahkan bahwa menu tersebut telah disesuaikan sejak awal oleh pihak dapur makan bergizi gratis (MBG).

Para siswa nantinya juga akan membawa pulang makanan tersebut untuk dikonsumsi saat berbuka puasa.

JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Gizi Nasional (BGN) memastikan, menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diberikan selama bulan Ramadhan telah disesuaikan agar tetap aman dan layak konsumsi hingga waktu berbuka puasa.

"Contoh, telur, kurma, buah, susu, sayuran, kue kering fortifikasi, dan lain-lain," ujar Kepala BGN, Dadan Hindayana kepada Kompas.com, Minggu (2/3/2025).

Dadan memastikan pihaknya telah mempersiapkan mekanisme distribusi agar makanan tetap segar hingga dikonsumsi.

"(Untuk kesiapan pembagian MBG saat Ramadhan) kami sudah siap," kata Dadan.

Menurutnya, pelaksanaan MBG selama puasa telah melalui uji coba sebelumnya.

"Iya berbasis pengalaman tahun 2024 dan juga uji coba dalam pekan terakhir ini," tegasnya.

Di sejumlah daerah, program MBG pun tetap berjalan selama bulan Ramadhan dengan penyesuaian menu.

Di Banyuwangi, Jawa Timur, menu yang sehari-hari berupa nasi, sayur, ikan, dan susu diubah menjadi makanan kering yang dapat bertahan lebih lama.

Para siswa menerima kurma, susu, telur, makanan ringan, dan buah.

“Selama bulan puasa, program ini juga masih tetap bergulir tentu dengan penyesuaian,” kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, Jumat (7/3/2025).

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno, siswa terlihat tetap antusias menerima makanan yang bisa mereka bawa pulang untuk berbuka puasa.

“Dari hasil pantauan kami, anak-anak sangat antusias menerima MBG yang bisa dibawa pulang untuk berbuka puasa,” ujarnya.

Di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, menu MBG juga disesuaikan dengan mengganti makanan basah seperti nasi dan ayam dengan makanan kering yang lebih cocok untuk takjil berbuka puasa.

Kepala SDN 1 Bukit Tunggal, Hardani, menjelaskan bahwa sejak hari pertama bersekolah di bulan Ramadhan, siswa menerima paket makanan yang berbeda dari biasanya.

“MBG tetap berjalan, menunya disesuaikan untuk berbuka (takjil), seperti makanan kering yang lebih tahan lama,” ujarnya.

Menurut Hardani, menu MBG di sekolahnya terdiri dari roti gandum, kurma, susu UHT, dan telur rebus.

Di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, siswa juga menerima menu berbuka berupa makanan kering.

Kepala SDN 02 Ngawi, Purba Mulyani, menyebutkan bahwa para siswa menerima paket makanan berisi roti gandum, kurma, susu, pisang, dan telur rebus.

Makanan itu dibungkus plastik dan dimasukkan ke dalam tote bag kecil agar lebih mudah dibawa pulang.

Namun, ditemukan perbedaan jumlah makanan antara siswa kelas bawah (kelas 1-3) dan kelas atas (kelas 4-6).

"Isi roti gandum kelas tinggi lebih banyak," kata Mulyani.

Sementara itu, di SMP Negeri 5 Ngawi, siswa mendapatkan menu berbuka puasa berupa susu kotak, pisang, telur rebus, roti sari gandum, dan kurma.

Guru di sekolah tersebut, Hari Yuwono, menuturkan bahwa makanan dibagikan dalam wadah plastik agar tote bag MBG yang digunakan untuk distribusi bisa dikembalikan ke petugas.

"Biar siswa nanti tidak terbebani dan mengingat-ingat saat berangkat sekolah harus membawa tote bag MBG kembali," ungkapnya.

Di media sosial, perubahan menu MBG selama pekan pertama Ramadhan ini pun menuai kritik.

Warganet membandingkan menu Ramadhan dengan menu di hari biasa yang lebih lengkap.

Sejumlah unggahan yang menunjukkan menu MBG hanya terdiri dari roti, sereal instan, dua butir kurma, serta telur rebus pun viral dan menjadi perbincangan hangat di jagat maya.

Menanggapi hal itu, Dadan Hindayana membenarkan bahwa menu MBG selama awal Ramadhan memang mengalami perubahan.

"Iya betul," ujar Dadan saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (8/3/2025).

Namun, ia memastikan bahwa memasuki pekan kedua Ramadhan, menu MBG di sekolah-sekolah dengan mayoritas siswa tidak berpuasa akan kembali seperti semula.

"Di daerah yang mayoritas tidak puasa, mulai minggu depan akan kembali normal," ujarnya.

Selain itu, Dadan juga menyebut bahwa akan ada kegiatan buka puasa bersama di sekolah-sekolah dengan mayoritas siswa yang berpuasa, setidaknya satu kali selama bulan Ramadhan.

"Saat buka bersama, menu akan kembali normal," kata Dadan.

Anggota Komisi IX DPR RI, Irma Suryani Chaniago, menegaskan bahwa menu MBG selama Ramadhan tetap memenuhi standar gizi.

"Menu bulan puasa tetap mengandung karbohidrat dan protein, roti, jeruk, telur, kurma, dan takjil, serta susu," kata Irma, Sabtu (8/3/2025).

Menurut Irma, menu ini tetap memiliki kandungan gizi yang mencukupi bagi siswa, meskipun berbeda dari hari biasa.

"Jadi sekali lagi, bukan soal kesenangan. Kalau menu bulan puasa kan terdiri dari kurma, susu, telur, kacang hijau atau takjil, dan roti. Menu ini kan hanya untuk buka puasa, tidak sama dengan menu yang disyaratkan untuk menambah perkembangan otak anak bangsa," ucapnya.

Lebih lanjut, Irma mengatakan bahwa DPR dan pemerintah terus mencari skema terbaik untuk pelaksanaan program MBG.

"Kami pun dari Komisi IX masih mencari formula yang tepat untuk MBG ini. Kami masih akan mempelajari bagaimana pelaksanaan MBG di negara-negara yang sudah melaksanakan program ini," pungkasnya.

Saat ini di Banyuwangi sudah ada tiga dapur umum SPPG

Banyuwangi (ANTARA) - Program Makan Bergizi Gratis di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, tetap diberikan kepada siswa dan khusus selama Ramadhan menu MBG diganti dengan makanan kering agar bisa dibawa pulang untuk berbuka puasa.

"Program MBG berjalan lancar dan jangkauan terus bertambah, selama bulan puasa program ini juga masih tetap bergulir tentu dengan penyesuaian," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu.

Di Banyuwangi, sudah ada tiga Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi atau SPPG tersebar di tiga kecamatan yang menjangkau 39 sekolah dengan jumlah siswa penerima program Makan Bergizi Gratis sebanyak 5.642 orang.

Bupati Ipuk menyampaikan bahwa selama bulan Ramadhan, menu makan bergizi gratis yang didapatkan oleh para siswa bukan seperti makanan siap saji yang dikonsumsi di sekolah biasanya, namun diganti dengan makanan kering untuk berbuka puasa yang bisa dibawa pulang, seperti kurma, susu, telur, makanan ringan dan buah.

Program MBG di Banyuwangi secara resmi dimulai pada 3 Februari 2025, dan saat ini pelaksanaan MBG telah menjangkau 39 sekolah di Banyuwangi, mulai dari jenjang TK, SD, SMP negeri dan swasta.

"Saat ini di Banyuwangi sudah ada tiga dapur umum SPPG (satuan pelayanan pemenuhan gizi) yang berada di wilayah Kecamatan Rogojampi, Sempu dan Banyuwangi," ujar Bupati Ipuk.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Suratno menyampaikan pendistribusian makanan selam bulan puasa ke sekolah-sekolah tersebut tetap berlangsung setiap hari.

Selama bulan puasa pendistribusian makanan tetap dilakukan oleh pihak SPPG ke sekolah-sekolah setiap hari.

"Dari hasil pantauan kami, anak-anak sangat antusias menerima makan bergizi gratis yang bisa dibawa pulang untuk berbuka puasa," kata Suratno.

Pewarta: Novi Husdinariyanto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyatakan bahwa pelaksanaan makan bergizi gratis (MBG) selama bulan Ramadhan akan disesuaikan dengan jumlah penduduk yang berpuasa di sebuah daerah.

MBG akan dibagikan pada saat pulang sekolah dan dibawa pulang untuk dinikmati saat berbuka puasa.

Hal ini tidak hanya berlaku bagi siswa Muslim saja, tetapi juga non-Muslim.

Dadan mengatakan, bahwa menu MBG yang akan dibagikan kepada siswa adalah makanan yang tahan hingga waktu berbuka.

“Contoh, telur, kurma, buah, susu, sayuran, kue kering fortifikasi, dan lain-lain,” kata Dadan, kepada Kompas.com, Minggu (2/3/2025).

Dadan juga memastikan bahwa pihaknya telah siap untuk pembagian MBG di bulan Ramadhan dan memastikan makanan tetap segar ketika dimakan saat berbuka.

Pihaknya telah menyesuaikan jenis makanan yang dibagikan agar tetap layak konsumsi saat waktu berbuka puasa.

“Kami usahakan semua makanan yang tahan lama, misalnya susu, telur, buah, kurma, dan kue kering. Hari ini kami juga sedang menguji sayuran yang bisa bertahan hingga 12 jam,” kata Dadan.

Evaluasi makanan

BGN juga melakukan evaluasi harian untuk mengantisipasi kemungkinan makanan basi.

Dadan bilang evaluasi ini mencakup pengawasan terhadap Satuan Pengelola Pengelolaan Gizi (SPPG), serta klarifikasi terhadap berbagai laporan yang beredar di media.

“Setelah makanan diberikan di pagi hingga siang hari, sorenya kami langsung evaluasi. Kami cek semua laporan, baik dari media maupun dari masyarakat, lalu kami kroscek dan klarifikasi,” ujar Dadan.

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyatakan bahwa pelaksanaan makan bergizi gratis (MBG) selama bulan Ramadhan akan disesuaikan dengan jumlah penduduk yang berpuasa di sebuah daerah.

MBG akan dibagikan pada saat pulang sekolah dan dibawa pulang untuk dinikmati saat berbuka puasa.

Hal ini tidak hanya berlaku bagi siswa Muslim saja, tetapi juga non-Muslim.

Dadan mengatakan, bahwa menu MBG yang akan dibagikan kepada siswa adalah makanan yang tahan hingga waktu berbuka.

“Contoh, telur, kurma, buah, susu, sayuran, kue kering fortifikasi, dan lain-lain,” kata Dadan, kepada Kompas.com, Minggu (2/3/2025).

Dadan juga memastikan bahwa pihaknya telah siap untuk pembagian MBG di bulan Ramadhan dan memastikan makanan tetap segar ketika dimakan saat berbuka.

Pihaknya telah menyesuaikan jenis makanan yang dibagikan agar tetap layak konsumsi saat waktu berbuka puasa.

“Kami usahakan semua makanan yang tahan lama, misalnya susu, telur, buah, kurma, dan kue kering. Hari ini kami juga sedang menguji sayuran yang bisa bertahan hingga 12 jam,” kata Dadan.

Evaluasi makanan

BGN juga melakukan evaluasi harian untuk mengantisipasi kemungkinan makanan basi.

Dadan bilang evaluasi ini mencakup pengawasan terhadap Satuan Pengelola Pengelolaan Gizi (SPPG), serta klarifikasi terhadap berbagai laporan yang beredar di media.

“Setelah makanan diberikan di pagi hingga siang hari, sorenya kami langsung evaluasi. Kami cek semua laporan, baik dari media maupun dari masyarakat, lalu kami kroscek dan klarifikasi,” ujar Dadan.

Menanggapi laporan terkait dugaan keracunan makanan yang basi di beberapa daerah, Dadan mengakui insiden tersebut sebagian besar terjadi karena mitra Satuan Pengelola Pengelolaan Gizi (SPPG) masih baru dan belum terbiasa menangani produksi makanan dalam jumlah besar.

“Rata-rata itu karena masih belum terbiasa. Jadi kami sekarang menyarankan, menginstruksikan kepada mitra yang baru-baru agar memulai program dari jumlah kecil,” ujar Dadan.

Dia menambahkan bahwa BGN telah melakukan evaluasi harian terhadap setiap SPPG yang terlibat dalam program MBG.

Menurutnya, penyebab utama makanan basi yang ditemukan di beberapa daerah adalah kurangnya pengalaman mitra dalam memasak dalam skala besar.

“Kami sudah melakukan kualifikasi dan evaluasi setiap hari. Masalah ini muncul karena SPPG baru belum terbiasa,” ujar dia.

“Ibu-ibu mungkin terbiasa memasak untuk 5-10 orang, tetapi memasak untuk lebih dari 1.000 orang itu butuh pembiasaan,” tambah Dadan.

MBG untuk siswa yang tak berpuasa

Dadan mengatakan, MBG akan dilaksanakan seperti biasa di daerah-daerah yang penduduknya banyak yang tidak berpuasa, tetapi menu MBG akan dibawa pulang di daerah yang penduduknya banyak berpuasa.

"Untuk tahap awal ini mekanismenya di daerah yang mayoritas puasa, makanannya (MBG) dibawa untuk buka," kata Dadan, di Jakarta, Senin (3/3/2025).

"Kemudian, untuk daerah-daerah yang nanti teridentifikasi lebih banyak yang tidak puasanya, pelayanannya akan normal seperti biasa," ujar dia.

Dadan mengatakan bahwa untuk mengakomodasi kebutuhan penerima manfaat yang berpuasa, mekanisme distribusi juga telah disesuaikan.

Jakarta (ANTARA) - Badan Gizi Nasional (BGN) mengedukasi siswa mengelola sampah dengan kantong guna ulang untuk Makan Bergizi Gratis (MBG) selama Ramadhan 2025.

Saat ditemui usai rapat koordinasi bersama Menteri Koordinator Bidang Pangan di Jakarta, Senin, Kepala BGN Dadan Hindayana juga memastikan menu Makan Bergizi Gratis untuk buka puasa anak-anak sekolah terbuat dari bahan-bahan yang tahan lama sehingga tidak basi dan layak dikonsumsi.

"Kalau untuk yang puasa ya nanti makanannya yang tahan lama, dibagikan saat pulang sekolah, kemudian dibawa pulang, dimakan pada saat buka. Besoknya (saat sekolah), kantong dibawa lagi untuk ditukar dengan makanan baru, sehingga tidak menimbulkan sampah," kata Dadan Hindayana.

Ia menyebutkan, BGN juga mengupayakan semua makanan yang dibagikan saat puasa terbuat dari bahan-bahan yang tahan lama, sehingga masih layak dikonsumsi saat berbuka.

"Misalnya susu, telur, buah, kurma, kemudian kue kering fortifikasi. Kami hari ini juga sudah mencoba sayuran-sayuran yang bisa tahan 12 jam, nanti disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing dan tergantung bahan baku yang ada, dan kami harus pilih bahan-bahan yang memang tahan lama," ujar dia.

Ia menambahkan, setiap bulan selalu dilakukan pengecekan bahan-bahan di masing-masing Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk memastikan kelayakan MBG.

"Itu biasanya akan ada laporan dari lokasi masing-masing, dan ada ahli gizi di tiap SPPG. Perlu diketahui juga, bahwa dari pengalaman kami yang sudah hampir 14 bulan, setiap bulan bahan kami cek," ucapnya.

Dadan juga meminta setiap SPPG mengunggah hasil menu masakan MBG ke media sosial (medsos) agar mudah diawasi oleh seluruh masyarakat.

"Kami meminta kepada seluruh SPPG membuat media sosial, baik Instagram, Facebook, maupun yang lainnya, agar semua yang dimasak pada hari itu diunggah ke media sosial sebagai bagian dari pengawasan bersama," katanya.

Saat ini, lanjut dia, sudah ada 726 SPPG yang tersebar di seluruh Indonesia yang melayani lebih dari 2,05 juta penerima manfaat Makan Bergizi Gratis.

"Jadi sekarang sudah ada 726 SPPG, melayani lebih dari 2,05 juta penerima, dan kami sedang mempersiapkan, memverifikasi sejumlah 300 penerima, sehingga dua minggu lagi mungkin kita sudah akan melayani lebih dari 3 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia," tuturnya.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025